Greg quattrick, Arema foya-foya
A
A
A
Sindonews.com -Lagi-lagi, PSPS Pekanbaru menjadi ajang foya-foya bagi klub-klub Indonesia Super League (ISL) Jawa Timur. Menantang Arema Cronous di Stadion Kanjuruhan, Kamis (4/7), PSPS tidak mampu membuat kejutan dan tetap kalah dengan skor besar. Tak tanggung-tangung, skor 7-1 mewarnai pertarungan di Malang.
Striker Arema Greg Nwokolo menjadi pemain paling berkibar setelah menceploskan empat gol alias quattrick. Gol kemenangan Arema lainnya dikoleksi Kayamba Gumbs (dua gol), serta Dendi Santoso. Sedangkan gol curian tim tamu diciptakan M Isnaini.
Kemenangan besar ini teramat mudah diprediksi jika melihat kelas kekuatan kedua kubu. Namun Arema bukannya tanpa perjuangan untuk memenangi laga. Di babak pertama Arema bermain di bawah level standar dan kesulitan menembus jala PSPS yang dikawal Fance Harianto.
Arema harus menunggu hingga babak pertama hampir berakhir sebelum bisa membolongi jala Fance lewat pinalti Kayamba Gumbs. Itupun PSPS masih mampu membuat belasan ribu Aremania berdebar kala Isnaini lolos dari jebakan offside dan dengan tenang menaklukkan kiper Kurnia Meiga pada menit 53.
Klimaks permainan Singo Edan baru terjadi di setengah jam terakhir. PSPS yang terlihat mulai kelelahan dan hilang konsentrasi, tidak mampu menahan gelombang serangan Singo Edan dan enam gol harus menghujam jala mereka. Greg Nwokolo mencetak empat gol, Kayamba menambah satu gol, sedangkan Dendi Santoso tak mau ketinggalan.
Walau kalah besar, hasil di Kanjuruhan ini bukan sebuah kejutan jika melihat kualitas PSPS. Seperti yang dipertontonkan sebelumnya, ibarat sansak hidup anak asuh Afrizal Tanjung hanya bisa menerima gempuran demi gempuran tanpa bisa berbuat banyak. Greg Nwokolo menjadi mimpi buruk bagi tim asal Riau ini.
Hari baik bagi Greg Nwokolo, justru menjadi hari buruk bagi Alberto Goncalves. Penyerang asal Brasil tersebut bisa dibilang sebagai penampil terburuk di kubu Arema jika melihat bagaimana dia membuang tiga peluang bersih di depan gawang tim berjuluk Asykar Bertuah. Pergerakannya juga tidak efektif seperti kala mengalahkan Persija Jakarta.
Pelatih Arema Cronous Rahmad Darmawan tak menampik timnya lambat panas pada pertandingan sore itu. Jika dibandingkan lawan Persija yang sudah mencetak dua gol di 20 menit awal, harusnya Arema sudah mengoyak jala PSPS dengan minimal tiga gol di awal laga jika saja penyelesaian akhir bisa lebih bagus.
"Kurang tenang di babak pertama. Ada beberapa peluang bagus tapi tak bisa menjadi gol. PSPS menumpuk sebagian besar pemain di pertahanan dan itu memang tidak mudah. Tapi pemain bisa bangkit dan bermain jauh lebih baik dan efektif di babak kedua. Mungkin karena pemain PSPS juga sudah kelelahan," terang Pelatih Arema Rahmad 'RD' Darmawan.
Kendati timnya lambat panas, dia tetap memaklumi hal itu karena bagaimana pun permainan juga tergantung kondisi lawan. "Saya kira PSPS drop ketika kami unggul 2-1. Mereka seakan hilang harapan karena sulit bagi untuk mencetak gol lagi," tambahnya. Ketika lawan putus asa, Arema pun semakin tak terbendung hingga menciptakan enam gol di babak kedua.
Sementara, PSPS sendiri akhirnya menutup mimpi buruk di Jawa Timur karena Arema adalah lawan terakhir di provinsi yang memiliki empat klub di ISL musim ini. Hasilnya? Sangat mengenaskan. Dicukur Persela Lamongan 9-1, digilas Persepam Madura 3-0, dihantam Persegres Gresik United 5-1, dan ditutup kekalahan 7-1 di Stadion Kanjuruhan.
