Sheva sang Dewa Penyelamat Ukraina
A
A
A
Sindonews.com - Pemain gaek asal Ukraina ini membuktikan umur bukanlah alasan untuk tidak bersinar di turnamen besar sekelas Piala Eropa. Dia adalah Andriy Shevchenko seorang "Dewa Penyelamat" dan pahlawan bagi Ukraina. Bagaimana tidak dua golnya membuat Ukraina memimpin sementara klasemen Grup D.
Sosok yang kerap dipanggil Sheva tersebut bahkan sudah dianggap “Dewa” bagi masyarakat setempat. Shevchenko tidak ubahnya Diego Armando Maradona bagi Argentina. Penyerang berusia 35 tahun itu merupakan kebanggaan Ukraina. Pengaruhnya hampir setara dengan pejabat-pejabat penting pemerintahan. Maklum, dia adalah roh bagi Zhovto-Blakytni yang berarti Kuning Biru , julukan Ukraina, di setiap turnamen internasional.
Bukti “ketuhanan” Sheva terlihat, Selasa (12 Juni 2012) dini hari, saat laga pertama babak penyisihan Grup D Piala Eropa 2012 kontra Swedia. Determinasi, totalitas, dan kecemerlangan bomber Dynamo Kiev tersebut memungkinkan armada Oleh Blokhin itu memetik kemenangan penting 2-1 di Olympic Stadium, Kiev.
“Kami menunjukkan karakter Ukraina yang sebenarnya. Kami bisa memainkan sepak bola ciri khas negeri ini. Tentu saja ini menjadi kemenangan penting bagi kami. Sekarang, kami punya peluang bagus untuk melaju ke fase berikutnya,” ujar Shevchenko, dikutip Reuters.
Mantan bintang Chelsea dan AC Milan itu telah mempertahankan asa tuan rumah di Piala Eropa 2012. Ketika seluruh publik Ukraina tertunduk lesu akibat gol Zlatan Ibrahimovich pada menit ke-52, Shevchenko mampu menjaga moral rekan-rekannya. Bahkan, dia menjadi juru selamat dengan memetik dua gol beruntun. Dua tandukan Shevchenko pada menit ke-55 dan ke-61 mengembalikan senyum dan kegembiraan semua pendukungnya.
Berkat jasanya pula, Ukraina terhindar dari kutukan yang menimpa tuan rumah Piala Eropa pada pertandingan pertama. Selama beberapa edisi belakangan, tuan rumah Piala Eropa kerap gagal memetik hasil positif dan cenderung terjungkal saat laga pertama. Polandia menjadi korban terbaru setelah ditahan imbang 1-1 oleh Yunani pada pertandingan pembuka Grup A. Austria dan Swiss kalah pada edisi 2008.
Sementara empat tahun sebelumnya menimpa Portugal. Semua itu karena Shevchenko tahu apa yang harus dilakukan. Faktanya, dua gol yang diciptakannya lahir dari pengamatan dan penempatan diri yang sempurna. Ya, dia tidak terlihat canggung atau demam panggung kendati pertandingan itu merupakan debutnya di pentas Eropa. Wajar jika pujian menghujaninya.
Bahkan, Blokhin terus menyanjung pemain bintangnya tersebut. “Shevchenko tidak percaya ketika saya bermimpi bahwa dia akan mencetak gol pada pertandingan ini (kontra Swedia). Kami kebobolan lebih dulu. Beruntung para pemain tidak kehilangan semangat juang,” ucap Blokhin.
Karena itu, Shevchenko kini jadi tumpuan utama pada kompetisi ini. Dia diharapkan dapat memenuhi hasrat seluruh penduduk Ukraina yang ingin mengangkat gelar internasional untuk pertama kali. Terlebih event ini merupakan kesempatan terakhirnya sebelum gantung sepatu.
Di lain pihak, Ibrahimovich tidak kuasa menyembunyikan kesedihannya. Dia kecewa lantaran Swedia tidak mampu menjaga keunggulan. Padahal, secara kualitas, performa Blagult—julukan Swedia jauh lebih baik.
