Jeruk Bali dan Kisah Perjalanan Hidup Mane Bangun RS di Senegal Jadi Film Dokumenter
A
A
A
BAMBALI - Jeruk Bali punya nilai historis dalam perjalanan hidup Sadio Mane. Semasa kanak-kanak dia selalu menggunakan buah tersebut sebagai bola untuk dimainkan bersama teman sebayanya di desa terpencil di Bambali, Senegal.
Berawal dari situ, Mane pun tumbuh sebagai pesepak bola hebat. Namanya tidak hanya ngetop di negara asalnya, tapi juga dunia. Salah satu keberhasilan yang membuat kampung halamannya bangga adalah dia menjadi bagian dari keberhasilan Liverpool meraih trofi juara Liga Champions 2018/2019.
Setelah popularitasnya melejit dan bergelimang harta, Mane tidak lupa pada kampung halamannya. Dia pun menggelontorkan biaya fantastis untuk membangun rumah sakit.
Ide ini berangkat dari pengalamannya sewaktu ayahnya sakit dan meninggal dunia saat ia berusia 7 tahun. Mane menceritakan bahwa ayahnya memang sudah cukup lama sakit.Namun, lantaran keterbatasan biaya dan tidak adanya rumah sakit di Bambali membuat keluarga hanya memberikan obat-obatan tradisional selama tiga hingga empat bulan. Ditinggal ayah membuat Mane harus membantu ibunya untuk mencari nafkah. Sejak saat itu, Mane pun bercita-cita membangun sebuah rumah sakit di kampung halamannya.
Setelah menabung cukup lama, Mane pun berhasil mewujudkan cita-citanya membangun rumah sakit dan membangun sebuah sekolah tahun lalu. Kisah perjalanan hidup Mane inilah yang dijadikan film dokumenter berjudul: "Sadio Mane Made In Senegal".
"Saat itu saya sedang bermain di lapangan ketika sepupu saya mendekat dan kemudian mengatakan, 'Sadio ayahmu meninggal' dan saya menjawab 'benarkah? Dia becanda'....Saya sungguh tak mempercayainya," ungkap Mane dikutip dari The Guardian, Rabu (8/4/2020).
"Kami sempat memberikannya obat-obatan tradisional selama tiga atau empat bulan. Tetapi penyakitnya kembali datang dan obat yang biasa dikonsumsi sudah tak bekerja. Keluarga tidak bisa membawanya ke rumah sakit karena di Bambali tidak ada rumah sakit. Keluarga harus membawanya ke desa untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi bukan itu masalahnya. Saya ingat saudara perempuan saya juga lahir di rumah karena tidak ada rumah sakit di desa kami. Itu adalah situasi yang sangat, sangat menyedihkan bagi semua orang. Saya ingin membangun satu untuk memberi orang harapan."
Sosok ayahnya di mata Mane sangatlah penting. Dia merupakan salah satu orang yang sangat mendukung kariernya.
"Ketika saya masih muda, ayah saya selalu mengatakan betapa bangganya dia terhadap saya. Dia adalah pria dengan hati yang besar. Ketika dia meninggal, itu berdampak besar pada saya dan seluruh keluarga saya. Saya berkata pada diri sendiri: "Sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk membantu ibu saya." Itu hal yang sulit untuk dihadapi ketika Anda masih muda," imbuhnya.
Berawal dari situ, Mane pun tumbuh sebagai pesepak bola hebat. Namanya tidak hanya ngetop di negara asalnya, tapi juga dunia. Salah satu keberhasilan yang membuat kampung halamannya bangga adalah dia menjadi bagian dari keberhasilan Liverpool meraih trofi juara Liga Champions 2018/2019.
Setelah popularitasnya melejit dan bergelimang harta, Mane tidak lupa pada kampung halamannya. Dia pun menggelontorkan biaya fantastis untuk membangun rumah sakit.
Ide ini berangkat dari pengalamannya sewaktu ayahnya sakit dan meninggal dunia saat ia berusia 7 tahun. Mane menceritakan bahwa ayahnya memang sudah cukup lama sakit.Namun, lantaran keterbatasan biaya dan tidak adanya rumah sakit di Bambali membuat keluarga hanya memberikan obat-obatan tradisional selama tiga hingga empat bulan. Ditinggal ayah membuat Mane harus membantu ibunya untuk mencari nafkah. Sejak saat itu, Mane pun bercita-cita membangun sebuah rumah sakit di kampung halamannya.
Setelah menabung cukup lama, Mane pun berhasil mewujudkan cita-citanya membangun rumah sakit dan membangun sebuah sekolah tahun lalu. Kisah perjalanan hidup Mane inilah yang dijadikan film dokumenter berjudul: "Sadio Mane Made In Senegal".
"Saat itu saya sedang bermain di lapangan ketika sepupu saya mendekat dan kemudian mengatakan, 'Sadio ayahmu meninggal' dan saya menjawab 'benarkah? Dia becanda'....Saya sungguh tak mempercayainya," ungkap Mane dikutip dari The Guardian, Rabu (8/4/2020).
"Kami sempat memberikannya obat-obatan tradisional selama tiga atau empat bulan. Tetapi penyakitnya kembali datang dan obat yang biasa dikonsumsi sudah tak bekerja. Keluarga tidak bisa membawanya ke rumah sakit karena di Bambali tidak ada rumah sakit. Keluarga harus membawanya ke desa untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi bukan itu masalahnya. Saya ingat saudara perempuan saya juga lahir di rumah karena tidak ada rumah sakit di desa kami. Itu adalah situasi yang sangat, sangat menyedihkan bagi semua orang. Saya ingin membangun satu untuk memberi orang harapan."
Sosok ayahnya di mata Mane sangatlah penting. Dia merupakan salah satu orang yang sangat mendukung kariernya.
"Ketika saya masih muda, ayah saya selalu mengatakan betapa bangganya dia terhadap saya. Dia adalah pria dengan hati yang besar. Ketika dia meninggal, itu berdampak besar pada saya dan seluruh keluarga saya. Saya berkata pada diri sendiri: "Sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk membantu ibu saya." Itu hal yang sulit untuk dihadapi ketika Anda masih muda," imbuhnya.
(sha)