Investor asing tak ada pengaruh
A
A
A
Sindonews.com – Kehadiran pemilik asing di sepak bola Inggris masih menciptakan polemik. Kehadiran mereka masih belum sepenuhnya diterima karena serangkaian efek buruk yang terjadi.
Gambaran ini terlihat pada hasil penelitian Sporting Intelligence.Hanya dua klub yang dikuasai investor asing masuk 10 besar daftar klub dengan pemilik terbaik.Klub tersebut adalah Manchester City (Man City) dan Arsenal. Didukung kekuatan modal Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan,Man City mengoleksi 9,5% pilihan 1.000 pendukung yang mewakili 60 klub lebih.
Menduduki peringkat 3,sekitar 2,2% suara itu merupakan fans klub sendiri dan sisanya datang dari 14 klub berbeda. Kepemimpinan Sheikh Mansour dipuji menyusul kontribusinya bagi klub.Dia mendatangkan pemain kelas dunia seperti Carlos Tevez,David Silva,dan Sergio Aguero,serta pelatih bertangan dingin Roberto Mancini.
Mengandalkan komposisi ini,The Citizens—julukan Man City— mampu menjuarai Piala FA 2010/2011 dan sukses mengakhiri puasa gelar liga 44 tahun pada musim lalu. Sementara Arsenal dikagumi karena stabilitasnya.Persepsi fans mereka terhadap klub kesayangan terbilang rendah (0,7%).Maklum, suporter Arsenal kesal melihat tim kesayangan gagal membawa pulang trofi sejak 2004/2005.
Di sisi lain,manajemen menetapkan harga tiket tinggi. Namun,pendukung klub lain tetap menyanjung konsistensi klub London Utara tersebut. Mereka terpukau melihat keberhasilan The Gunners— julukan Arsenal—menetap di papan atas Liga Primer sehingga tampil di 14 dari 15 musim terakhir Liga Champions.
Performa Arsenal di kompetisi paling prestisius antarklub Eropa itu juga mengagumkan.Pasukan Arsene Wenger selalu lolos ke babak gugur pada 10 edisi teranyar. Tapi,keberadaan Man City dan Arsenal di 10 besar pemilik terbaik adalah kasus unik.Sebab, sembilan posisi lainnya dihuni klub yang dijalankan pengusaha lokal.
Mereka mencakup Swansea City (11,8%),Wigan Athletic (10,3%),West Bromwich Albion (7,5%),Arsenal (7,2), Tottenham Hotspur (5,3%), Middlesbrough (4,6%),AFC Wimbledon (4,6%),Everton (4,2%), dan Crystal Palace (4,1%). Kepemimpinan pemilik ini disukai berkat kepiawaian dalam menjalankan klub.
Para biliuner pribumi ini turut disukai karena selalu mendengarkan suara suporter.“Swansea contoh terbaik.Mereka melibatkan grup fans pada kepemilikan saham.Bersama-sama mereka kemudian berjuang mewujudkan mimpi,” kata Kevin Rye asal Supporters Direct,organisasi tempat 180 kelompok pendukung klub berkumpul.
“Pencapaian Swansea turut menepis mitos yang menyatakan suporter tidak tahu cara menjalankan klub.Terbukti,demokrasi antara fans dan pemilik menciptakan lingkungan kerja kondusif,” sambungnya.
Klub yang dikuasai asing justru mendominasi 10 besar daftar terburuk.Di sini cuma ada satu nama yang dikuasai lokal,yakni Leeds United era kepemilikan Ken Bates.Man City (5%) dan Arsenal (3,5%) juga masuk daftar ini.Sedangkan tujuh tempat lain diduduki Blackburn Rovers (27,3%),Chelsea (22,2%), Manchester United (12,5),Portsmouth (6,3%), Queens Park Rangers (4%),Cardiff City (2,7%), dan Birmingham City (1,9%).
Kesalahan investor asing ini beragam. Namun,penyebab utama rendahnya penghargaan terhadap mereka disebabkan keteledoran dalam menjalankan klub.Fans menganggap para pengusaha luar negeri ini merusak klub kesayangan yang tadinya stabil. Yang lain melihat pemilik asing tidak punya hubungan baik dengan suporter.Bahkan ada yang menilai kehadiran mereka sudah meracuni sepak bola.
Status itu tidak lain diberikan pada Man City dan Chelsea.Sheikh Mansour dan Roman Abramovich (Chelsea) dituding mengganggu keseimbangan cabang olahraga terpopuler di dunia ini lewat aksi mereka yang tidak segan-segan menggelontorkan uang.Uniknya,mayoritas pendukung Man City (100%) dan Chelsea (70%) menilai tidak ada yang salah dari pemilik klub kesayangan mereka.