"Arema bagaimana pun levelnya jauh di atas kami. Semula ada harapan ketika bisa memaksakan skor 1-1 dan bermaksud mempertahankan itu. Masalahnya kami sangat kelelahan, karena hanya ada empat pemain di bangku cadangan dan dua di antaranya adalah kiper. Dilihat dari mana pun kondisi kami tak menguntungkan," terang Afrizal Tanjung, Pelatih PSPS Pekanbaru.(Kukuh setyawan)
Striker Arema Greg Nwokolo menjadi pemain paling berkibar setelah menceploskan empat gol alias quattrick. Gol kemenangan Arema lainnya dikoleksi Kayamba Gumbs (dua gol), serta Dendi Santoso. Sedangkan gol curian tim tamu diciptakan M Isnaini.
Kemenangan besar ini teramat mudah diprediksi jika melihat kelas kekuatan kedua kubu. Namun Arema bukannya tanpa perjuangan untuk memenangi laga. Di babak pertama Arema bermain di bawah level standar dan kesulitan menembus jala PSPS yang dikawal Fance Harianto.
Arema harus menunggu hingga babak pertama hampir berakhir sebelum bisa membolongi jala Fance lewat pinalti Kayamba Gumbs. Itupun PSPS masih mampu membuat belasan ribu Aremania berdebar kala Isnaini lolos dari jebakan offside dan dengan tenang menaklukkan kiper Kurnia Meiga pada menit 53.
Klimaks permainan Singo Edan baru terjadi di setengah jam terakhir. PSPS yang terlihat mulai kelelahan dan hilang konsentrasi, tidak mampu menahan gelombang serangan Singo Edan dan enam gol harus menghujam jala mereka. Greg Nwokolo mencetak empat gol, Kayamba menambah satu gol, sedangkan Dendi Santoso tak mau ketinggalan.
Walau kalah besar, hasil di Kanjuruhan ini bukan sebuah kejutan jika melihat kualitas PSPS. Seperti yang dipertontonkan sebelumnya, ibarat sansak hidup anak asuh Afrizal Tanjung hanya bisa menerima gempuran demi gempuran tanpa bisa berbuat banyak. Greg Nwokolo menjadi mimpi buruk bagi tim asal Riau ini.
Hari baik bagi Greg Nwokolo, justru menjadi hari buruk bagi Alberto Goncalves. Penyerang asal Brasil tersebut bisa dibilang sebagai penampil terburuk di kubu Arema jika melihat bagaimana dia membuang tiga peluang bersih di depan gawang tim berjuluk Asykar Bertuah. Pergerakannya juga tidak efektif seperti kala mengalahkan Persija Jakarta.
Pelatih Arema Cronous Rahmad Darmawan tak menampik timnya lambat panas pada pertandingan sore itu. Jika dibandingkan lawan Persija yang sudah mencetak dua gol di 20 menit awal, harusnya Arema sudah mengoyak jala PSPS dengan minimal tiga gol di awal laga jika saja penyelesaian akhir bisa lebih bagus.
"Kurang tenang di babak pertama. Ada beberapa peluang bagus tapi tak bisa menjadi gol. PSPS menumpuk sebagian besar pemain di pertahanan dan itu memang tidak mudah. Tapi pemain bisa bangkit dan bermain jauh lebih baik dan efektif di babak kedua. Mungkin karena pemain PSPS juga sudah kelelahan," terang Pelatih Arema Rahmad 'RD' Darmawan.
Kendati timnya lambat panas, dia tetap memaklumi hal itu karena bagaimana pun permainan juga tergantung kondisi lawan. "Saya kira PSPS drop ketika kami unggul 2-1. Mereka seakan hilang harapan karena sulit bagi untuk mencetak gol lagi," tambahnya. Ketika lawan putus asa, Arema pun semakin tak terbendung hingga menciptakan enam gol di babak kedua.
Sementara, PSPS sendiri akhirnya menutup mimpi buruk di Jawa Timur karena Arema adalah lawan terakhir di provinsi yang memiliki empat klub di ISL musim ini. Hasilnya? Sangat mengenaskan. Dicukur Persela Lamongan 9-1, digilas Persepam Madura 3-0, dihantam Persegres Gresik United 5-1, dan ditutup kekalahan 7-1 di Stadion Kanjuruhan.
"Arema bagaimana pun levelnya jauh di atas kami. Semula ada harapan ketika bisa memaksakan skor 1-1 dan bermaksud mempertahankan itu. Masalahnya kami sangat kelelahan, karena hanya ada empat pemain di bangku cadangan dan dua di antaranya adalah kiper. Dilihat dari mana pun kondisi kami tak menguntungkan," terang Afrizal Tanjung, Pelatih PSPS Pekanbaru.(Kukuh setyawan)
(wbs)