Gusnul: Sanksi itu membunuh saya

Jum'at, 14 Juni 2013 - 17:06 WIB
Gusnul: Sanksi itu membunuh...
Gusnul: Sanksi itu membunuh saya
A A A
Sindonews.com - Pelatih Persibo Bojonegoro Gusnul Yakin berang dengan sanksi dilarang aktif di persepakbolaan seumur hidup. Menurutnya sanksi yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) itu sama dengan membunuh karinya dan keluarganya.

Gusnul menjadi salah satu ofisial Persibo yang dituding sengaja menginstruksikan pemainnya pura-pura cedera saat dilumat Sunray Cave JC 8-0 di Hongkong pada fase grup AFC Cup. Pelatih asal Malang itu menampik keras dirinya memberi arahan agar pemain pura-pura cedera sehingga laga dihentikan menit 65.

"Tidak ada instruksi seperti itu. Sanksi seumur hidup itu sama dengan membunuh saya dan keluarga. Saya menghidupi keluarga dari sepak bola dan tentu sanksi tersebut keterlaluan. Saya jelas akan melakukan banding," cetus pelatih yang pernah menangani Arema Malang, Persik Kediri dan Persibo di era Divisi 1 ini.

Dalam banding nanti dia akan membeberkan semua fakta yang terjadi sebelum maupun saat bertanding lawan Sunray Cave atau yang akrab disebut Sunhei SC. Gusnul menyebut tim dipaksa bermain walau kondisi fisik sangat tidak memadai, plus keterbatasan pemain.

"Saya paham aturan sepak bola. Pelatih tidak boleh menginstruksikan pemain untuk mengalah atau menghentikan pertandingan. Itu murni karena pemain capek dan tidak kuat dengan suhu rendah di Hongkong. Persibo juga baru tiba di sana beberapa jam sebelum pertandingan," demikian pembelaan Gusnul.

Gusnul bisa dibilang pelatih paling sial musim ini. Datang ke Persibo dengan kondisi finansial klub yang 'sekarat', dia dituntut mengarahkan tim di AFC Cup dengan komposisi pemain yang sangat terbatas sekaligus belum dikontrak permanen oleh manajemen.

Bukan rahasia lagi jika Laskar Angling Dharma hanya menyisakan satu pemain di bangku cadangan dalam beberapa pertandingan AFC Cup. Itu belum termasuk gaji lima bulan selama melatih Persibo yang belum diterimanya sepeser pun hingga saat ini.

"Saya ini kurang apa di Persibo. Gaji belum dibayar, disuruh melatih tim yang mental dan kualitasnya tidak memadai, sudah begitu sekarang kena sanksi. Saya anggap ini cobaan saya. Yang pasti saya tidak merasa berbuat salah selama ini," terang pelatih yang pernah berjasa mengangkat Persibo promosi ke Divisi Utama pada 2009 ini.

Dibanding ofisial lain yang juga terkena sanksi seumur hidup, hukuman yang diterima Gusnul terbilang paling berat. Dia menjadi satu-satu ofisial yang menggantungkan hidupnya murni dari sepakbola. Sedangkan ofisial lain masih memiliki profesi lain di luar sepakbola.

Asisten Pelatih Bambang Pramudji misalnya, masih tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Bojonegoro. Sedangkan Manajer Nur Yahya dan Media Officer Imam Nur Cahyo sudah mengambil keputusan mundur dan sejak awal Juni lalu tidak terlibat dalam urusan manajemen tim oranye.

"Seharusnya manajemen melakukan banding terhadap semua hukuman. Pastinya pemain dan ofisial Persibo sangat berat dengan sanksi tersebut. Apalagi manajemen juga paling bertanggungjawab terhadap semua pertandingan yang dijalani Persibo, baik di IPL maupun AFC Cup," tandasnya.

CEO Persibo Bojonegoro Lukman Wafi berkomitmen akan menyikapi sanksi tersebut dengan pikiran jernih. Menurutnya, pemain maupun ofisial tidak perlu merasa drop dengan sanksi itu karena pihaknya bakal melakukan banding setelah ada surat keputusan resmi dari PSSI.

"Persibo sudah banyak masalah. Tidak perlu dibikin semakin rumit. Masih ada langkah lain yakni melakukan banding. Pemain dan ofisial harus optimistis nantinya mendapatkan hasil terbaik saat banding. Sejauh ini belum ada surat keputusan resmi dari PSSI," terangnya.

Dia sekaligus menagih pertanggungjawaban konsorsium yang selama ini gagal mendanai Persibo sehingga persoalan semakin menumpuk. "Saya minta konsorsium di Jakarta juga ikut bertanggungjawab dalam masalah sanksi maupun finansial," pungkasnya
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8673 seconds (0.1#10.140)