Gambaran ini terlihat pada hasil penelitian Sporting Intelligence.Hanya dua klub yang dikuasai investor asing masuk 10 besar daftar klub dengan pemilik terbaik.Klub tersebut adalah Manchester City (Man City) dan Arsenal. Didukung kekuatan modal Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan,Man City mengoleksi 9,5% pilihan 1.000 pendukung yang mewakili 60 klub lebih.
Menduduki peringkat 3,sekitar 2,2% suara itu merupakan fans klub sendiri dan sisanya datang dari 14 klub berbeda. Kepemimpinan Sheikh Mansour dipuji menyusul kontribusinya bagi klub.Dia mendatangkan pemain kelas dunia seperti Carlos Tevez,David Silva,dan Sergio Aguero,serta pelatih bertangan dingin Roberto Mancini.
Mengandalkan komposisi ini,The Citizens—julukan Man City— mampu menjuarai Piala FA 2010/2011 dan sukses mengakhiri puasa gelar liga 44 tahun pada musim lalu. Sementara Arsenal dikagumi karena stabilitasnya.Persepsi fans mereka terhadap klub kesayangan terbilang rendah (0,7%).Maklum, suporter Arsenal kesal melihat tim kesayangan gagal membawa pulang trofi sejak 2004/2005.
Di sisi lain,manajemen menetapkan harga tiket tinggi. Namun,pendukung klub lain tetap menyanjung konsistensi klub London Utara tersebut. Mereka terpukau melihat keberhasilan The Gunners— julukan Arsenal—menetap di papan atas Liga Primer sehingga tampil di 14 dari 15 musim terakhir Liga Champions.
Performa Arsenal di kompetisi paling prestisius antarklub Eropa itu juga mengagumkan.Pasukan Arsene Wenger selalu lolos ke babak gugur pada 10 edisi teranyar. Tapi,keberadaan Man City dan Arsenal di 10 besar pemilik terbaik adalah kasus unik.Sebab, sembilan posisi lainnya dihuni klub yang dijalankan pengusaha lokal.
Mereka mencakup Swansea City (11,8%),Wigan Athletic (10,3%),West Bromwich Albion (7,5%),Arsenal (7,2), Tottenham Hotspur (5,3%), Middlesbrough (4,6%),AFC Wimbledon (4,6%),Everton (4,2%), dan Crystal Palace (4,1%). Kepemimpinan pemilik ini disukai berkat kepiawaian dalam menjalankan klub.
Para biliuner pribumi ini turut disukai karena selalu mendengarkan suara suporter.“Swansea contoh terbaik.Mereka melibatkan grup fans pada kepemilikan saham.Bersama-sama mereka kemudian berjuang mewujudkan mimpi,” kata Kevin Rye asal Supporters Direct,organisasi tempat 180 kelompok pendukung klub berkumpul.
“Pencapaian Swansea turut menepis mitos yang menyatakan suporter tidak tahu cara menjalankan klub.Terbukti,demokrasi antara fans dan pemilik menciptakan lingkungan kerja kondusif,” sambungnya.
Klub yang dikuasai asing justru mendominasi 10 besar daftar terburuk.Di sini cuma ada satu nama yang dikuasai lokal,yakni Leeds United era kepemilikan Ken Bates.Man City (5%) dan Arsenal (3,5%) juga masuk daftar ini.Sedangkan tujuh tempat lain diduduki Blackburn Rovers (27,3%),Chelsea (22,2%), Manchester United (12,5),Portsmouth (6,3%), Queens Park Rangers (4%),Cardiff City (2,7%), dan Birmingham City (1,9%).
Kesalahan investor asing ini beragam. Namun,penyebab utama rendahnya penghargaan terhadap mereka disebabkan keteledoran dalam menjalankan klub.Fans menganggap para pengusaha luar negeri ini merusak klub kesayangan yang tadinya stabil. Yang lain melihat pemilik asing tidak punya hubungan baik dengan suporter.Bahkan ada yang menilai kehadiran mereka sudah meracuni sepak bola.
Status itu tidak lain diberikan pada Man City dan Chelsea.Sheikh Mansour dan Roman Abramovich (Chelsea) dituding mengganggu keseimbangan cabang olahraga terpopuler di dunia ini lewat aksi mereka yang tidak segan-segan menggelontorkan uang.Uniknya,mayoritas pendukung Man City (100%) dan Chelsea (70%) menilai tidak ada yang salah dari pemilik klub kesayangan mereka.
(wbs)