Selamat jalan Singa Bola tetaplah tersenyum
A
A
A
Sindonews.com — Arema dan Aremania kehilangan sosok paling penting sepanjang sejarah perjalanan klub. Ir Lucky Adrianda Zaenal atau lebih dikenal sebagai Sam Ikul, pendiri klub Arema Malang, meninggal dunia pada Rabu (24/4) pukul 24.30 WIB setelah sekian lama berjuang melawan kanker hati.
Jenazah Sam Ikul dimakamkan di Tempat pemakaman Umum (TPU) Kasin, Kota Malang pada Rabu, pukul 13.00. Kepergian Sam Ikul menjadi kehilangan terbesar dalam sejarah klub Arema. Pria yang berusia 52 tahun ini adalah sosok utama yang membentuk klub Arema pada 1987 silam.
Ribuan Aremania serta tokoh-tokoh di kota Malang, terlihat memberi penghormatan terakhir, baik di kediaman almarhum di kawasan Dieng hingga ke peristirahatan terakhir di TPU Kasin. Tampak sejumlah tokoh Arema ikut hadir untuk mengantar kepergian Sam Ikul, baik dari pihak Arema Cronous maupun Arema IPL.
“Ini sebuah kehilangan besar bagi Arema. Semangat dan cita-cita Sam Ikul akan terus ada di benak kami. Semoga dia mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ungkap dirijen Aremania, Yuli Sumpil. Dirijen kenamaan ini menilai Sam Ikul adalah sosok terbesar di Arema.
Lucky Adrianda Zaenal adalah putra dari mantan Gubernur Papua Mayor Jenderal TNI (Purn) Acub Zaenal. Sebelum mendirikan klub Arema Malang pada 1987 lalu, dia aktif di dunia balap dan menjadi pembalap nasional di era 80-an. Kesehatan Sam Ikul sudah mulai menurun sejak 2004 saat dia positif mengidap hepatitis C.
Pada 2004 atau saat Arema bermain di final Piala Indonesia kontra Persija Jakarta di Gelora Bung Karno, pandangannya mulai terganggu karena glukoma. Tak lama setelah itu Lucky kehilangan indera penglihatannya. Kondisinya semakin lemah ketika dia mengidap kanker sirosis dan tidak bisa beraktifitas sejak pertengahan 2012 silam.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Sam Ikul sempat mengalami kejang dan sesak nafas. Sejak kesehatannya menurun dalam sepuluh tahun terakhir, Sam Ikul terlihat kurus dan sangat terlihat kurang sehat. Walau begitu dia selalu menyempatkan melihat tim Arema bertanding.
Sekalipun tidak bisa melihat, dia masih ingin merasakan atmosfir di stadion ketika klub yang didirikannya bermain. “Dia sosok yang luar biasa dan Aremania harus mengenang jasa-jasanya. Dia memberikan sebuah klub yang dicintai semua orang di Malang maupun daerah lain,” kata Ovan Tobing, rekan seperjuangan Sam Ikul dalam mendirikan Arema.
Sam Ikul tercatat aktif di kepengurusan Arema sejak 1987 hingga 2003. Pada 2003 dia melepas Arema Malang ke PT Bentoel Prima karena krisis finansial. Kendati Arema diakuisisi PT Bentoel, Sam Ikul masih mendapatkan beberapa persen saham karena sebagai pendiri klub.
Belakangan dia kembali aktif di klub setelah Arema mengalami perpecahan selepas musim 2010-2011. Sam Ikul terlihat aktif memperjuangkan legalitas Arema IPL dan sempat menjadi sosok yang mengendalikan langsung Arema yang bermarkas di Stadion Gajayana tersebut.
Namun setelah Arema IPL juga dipenuhi sengketa di internal manajemennya, Sam Ikul menyatakan mundur dari Arema pada 2012 lalu. “Bagi saya, dia adalah ayah yang selalu berjuang untuk anak-anaknya. Dulu saat Arema masih miskin, Mas Lucky yang selalu berjuang memberi makan pemain walau dengan nasi bungkus,” kata Putu Gede, mantan pemain Arema.
