UEFA Nations League Jadi Mesin Uang UEFA

Kamis, 05 Maret 2020 - 11:45 WIB
UEFA Nations League Jadi Mesin Uang UEFA
UEFA Nations League Jadi Mesin Uang UEFA
A A A
AMSTERDAM - Sepak bola sudah dieksploitasi untuk tujuan ekonomi oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Menggelar banyak turnamen dengan varian sistem kompetisi yang berbeda adalah cara bagaimana mengeruk uang dari lapangan hijau.

Eropa adalah jagonya untuk urusan memaksimalkan sepak bola sebagai mesin uang. Menjadikan pemain layaknya robot yang harus bisa bermain bukan lagi dalam hitungan pekan, tapi harian. Jika sebelumnya jadwal hanya sepekan sekali, sekarang menjadi dua bahkan tiga kali dalam sepekan.

Bicara sepak bola Eropa maka UEFA adalah otaknya. Mereka bisa mengelola pertandingan di level klub hingga negara. Salah satu terobosan terbaru mereka adalah saat menggelar UEFA Nations League. Turnamen antarnegara yang sempat memunculkan perdebatan tentang perlu tidaknya digelar.

Toh, turnamen itu sudah digelar dengan Portugal sebagai juara. Kehadiran UEFA Nations League ini berimbas pada pendapatan otoritas tertinggi sepak bola Eropa tersebut. Hal itu terungkap di Kongres tahunan UEFA yang sedang berlangsung di Amsterdam Belanda, Selasa (3/3). Mereka mengumumkan total pendapatan 3,86 miliar euro untuk musim 2018/2019 atau naik 38% dari angka 2,79 miliar euro setahun sebelumnya.

Sekitar 86% dari keseluruhan omzet UEFA, 3,3 miliar euro, terdiri atas penjualan hak media, dengan hak global untuk kompetisi klub kontinental papan atas UEFA, Liga Champions, bernilai hampir 2 miliar euro per tahun.

Hak media sejauh ini memang menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan pendapatan UEFA secara keseluruhan, dengan peningkatan sebesar 1,1 miliar euro dari tahun ke tahun. Sementara pendapatan tertinggi pada musim 2017/2018 yang mencapai lebih dari 2,2 miliar euro. Ini mencerminkan peningkatan pendapatan yang berasal dari siklus penjualan mulai musim 2018–2021 untuk kompetisi klub UEFA.

Secara total, Liga Champions, Liga Europa turut berkontribusi. Sejak babak kualifikasi hingga final, kedua kompetisi tersebut menghasilkan 3,2 miliar euro yang terdiri atas hak siar media, hak komersial, pendapatan hari pertandingan, dan pendapatan lainnya.

Hak-hak komersial—yang terdiri dari sponsor, lisensi, dan barang dagangan, di antara faktor-faktor lain—menyumbang 12,4 % dari total turnover, naik sedikit sebesar 25 juta euro dari tahun ke tahun hingga mencapai 478 juta euro.

Bukan hanya itu, pendapatan tambahan dari kompetisi baru UEFA Nations League. Akibatnya, pendapatan dari kompetisi tim nasional naik hampir 400 juta euro (total 604 juta euro). Sebuah rekor untuk pendapatan tim nasional di kejuaraan tahunan non-Eropa.

Angka pendapatan keseluruhan 3,86 miliar euro juga mewakili pendapatan tertinggi baru untuk tahun kejuaraan non-Eropa, mengalahkan rekor sebelumnya pada 2016/2017 (1 miliar euro). Dengan Piala Eropa dijadwalkan untuk musim panas ini, UEFA telah menyetujui anggaran lebih dari 4 miliar euro untuk tahun keuangan musim 2020–2021, menunjukkan bahwa mereka mengharapkan untuk melihat pergantian turnover yang menandai pada 2019–2020.

Tapi, Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengatakan bahwa uang bukan segalanya. Menurut dia, sepak bola adalah olahraga yang tidak berorientasi kepada bisnis semata, melainkan gabungan dari berbagai elemen yang saling melengkapi.

“Sepak bola bukan sekadar bisnis seperti yang lainnya. Sepak bola memiliki sejarah, tradisi, dan struktur yang harus dihormati. Prinsip, sejarah, tradisi, dan struktur kami adalah alasan keberhasilan kami saat ini. Faktor-faktor telah memungkinkan sepak bola mendominasi olahraga lain dan memungkinkan sepak bola Eropa mendominasi dunia,” kata Ceferin, dilansir uefa.com.

Karena itu, selain meraup keuntungan dari sisi bisnis, Ceferin menegaskan bahwa UEFA tidak ingin sepak bola dikomersialkan secara berlebihan dan berkomitmen untuk terus mengembangkannya di Eropa tanpa terkecuali sehingga kemerataan kualitas antartim maupun negara akan menghadirkan kompetisi yang menarik.

“Tujuan utama kami adalah melindungi, mempromosikan, dan mengembangkan sepak bola secara merata di seluruh Eropa. Saya akan mengatakan bahwa kekuasaan yang kami miliki tidak ada artinya kecuali jika kami memasukkan gagasan tentang tujuan daripada keuntungan semata," tandas Ceferin. (Alimansyah)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4654 seconds (0.1#10.140)