Perseteruan Shovkovskyi dan Rakytskyi ganggu soliditas Ukraina
A
A
A
Sindonews.com - Perseteruan antara kedua pemain, Shovkovskyi dan Rakytskyi, adalah lumrah di lapangan hijau. Namun, akan jadi masalah besar jika hal itu membesar jelang laga Piala Eropa 2012. Ukraina menjadi tuan rumah bersama dengan Polandia.
Seperti peristiwa di lorong Stadion Shakhtyor, stadion milik tuan rumah klub Shakhtar Donetsk, medio l aga April 2012 lalu, masih diingat Yaroslav Rakytskyi, pemain belakang Donetsk.
”Shovkovskyi menghina kota asal saya, presiden saya, dan pelatih serta anggota tim. Bagaimana mungkin kami bisa bermain di bawah satu bendera, Ukraina, jika dia berani mengeluarkan kata-kata seperti itu?” kata pemain berusia 22 tahun itu kepada BBC Sport, Senin (4/6/2012).
Pemain bernama lengkap Oleksandr Shovkovskyi, kiper klub Dynamo Kiev sekaligus rekan anggota tim Ukraina. Dia adalah salah satu pemain senior yang memiliki jam terbang tinggi bersama tim Ukraina.
Rakytskyi beruntung. Dia masuk dalam 23 nama pemain yang didaftarkan Oleg Blokhin, Pelatih Ukraina, berlaga di Piala Eropa 2012. Sementara Shovkovskyi? Ia dicoret karena cedera yang menderanya beberapa pekan sebelum nama-nama pemain inti diserahkan ke Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Ketika masih bergabung bersama Uni Soviet, klub itu menjadi penyumbang pemain terbanyak dan faktor kesuksesan negara di pentas internasional. Sayang, kontribusi serupa tidak mampu dipertahankan ketika Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1991.
Ukraina hanya mampu sekali lolos ke even besar sepak bola: Piala Dunia 2006. Meski mampu mencatat prestasi baik di Jerman, dengan langsung melangkah hingga perempat final, capaian ini terasa hambar karena Ukraina selalu terhenti pada kualifikasi kompetisi-kompetisi lainnya.
Di Piala Eropa 2012 pun demikian. Anatoliy Tymoshchuk dkk belum tentu mengikuti turnamen utama kalau tidak berstatus tuan rumah. Menghilangnya peran Dynamo tersebut tentu tidak lepas dari bantuan klub lain. Jika pemain juara Uni Soviet 13 kali itu dibantu punggawa trio klub Moskow: Spartak, Dynamo, dan CSKA, tidak demikian saat mereka bertarung di bawah panji Ukraina.
Cuma ada satu klub yang terbilang membantu, yakni Shakhtar Donetsk. Sumbangsih Shakhtar pun terasa tidak maksimal mengingat kebijakan klub yang lebih mengedepankan pemain asing.
Seperti peristiwa di lorong Stadion Shakhtyor, stadion milik tuan rumah klub Shakhtar Donetsk, medio l aga April 2012 lalu, masih diingat Yaroslav Rakytskyi, pemain belakang Donetsk.
”Shovkovskyi menghina kota asal saya, presiden saya, dan pelatih serta anggota tim. Bagaimana mungkin kami bisa bermain di bawah satu bendera, Ukraina, jika dia berani mengeluarkan kata-kata seperti itu?” kata pemain berusia 22 tahun itu kepada BBC Sport, Senin (4/6/2012).
Pemain bernama lengkap Oleksandr Shovkovskyi, kiper klub Dynamo Kiev sekaligus rekan anggota tim Ukraina. Dia adalah salah satu pemain senior yang memiliki jam terbang tinggi bersama tim Ukraina.
Rakytskyi beruntung. Dia masuk dalam 23 nama pemain yang didaftarkan Oleg Blokhin, Pelatih Ukraina, berlaga di Piala Eropa 2012. Sementara Shovkovskyi? Ia dicoret karena cedera yang menderanya beberapa pekan sebelum nama-nama pemain inti diserahkan ke Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Ketika masih bergabung bersama Uni Soviet, klub itu menjadi penyumbang pemain terbanyak dan faktor kesuksesan negara di pentas internasional. Sayang, kontribusi serupa tidak mampu dipertahankan ketika Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1991.
Ukraina hanya mampu sekali lolos ke even besar sepak bola: Piala Dunia 2006. Meski mampu mencatat prestasi baik di Jerman, dengan langsung melangkah hingga perempat final, capaian ini terasa hambar karena Ukraina selalu terhenti pada kualifikasi kompetisi-kompetisi lainnya.
Di Piala Eropa 2012 pun demikian. Anatoliy Tymoshchuk dkk belum tentu mengikuti turnamen utama kalau tidak berstatus tuan rumah. Menghilangnya peran Dynamo tersebut tentu tidak lepas dari bantuan klub lain. Jika pemain juara Uni Soviet 13 kali itu dibantu punggawa trio klub Moskow: Spartak, Dynamo, dan CSKA, tidak demikian saat mereka bertarung di bawah panji Ukraina.
Cuma ada satu klub yang terbilang membantu, yakni Shakhtar Donetsk. Sumbangsih Shakhtar pun terasa tidak maksimal mengingat kebijakan klub yang lebih mengedepankan pemain asing.
(aww)