Julukan 'Singa Bola' pantas disematkan kepada Sam Ikul yang pernah mati-matian menjaga eksistensi Arema Malang. Tanpa perjuangan suami Novi Adrianda Zaenal ini, mustahil Arema bisa eksis hingga saat ini. Tak heran jika hampir semua warga Malang berkabung dengan kepergian Sam Ikul.
Secara langsung amupun di dunia maya, berbagai kalangan juga mengantar Sam Ikul dengan ucapan duka. Terlihat Irfan Bachdim, Rahmad Darmawan, Ahmad Bustomi, dan banyak tokoh sepakbola yang memberikan penghormatan terakhir kepada Sam Ikul. Bahkan klub rival Persebaya Surabaya juga turut memberikan ucapan duka.(kukuh setyawan)
Testimoni Tokoh:
“Mas Lucky adalah sosok terbesar dalam sejarah Arema. Dia sebagai pendiri klub dan harus mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya dari Aremania. Semoga semangatnya diteruskan oleh Aremania demia kemajuan Arema. Selamat jalan Mas Lucky, semoga mendapat tempat mulia di sisi-Nya.”
-Satrija Budi Wibawa (Mantan Manajer dan Sekretaris Arema)
“Khususnya mereka yang terlibat di Arema era 90-an, tentu sangat ingat bagaimana sepak terjang Lucky. Dia berusaha keras agar Arema terus hidup, bagaimana pun caranya. Semua yang terkait dengan Arema sudah seharusnya memberi penghormatan yang tinggi untuk dia. Dia benar-benar tokoh sejati di sepakbola.”
-Gusnul Yakin (mantan pelatih Arema di tiga periode berbeda)
“Di dalam atau di luar sepakbola, Lucky adalah saudara saya. Kami pernah berdiskusi, bergurau, bertengkar, senang dan susah bersama. Semoga dia diberikan tempat mulia oleh Allah SWT. Dia-lah Arema yang sebenarnya.”
-Iwan Budianto (CEO Arema Cronous dan mantan manajer Arema Malang di era 2000-an)
Jenazah Sam Ikul dimakamkan di Tempat pemakaman Umum (TPU) Kasin, Kota Malang pada Rabu, pukul 13.00. Kepergian Sam Ikul menjadi kehilangan terbesar dalam sejarah klub Arema. Pria yang berusia 52 tahun ini adalah sosok utama yang membentuk klub Arema pada 1987 silam.
Ribuan Aremania serta tokoh-tokoh di kota Malang, terlihat memberi penghormatan terakhir, baik di kediaman almarhum di kawasan Dieng hingga ke peristirahatan terakhir di TPU Kasin. Tampak sejumlah tokoh Arema ikut hadir untuk mengantar kepergian Sam Ikul, baik dari pihak Arema Cronous maupun Arema IPL.
“Ini sebuah kehilangan besar bagi Arema. Semangat dan cita-cita Sam Ikul akan terus ada di benak kami. Semoga dia mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ungkap dirijen Aremania, Yuli Sumpil. Dirijen kenamaan ini menilai Sam Ikul adalah sosok terbesar di Arema.
Lucky Adrianda Zaenal adalah putra dari mantan Gubernur Papua Mayor Jenderal TNI (Purn) Acub Zaenal. Sebelum mendirikan klub Arema Malang pada 1987 lalu, dia aktif di dunia balap dan menjadi pembalap nasional di era 80-an. Kesehatan Sam Ikul sudah mulai menurun sejak 2004 saat dia positif mengidap hepatitis C.
