Aremania tak suka nama Arema Cronous
A
A
A
Sindonews.com - Akuisisi Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) oleh Pelita Cronous bakal membawa konsekuensi tersendiri. Setelah Aremania, suporter Arema, lega karena merger antara Arema dan Pelita Jaya batal, kini mereka sedikit terganggu persoalan nama.
Ya, PT Pelita Cronous sebagai pembeli 100% saham klub Singo Edan berniat melakukan penambahan nama. Kabar yang beredar, Arema bakal menjadi Arema Cronous karena permintaan dari PT Pelita Cronous sebagai pengelola klub. Walau perubahan nama itu belum pasti, tak sedikit Aremania yang gelisah.
Alasannya sama seperti saat dengung merger masih menggema di Malang, yakni terkait keaslian nama Arema itu sendiri. Apalagi jika ada perubahan logo dan segala sesuatu yang menyangkut jati diri klub. Sejauh ini, baru manajemen klub yang sudah berganti nama menjadi Arema Cronous.
Reza Pahlevi, 29, Aremania asal Blimbing, Malang, mengatakan kekhawatiran itu berdasar fakta sekarang ini masih ada dua Arema di Malang. ''Saya khawatir perubahan nama itu nantinya memunculkan pemikiran di benak sebagian Aremania terkait mana Arema yang asli,” katanya.
Perubahan nama dikhawatirkan bakal memunculkan anggapan Arema ISL bukan lagi Arema yang dulu. “Dari sisi nama, sebenarnya tidak ada masalah karena sebelumnya pernah berubah juga. Tapi karena masih ada dualisme, rasanya tidak enak jika Arema (ISL) langsung mengubah nama,” ujarnya.
Perdebatan soal 'Arema asli' memang belum bisa dilupakan begitu saja dari supporter Aremania. Sebagian besar Aremania menganggap Arema ISL atau yang berkandang di Stadion Kanjuruhan adalah Singo Edan yang asli. Sedangkan Arema IPL hanya memiliki segelintir pengikut.
Sebelumnya Arema yang mempunyai nama asli Arema Malang memang pernah mengalami perubahan. Tepatnya setelah dikelola PT Bentoel Prima pada 2003-2009 silam, Arema Malang berubah nama menjadi Arema Indonesia dengan tujuan untuk menaikkan brand klub.
Perubahan nama dari Arema Malang menjadi Arema Indonesia juga tidak ada yang mengeluhkan saat itu. Aremania dengan sukarela menerima perubahan dan bahkan hingga klub terpecah menjadi dua pun Singo Edan tetap dikenal sebagai Arema Indonesia.
Selain yang masih keberatan dengan perubahan nama, tak sedikit Aremania yang tidak mempersoalkan penambahan nama pemilik saham. Bagi Aremania yang tidak merasa keberatan, rata-rata berpijak pada pengalaman bahwa Arema pernah mengalami perubahan nama sebelumnya.
Mantan Direktur Arema Ruddy Widodo mengungkapkan, penambahan nama memang sudah umum jika terjadi perubahan pemegang saham. Pemilik saham yang baru berhak memberikan perubahan, baik nama maupun aspek lain yang biasanya menonjolkan identitas pemilik saham.
''Saya rasa wajar jika Pelita Cronous kemudian mempunyai inisiatif untuk memberikan penambahan nama di belakang Arema. Bagaimana pun juga mereka adalah pemilik saham dan paling berwenang menentukan kebijakan klub. Tapi saya berharap tetap ada pertimbangan,” ungkap Ruddy yang rencananya tetap berada di jajaran manajemen Arema.
Pertimbangan yang dimaksud adalah sikap dari Aremania sebagai aset paling berharga klub Arema. Ruddy menambahkan, bagaimana pun Arema tidak bisa dilepaskan dari Aremania, sehingga jika ada kegelisahan di benak Aremania maka harus tetap menjadi bahan pemikiran.
