Menyoal Pemindahan Venue: Antara Kondusivitas, Formalitas dan Lunturnya Sportivitas
A
A
A
MALANG - Sepak bola selalu menjunjung tinggi sikap sportivitas. Seiring waktu kerap kali masalah itu justru memantik salah satu pihak bereaksi, seperti yang dialami Arema FC jelang laga semifinal Piala Gubernur Jatim 2020 melawan Persebaya.
Laga semifinal Piala Gubernur Jatim 2020, yang pertemukan Arema versus Persebaya sejatinya bakal digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (17/2). Berdasarkan keputusan rapat koordinasi Polda Jawa Timur dan Asprov PSSI nomor 094/B/PSSI-Jatim/II/2020, pertandingan perebutan tempat di final akan dipindah ke Stadion Soeprijadi, Blitar, Selasa (18/2).
Alasan pemindahan venue ini berkaitan dengan sejarah rivalitas penggemar Arema dan Persebaya. Meski berat, Arema pada intinya menghormati keputusan yang telah dibuat Polda Jatim dan Asprov PSSI terkait pemindahan venue laga semifinal Piala Gubernur Jatim 2020 melawan Persebaya.
Tidak hanya jajaran Polda Jatim, Kabagops Polres Malang Kabupaten Kompol Anang Trihananta juga menyarankan agar pertandingan Arema lawan Persebaya tidak diselenggarakan di Stadion Kanjuruhan. Ini dilakukan untuk menjaga kondusivitas Kota Malang jelang Pilkada. (Baca juga: Bonek dan Bonita Diminta Patuhi Aturan)
https://sports.sindonews.com/read/1528789/11/jelang-persebaya-vs-arema-bonek-dan-bonita-diminta-patuhi-aturan-1581908306
Tapi ada pertanyaan yang mengganjal terkait sportivitas klub peserta. Dalam keterangan resmi klub, Arema menyebut saat Manajer Meeting pertengahan Januari lalu yang dihadiri semua klub peserta Piala Gubernur Jatim, mereka sportif menerima keputusan penyelenggara.
Tapi setelah diputuskan, ternyata pengalaman 2013 masih terulang. Dengan kata lain, pertemuan yang digelar bulan lalu hanya sebatas formalitas dan edukasi setiap klub pada penggemarnya tentang menjaga ketertiban seketika luntur.
Kendati demikian, Arema tetap mendukung penuh dan sama sekali tidak berkeberatan. Singo Edan siap tampil di mana pun laga digelar. Hal tersebut disampaikan Media Officer Arema FC Sudarmaji.
Berikut Pernyataan Resmi Sudarmaji Dikutip dari Laman Resmi Klub:
Terkait keputusan Polda Jatim atas gelaran Semifinal Piala Gubernur, kami dari Arema FC secara tim kami sejak awal tidak pernah mempersoalkan dimanapun tempat diputuskan untuk digelar. Bahkan saat Manager Meeting pada pertengahan Januari lalu yang dihadiri semua klub peserta sportif menerima apapun keputusan penyelenggara sebagai wujud sportifitas dalam sepakbola.
Namun, ketika telah diputuskan, ternyata pengalaman tahun 2013 masih terulang, Arema saat itu telah membuktikan sportif menerima keputusan main di Surabaya setelah semifinal di Kanjuruhan dibatalkan. Dari pengalaman itu, tahun ini tidak ingin terulang, justru kami mngharapkan awalnya agar apa yang dilakukan Arema saat itu bisa ditiru pihak lain.
Namun faktanya, laga di Kanjuruhan tetap dibatalkan, padahal saat Manager Meeting awal Januari lalu, semua peserta ditawari untuk mnjadi tuan rumah dan bersiap jika ditunjuk sebagai tempat babak penyisihan, semifinal dan final, hanya Madura United dan Arema yang siap ditunjuk, dan semua sportif menerimanya
Arema menghormati keputusan apapun, namun dikemudian hari hal hal seperti ini tidak terulang, sportifitas harus konsisten dan tetap terjaga. Apalagi ini terkait image Jawa Timur, sepak bola sejatinya adalah persaudaraan, dan jadikan momentum ini untuk mewujudkannya. Kami meminta maaf kepada seluruh pecinta bola Jawa Timur yang telah menunggu laga ini, dan kini kputusannya justru tanpa penonton.