Pada 2004 atau saat Arema bermain di final Piala Indonesia kontra Persija Jakarta di Gelora Bung Karno, pandangannya mulai terganggu karena glukoma. Tak lama setelah itu Lucky kehilangan indera penglihatannya. Kondisinya semakin lemah ketika dia mengidap kanker sirosis dan tidak bisa beraktifitas sejak pertengahan 2012 silam.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Sam Ikul sempat mengalami kejang dan sesak nafas. Sejak kesehatannya menurun dalam sepuluh tahun terakhir, Sam Ikul terlihat kurus dan sangat terlihat kurang sehat. Walau begitu dia selalu menyempatkan melihat tim Arema bertanding.
Sekalipun tidak bisa melihat, dia masih ingin merasakan atmosfir di stadion ketika klub yang didirikannya bermain. “Dia sosok yang luar biasa dan Aremania harus mengenang jasa-jasanya. Dia memberikan sebuah klub yang dicintai semua orang di Malang maupun daerah lain,” kata Ovan Tobing, rekan seperjuangan Sam Ikul dalam mendirikan Arema.
Sam Ikul tercatat aktif di kepengurusan Arema sejak 1987 hingga 2003. Pada 2003 dia melepas Arema Malang ke PT Bentoel Prima karena krisis finansial. Kendati Arema diakuisisi PT Bentoel, Sam Ikul masih mendapatkan beberapa persen saham karena sebagai pendiri klub.
Belakangan dia kembali aktif di klub setelah Arema mengalami perpecahan selepas musim 2010-2011. Sam Ikul terlihat aktif memperjuangkan legalitas Arema IPL dan sempat menjadi sosok yang mengendalikan langsung Arema yang bermarkas di Stadion Gajayana tersebut.
Namun setelah Arema IPL juga dipenuhi sengketa di internal manajemennya, Sam Ikul menyatakan mundur dari Arema pada 2012 lalu. “Bagi saya, dia adalah ayah yang selalu berjuang untuk anak-anaknya. Dulu saat Arema masih miskin, Mas Lucky yang selalu berjuang memberi makan pemain walau dengan nasi bungkus,” kata Putu Gede, mantan pemain Arema.
Julukan 'Singa Bola' pantas disematkan kepada Sam Ikul yang pernah mati-matian menjaga eksistensi Arema Malang. Tanpa perjuangan suami Novi Adrianda Zaenal ini, mustahil Arema bisa eksis hingga saat ini. Tak heran jika hampir semua warga Malang berkabung dengan kepergian Sam Ikul.
Secara langsung amupun di dunia maya, berbagai kalangan juga mengantar Sam Ikul dengan ucapan duka. Terlihat Irfan Bachdim, Rahmad Darmawan, Ahmad Bustomi, dan banyak tokoh sepakbola yang memberikan penghormatan terakhir kepada Sam Ikul. Bahkan klub rival Persebaya Surabaya juga turut memberikan ucapan duka.(kukuh setyawan)
Testimoni Tokoh:
“Mas Lucky adalah sosok terbesar dalam sejarah Arema. Dia sebagai pendiri klub dan harus mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya dari Aremania. Semoga semangatnya diteruskan oleh Aremania demia kemajuan Arema. Selamat jalan Mas Lucky, semoga mendapat tempat mulia di sisi-Nya.”
-Satrija Budi Wibawa (Mantan Manajer dan Sekretaris Arema)
“Khususnya mereka yang terlibat di Arema era 90-an, tentu sangat ingat bagaimana sepak terjang Lucky. Dia berusaha keras agar Arema terus hidup, bagaimana pun caranya. Semua yang terkait dengan Arema sudah seharusnya memberi penghormatan yang tinggi untuk dia. Dia benar-benar tokoh sejati di sepakbola.”
-Gusnul Yakin (mantan pelatih Arema di tiga periode berbeda)
“Di dalam atau di luar sepakbola, Lucky adalah saudara saya. Kami pernah berdiskusi, bergurau, bertengkar, senang dan susah bersama. Semoga dia diberikan tempat mulia oleh Allah SWT. Dia-lah Arema yang sebenarnya.”
-Iwan Budianto (CEO Arema Cronous dan mantan manajer Arema Malang di era 2000-an)
(wbs)