Kasta kedua Jawa Timur suram

Jum'at, 20 Juli 2012 - 15:40 WIB
Kasta kedua Jawa Timur...
Kasta kedua Jawa Timur suram
A A A
Sindonews.com - Nama besar klub Jawa Timur di level tertinggi sepakbola nasional mungkin terselamatkan gelar juara Piala Indonesia yang diboyong Persibo Bojonegoro. Tapi tidak demikian dengan kompetisi kasta kedua. Klub-klub Divisi Utama Jawa Timur remuk redam selama kompetisi 2012.

Jawa Timur sebagai penyumbang terbanyak kontestan Divisi Utama 2012 yang terbagi dalam tiga grup, musim ini ini gagal total. Tercatat enam klub di level ini, yakni Persik Kediri, Madiun Putra FC, PSBI Blitar, Persewangi Banyuwangi, Persipro Bondowoso United, Gresik United.

Keenamnya gagal menembus babak play off untuk memperebutkan tiket promosi ke level satu musim depan. Raihan terbaik diraih Persik Kediri yang bercokol di posisi ketiga klasemen akhir Grup 2, serta PSBI Blitar yang menyodok ke peringkat ketiga Grup 3.

Kegagalan klub Divisi Utama Jawa Timur, menurut beberapa pihak, disebabkan beberapa faktor. Selain minimnya pengalaman bertanding dan kurangnya persiapan, pendanaan klub yang seret musim ini juga menjadi salah satu sebab. Dari sekian kontestan dari Jawa Timur, sama sekali tidak ada yang memiliki keuangan stabil.

Persik Kediri yang notabene paling berpengalaman di liga level tertinggi, tak berbicara banyak ketika berhadapan dengan persoalan dana. Mengawali musim tanpa belanja berarti, Macan Putih masih diwarnai krisis finansial hingga pemain belum menerima gaji hingga kini.

“Banyak faktor yang membuat Persik gagal musim ini. Paling kentara adalah faktor keuangan. Itu berakibat persiapan kurang maksimal sebelum kompetisi dan sempat mengurangi motivasi bertanding pemain. Kami belum tahu apakah semua bisa membaik musim depan,” terang Asisten Manajer Persik Arya Wisnu.

Problem lain adalah pengalaman dan ini dirasakan Madiun Putra FC (MPFC) yang sempat bergairah di awal kompetisi. Sejak awal pelatih Hanafi mengingatkan, tantangan bagi MPFC adalah pengalaman bertanding karena menyandang status sebagai tim debutan di Divisi Utama.

Ucapan Hanafi ternyata benar. Sempat menguasai klasemen di beberapa pekan awal, Blue Force mengakhiri kompetisi di peringkat ketujuh Grup 3. “Sulit bagi kami memanfaatkan pemain lokal untuk bisa langsung memuaskan. Secara mental kami memang masih butuh pengalaman,” cetus Hanafi.

Padahal MPFC mempersiapkan diri dengan sangat matang awal musim lalu, dan jauh lebih cepat dibanding klub lain. Nyatanya itu belum memberikan dampak positif untuk tim kebanggaan Kota Madiun, yang berdempetan dengan Persewangi Banyuwangi dan Gresik United di dasar klasemen Grup 3.

Prestasi mengejutkan justru dicapai PSBI Blitar yang mengakhiri kompetisi di urutan ketiga klasemen Grup 3. Datang sebagai tim yang sama sekali tak diperhitungkan, tim berjuluk laskar Singo Lodro malah mengungguli klub-klub Jawa Timur lainnya di grup yang sama, seperti MPFC, Persewangi, Gresik United dan Persipro.

Dari Probolinggo, Pelatih Persipro Bondowoso United I Putu Gede mengungkapkan musim ini pemain nyaris tanpa motivasi berarti. Persoalan dana yang tidak dikucurkan Konsorsium LPI membuat pemain menurun tajam menjelang akhir kompetisi Divisi Utama karena keterlambatan gaji.

“Kami cukup lumayan di awal sampai pertengahan musim. Tapi di akhir kompetisi, pemain drop dan bahkan kami tidak mampu bertanding di Piala Indonesia lawan Arema. Persoalan keuangan memang sangat terasa berat musim ini, bukan kami saja tapi juga klub-klub lain,” papar Putu.

Kondisi ini membuat masa depan klub Divisi Utama Jawa Timur semakin tidak pasti. Semua klub di atas sebelumnya mengandalkan pemasukan finansial dari asupan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Setelah APBD dilarang untuk klub profesional, keuangan klub mulai kacau balau. Dikuasainya saham oleh Konsorsium LPI pun justru menambah masalah.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0614 seconds (0.1#10.140)