Kami terima kasih kepada Asprov yang berjuang agar laga ini tetap terjaga, meskipun berat perjuangannya. Kami siap membantu Asprov jalankan laga di Kanjuruhan antara Persija dan MU, karena laga semifinal dan final akan dihadiri langsung oleh Asprov Jatim. Semoga sepak bola Jawa Timur tetap eksis dan berprestasi, sejatinya sepak bola itu bertanding di depan pendukungnya, semoga ke depan fans semua klub bersatu dan menjaga persaudaraan
Laga semifinal Piala Gubernur Jatim 2020, yang pertemukan Arema versus Persebaya sejatinya bakal digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (17/2). Berdasarkan keputusan rapat koordinasi Polda Jawa Timur dan Asprov PSSI nomor 094/B/PSSI-Jatim/II/2020, pertandingan perebutan tempat di final akan dipindah ke Stadion Soeprijadi, Blitar, Selasa (18/2).
Alasan pemindahan venue ini berkaitan dengan sejarah rivalitas penggemar Arema dan Persebaya. Meski berat, Arema pada intinya menghormati keputusan yang telah dibuat Polda Jatim dan Asprov PSSI terkait pemindahan venue laga semifinal Piala Gubernur Jatim 2020 melawan Persebaya.
Tidak hanya jajaran Polda Jatim, Kabagops Polres Malang Kabupaten Kompol Anang Trihananta juga menyarankan agar pertandingan Arema lawan Persebaya tidak diselenggarakan di Stadion Kanjuruhan. Ini dilakukan untuk menjaga kondusivitas Kota Malang jelang Pilkada. (Baca juga: Bonek dan Bonita Diminta Patuhi Aturan)
https://sports.sindonews.com/read/1528789/11/jelang-persebaya-vs-arema-bonek-dan-bonita-diminta-patuhi-aturan-1581908306
Tapi ada pertanyaan yang mengganjal terkait sportivitas klub peserta. Dalam keterangan resmi klub, Arema menyebut saat Manajer Meeting pertengahan Januari lalu yang dihadiri semua klub peserta Piala Gubernur Jatim, mereka sportif menerima keputusan penyelenggara.
Tapi setelah diputuskan, ternyata pengalaman 2013 masih terulang. Dengan kata lain, pertemuan yang digelar bulan lalu hanya sebatas formalitas dan edukasi setiap klub pada penggemarnya tentang menjaga ketertiban seketika luntur.
Kendati demikian, Arema tetap mendukung penuh dan sama sekali tidak berkeberatan. Singo Edan siap tampil di mana pun laga digelar. Hal tersebut disampaikan Media Officer Arema FC Sudarmaji.
Berikut Pernyataan Resmi Sudarmaji Dikutip dari Laman Resmi Klub:
Terkait keputusan Polda Jatim atas gelaran Semifinal Piala Gubernur, kami dari Arema FC secara tim kami sejak awal tidak pernah mempersoalkan dimanapun tempat diputuskan untuk digelar. Bahkan saat Manager Meeting pada pertengahan Januari lalu yang dihadiri semua klub peserta sportif menerima apapun keputusan penyelenggara sebagai wujud sportifitas dalam sepakbola.
Namun, ketika telah diputuskan, ternyata pengalaman tahun 2013 masih terulang, Arema saat itu telah membuktikan sportif menerima keputusan main di Surabaya setelah semifinal di Kanjuruhan dibatalkan. Dari pengalaman itu, tahun ini tidak ingin terulang, justru kami mngharapkan awalnya agar apa yang dilakukan Arema saat itu bisa ditiru pihak lain.
Namun faktanya, laga di Kanjuruhan tetap dibatalkan, padahal saat Manager Meeting awal Januari lalu, semua peserta ditawari untuk mnjadi tuan rumah dan bersiap jika ditunjuk sebagai tempat babak penyisihan, semifinal dan final, hanya Madura United dan Arema yang siap ditunjuk, dan semua sportif menerimanya
Arema menghormati keputusan apapun, namun dikemudian hari hal hal seperti ini tidak terulang, sportifitas harus konsisten dan tetap terjaga. Apalagi ini terkait image Jawa Timur, sepak bola sejatinya adalah persaudaraan, dan jadikan momentum ini untuk mewujudkannya. Kami meminta maaf kepada seluruh pecinta bola Jawa Timur yang telah menunggu laga ini, dan kini kputusannya justru tanpa penonton.
Kami terima kasih kepada Asprov yang berjuang agar laga ini tetap terjaga, meskipun berat perjuangannya. Kami siap membantu Asprov jalankan laga di Kanjuruhan antara Persija dan MU, karena laga semifinal dan final akan dihadiri langsung oleh Asprov Jatim. Semoga sepak bola Jawa Timur tetap eksis dan berprestasi, sejatinya sepak bola itu bertanding di depan pendukungnya, semoga ke depan fans semua klub bersatu dan menjaga persaudaraan
(sha)