Irene membelot ke Jatim, Jabar tempuh jalur hukum
A
A
A
Sindonews.com - Pecatur berprestasi andalan Jawa Barat (Jabar) GMW Irene Kharisma Sukandar bikin geger. Dia hengkang secara sepihak untuk memperkuat Jawa Timur (Jatim) di perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jabar.
Keputusan Irene itu membuat Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jabar geram dan mengambil langkah hukum. Ketua I KONI Jabar, Djumara Frasad menegaskan, bahwa pecatur Jabar Irene telah melanggar Surat Keputusan Nomor 56 Tahun 2010 yang dikeluarkan KONI Pusat mengenai proses mutasi atlet.
Irene telah melakukan perjanjian dengan KONI Jatim untuk memperkuat Jatim dalam PON XIX Jabar 2016. Irene sudah menandatangani surat perjanjian bernomor 426/20.1/601.1/2012 tertanggal 12 Desember 2012 dan Plt Ketum KONI Jatim yang kini sudah resmi jadi Ketum KONI Jatim, Ir. Erlangga Satriagung dengan sepihak.
Menurut Djumara, Irenee sendiri mengajukan pengunduran dirinya ke Pengda Percasi Jabar pada tanggal 22 Februari 2013. Padahal sesuai dengan surat perjanjian antara KONI Jatim dan Irene, berarti Irenee sudah 1,5 bulan menandatangani perjanjian sebelum mengajukan surat pengundur diri.
”Irene sudah mengajukan surat pengunduran diri dari kontingen Jawa Barat per-22 Januari 2013. Seharusnya seorang atlet harus melakukan proses mutasi sebelum berpindah ke tempat lain. Tapi Irene hanya memberikan surat pengunduran diri. Dan kami anggap surat cacat hukum,” tegasnya.
Dalam perjanjian Irene dan pihak Jatim, pasal 3 dan 4 tercantum Irenee sebagai pihak kedua menerima uang pembinaan Rp1 miliar dari KONI Jatim. Uang tersebut dibagi 2 termin, di mana Rp 200 juta sebagai uang muka dan setelah Irenee mengundurkan diri, sedangkan Rp 800 juta setelah surat persetujuan mutasi atlet ke Jatim dari PB Percasi.
Selain itu, Irene juga menerima uang dari Rp 4 juta/bulan. Tak hanya proses administrasi yang dipertanyakan Djumara. Perjanjian kerja sama Irene dengan KONI Jatim juga menjadi permasalahan pelik. Karena menurut Djumara, Irene masih terus menerima uang pembinaan dari Jawa Barat.
Hingga Desember 2012, Irene masih menerima uang pembinaan Rp50 juta untuk bantuan keikutsertaan turnamen di Rusia. Di bulan yang sama, Irene juga digelontorkan dana Rp10 juta untuk bantuan keikutsertaan turnamen di Australia.
Keputusan Irene itu membuat Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jabar geram dan mengambil langkah hukum. Ketua I KONI Jabar, Djumara Frasad menegaskan, bahwa pecatur Jabar Irene telah melanggar Surat Keputusan Nomor 56 Tahun 2010 yang dikeluarkan KONI Pusat mengenai proses mutasi atlet.
Irene telah melakukan perjanjian dengan KONI Jatim untuk memperkuat Jatim dalam PON XIX Jabar 2016. Irene sudah menandatangani surat perjanjian bernomor 426/20.1/601.1/2012 tertanggal 12 Desember 2012 dan Plt Ketum KONI Jatim yang kini sudah resmi jadi Ketum KONI Jatim, Ir. Erlangga Satriagung dengan sepihak.
Menurut Djumara, Irenee sendiri mengajukan pengunduran dirinya ke Pengda Percasi Jabar pada tanggal 22 Februari 2013. Padahal sesuai dengan surat perjanjian antara KONI Jatim dan Irene, berarti Irenee sudah 1,5 bulan menandatangani perjanjian sebelum mengajukan surat pengundur diri.
”Irene sudah mengajukan surat pengunduran diri dari kontingen Jawa Barat per-22 Januari 2013. Seharusnya seorang atlet harus melakukan proses mutasi sebelum berpindah ke tempat lain. Tapi Irene hanya memberikan surat pengunduran diri. Dan kami anggap surat cacat hukum,” tegasnya.
Dalam perjanjian Irene dan pihak Jatim, pasal 3 dan 4 tercantum Irenee sebagai pihak kedua menerima uang pembinaan Rp1 miliar dari KONI Jatim. Uang tersebut dibagi 2 termin, di mana Rp 200 juta sebagai uang muka dan setelah Irenee mengundurkan diri, sedangkan Rp 800 juta setelah surat persetujuan mutasi atlet ke Jatim dari PB Percasi.
Selain itu, Irene juga menerima uang dari Rp 4 juta/bulan. Tak hanya proses administrasi yang dipertanyakan Djumara. Perjanjian kerja sama Irene dengan KONI Jatim juga menjadi permasalahan pelik. Karena menurut Djumara, Irene masih terus menerima uang pembinaan dari Jawa Barat.
Hingga Desember 2012, Irene masih menerima uang pembinaan Rp50 juta untuk bantuan keikutsertaan turnamen di Rusia. Di bulan yang sama, Irene juga digelontorkan dana Rp10 juta untuk bantuan keikutsertaan turnamen di Australia.
(aww)