“Saya rasa pemilik saham yang baru sangat memahami itu. Hanya saja, sekali lagi, perubahan nama itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan, sejauh masih ada identitas Arema. Itu tak mengubah apa pun seperti saat Arema dikelola PT bentoel Prima,” paparnya.
Ya, PT Pelita Cronous sebagai pembeli 100% saham klub Singo Edan berniat melakukan penambahan nama. Kabar yang beredar, Arema bakal menjadi Arema Cronous karena permintaan dari PT Pelita Cronous sebagai pengelola klub. Walau perubahan nama itu belum pasti, tak sedikit Aremania yang gelisah.
Alasannya sama seperti saat dengung merger masih menggema di Malang, yakni terkait keaslian nama Arema itu sendiri. Apalagi jika ada perubahan logo dan segala sesuatu yang menyangkut jati diri klub. Sejauh ini, baru manajemen klub yang sudah berganti nama menjadi Arema Cronous.
Reza Pahlevi, 29, Aremania asal Blimbing, Malang, mengatakan kekhawatiran itu berdasar fakta sekarang ini masih ada dua Arema di Malang. ''Saya khawatir perubahan nama itu nantinya memunculkan pemikiran di benak sebagian Aremania terkait mana Arema yang asli,” katanya.
Perubahan nama dikhawatirkan bakal memunculkan anggapan Arema ISL bukan lagi Arema yang dulu. “Dari sisi nama, sebenarnya tidak ada masalah karena sebelumnya pernah berubah juga. Tapi karena masih ada dualisme, rasanya tidak enak jika Arema (ISL) langsung mengubah nama,” ujarnya.
Perdebatan soal 'Arema asli' memang belum bisa dilupakan begitu saja dari supporter Aremania. Sebagian besar Aremania menganggap Arema ISL atau yang berkandang di Stadion Kanjuruhan adalah Singo Edan yang asli. Sedangkan Arema IPL hanya memiliki segelintir pengikut.
Sebelumnya Arema yang mempunyai nama asli Arema Malang memang pernah mengalami perubahan. Tepatnya setelah dikelola PT Bentoel Prima pada 2003-2009 silam, Arema Malang berubah nama menjadi Arema Indonesia dengan tujuan untuk menaikkan brand klub.
Perubahan nama dari Arema Malang menjadi Arema Indonesia juga tidak ada yang mengeluhkan saat itu. Aremania dengan sukarela menerima perubahan dan bahkan hingga klub terpecah menjadi dua pun Singo Edan tetap dikenal sebagai Arema Indonesia.
Selain yang masih keberatan dengan perubahan nama, tak sedikit Aremania yang tidak mempersoalkan penambahan nama pemilik saham. Bagi Aremania yang tidak merasa keberatan, rata-rata berpijak pada pengalaman bahwa Arema pernah mengalami perubahan nama sebelumnya.
Mantan Direktur Arema Ruddy Widodo mengungkapkan, penambahan nama memang sudah umum jika terjadi perubahan pemegang saham. Pemilik saham yang baru berhak memberikan perubahan, baik nama maupun aspek lain yang biasanya menonjolkan identitas pemilik saham.
''Saya rasa wajar jika Pelita Cronous kemudian mempunyai inisiatif untuk memberikan penambahan nama di belakang Arema. Bagaimana pun juga mereka adalah pemilik saham dan paling berwenang menentukan kebijakan klub. Tapi saya berharap tetap ada pertimbangan,” ungkap Ruddy yang rencananya tetap berada di jajaran manajemen Arema.
Pertimbangan yang dimaksud adalah sikap dari Aremania sebagai aset paling berharga klub Arema. Ruddy menambahkan, bagaimana pun Arema tidak bisa dilepaskan dari Aremania, sehingga jika ada kegelisahan di benak Aremania maka harus tetap menjadi bahan pemikiran.
“Saya rasa pemilik saham yang baru sangat memahami itu. Hanya saja, sekali lagi, perubahan nama itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan, sejauh masih ada identitas Arema. Itu tak mengubah apa pun seperti saat Arema dikelola PT bentoel Prima,” paparnya.
(aww)