“Saya tentu saja sedih. Kami memiliki banyak kesempatan mencetak gol. Kekalahan ini seharusnya tidak terjadi.Tapi, kenyataannya seperti ini. Sekarang masih ada dua pertandingan yang harus dimenangkan. Kami harus tampil lebih baik lagi dari ini,” ucap Ibra, sapaan Ibrahimovich.
Sosok yang kerap dipanggil Sheva tersebut bahkan sudah dianggap “Dewa” bagi masyarakat setempat. Shevchenko tidak ubahnya Diego Armando Maradona bagi Argentina. Penyerang berusia 35 tahun itu merupakan kebanggaan Ukraina. Pengaruhnya hampir setara dengan pejabat-pejabat penting pemerintahan. Maklum, dia adalah roh bagi Zhovto-Blakytni yang berarti Kuning Biru , julukan Ukraina, di setiap turnamen internasional.
Bukti “ketuhanan” Sheva terlihat, Selasa (12 Juni 2012) dini hari, saat laga pertama babak penyisihan Grup D Piala Eropa 2012 kontra Swedia. Determinasi, totalitas, dan kecemerlangan bomber Dynamo Kiev tersebut memungkinkan armada Oleh Blokhin itu memetik kemenangan penting 2-1 di Olympic Stadium, Kiev.
“Kami menunjukkan karakter Ukraina yang sebenarnya. Kami bisa memainkan sepak bola ciri khas negeri ini. Tentu saja ini menjadi kemenangan penting bagi kami. Sekarang, kami punya peluang bagus untuk melaju ke fase berikutnya,” ujar Shevchenko, dikutip Reuters.
Mantan bintang Chelsea dan AC Milan itu telah mempertahankan asa tuan rumah di Piala Eropa 2012. Ketika seluruh publik Ukraina tertunduk lesu akibat gol Zlatan Ibrahimovich pada menit ke-52, Shevchenko mampu menjaga moral rekan-rekannya. Bahkan, dia menjadi juru selamat dengan memetik dua gol beruntun. Dua tandukan Shevchenko pada menit ke-55 dan ke-61 mengembalikan senyum dan kegembiraan semua pendukungnya.
Berkat jasanya pula, Ukraina terhindar dari kutukan yang menimpa tuan rumah Piala Eropa pada pertandingan pertama. Selama beberapa edisi belakangan, tuan rumah Piala Eropa kerap gagal memetik hasil positif dan cenderung terjungkal saat laga pertama. Polandia menjadi korban terbaru setelah ditahan imbang 1-1 oleh Yunani pada pertandingan pembuka Grup A. Austria dan Swiss kalah pada edisi 2008.
Sementara empat tahun sebelumnya menimpa Portugal. Semua itu karena Shevchenko tahu apa yang harus dilakukan. Faktanya, dua gol yang diciptakannya lahir dari pengamatan dan penempatan diri yang sempurna. Ya, dia tidak terlihat canggung atau demam panggung kendati pertandingan itu merupakan debutnya di pentas Eropa. Wajar jika pujian menghujaninya.
Bahkan, Blokhin terus menyanjung pemain bintangnya tersebut. “Shevchenko tidak percaya ketika saya bermimpi bahwa dia akan mencetak gol pada pertandingan ini (kontra Swedia). Kami kebobolan lebih dulu. Beruntung para pemain tidak kehilangan semangat juang,” ucap Blokhin.
Karena itu, Shevchenko kini jadi tumpuan utama pada kompetisi ini. Dia diharapkan dapat memenuhi hasrat seluruh penduduk Ukraina yang ingin mengangkat gelar internasional untuk pertama kali. Terlebih event ini merupakan kesempatan terakhirnya sebelum gantung sepatu.
Di lain pihak, Ibrahimovich tidak kuasa menyembunyikan kesedihannya. Dia kecewa lantaran Swedia tidak mampu menjaga keunggulan. Padahal, secara kualitas, performa Blagult—julukan Swedia jauh lebih baik.
“Saya tentu saja sedih. Kami memiliki banyak kesempatan mencetak gol. Kekalahan ini seharusnya tidak terjadi.Tapi, kenyataannya seperti ini. Sekarang masih ada dua pertandingan yang harus dimenangkan. Kami harus tampil lebih baik lagi dari ini,” ucap Ibra, sapaan Ibrahimovich.
(akr)