Penyebab terjadinya tinju berdarah di Nabire
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menyampaikan rasa duka dan prihatin atas peristiwa kerusuhan di Gelanggang Olahraga (GOR) saat turnamen tinju amatir Piala Bupati. Kota Lama Kabupaten Nabire Papua Minggu (14/7) malam.
"Kami sampaikan ucapan duka cita kami terhadap keluarga korban dan sangat menyesali kejadian itu," kata Menpora Roy Suryo dalam keterangan pers di media center Kemenpora, Senin (15/7) siang.
Menpora juga akan mengikuti laporan dari PB Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina). Dia tidak mau intervensi, akan tetapi menurut Menpora, Pertina berhak memberikan teguran kepada penyelenggara atau panitia kegiatan sehingga terjadi 17 korban jiwa dalam peristiwa memilukan itu.
" Dari informasi yang diterimanya, ada beberapa penyebab lain sehingga kerusuhan ini menelan banyak korban jiwa. Diantaranya yakni terbatasnya akses keluar masuk karena dari 5 pintu yang ada, hanya 2 yang difungsikan. Di samping itu, kapasitas penonton overload. Seharusnya hanya menampung 800-900 orang, tetapi diisi sekitar 1.500 orang," tulis Kemenpora dalam keterangan persnya.
Terkait masalah ini, dia berpesan penyelenggara kegiatan hendaknya tetap berpegang pada Undang Undang No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 51 ayat (2) bahwa penyelenggaraan kejuaraan olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton wajib mendapatkan rekomendasi dari induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan dan memenuhi peraturan perundang undangan.
Saat ini telah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar stadion. Akan tetapi ketentuan itu belum diberlakukan karena masih menunggu sosialisasi. Dia berharap jika kelak disosialisasikan, stadiun maupun GOR di Indonesia memenuhi standar kelayakan, sehingga tragedi yang terjadi di stadion Kota Lama tidak terjadi di masa yang akan datang, ujarnya.
Rusuh di Gelanggang Olahraga Kota Lama, Kabupaten Nabire Papua, Minggu (14/7) malam bermula dari pendukung petinju Yulius Pigome dari sasana Mawa, yang kalah dalam pertandingan tersebut mengamuk karena jagoan mereka kalah angka dari petinju Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Partai Final Bupati Nabire Cup mempertemukan petinju Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumaropen dari Sasana Persada.
Bentrok antar pendukung kedua petinju, mengakibatkan 1.500 orang yang memadati gelanggang tersebut saling dorong serta saling injak sesama penonton. Akibat peristiwa ini sebanyak 17 orang tewas terdiri dari 5 laki-laki dan 12 perempuan. Namun diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah karena masih banyak yang mendapat perawatan di rumah sakit. Korban luka sebanyak 34 lebih masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siriwini Nabire.
"Kami sampaikan ucapan duka cita kami terhadap keluarga korban dan sangat menyesali kejadian itu," kata Menpora Roy Suryo dalam keterangan pers di media center Kemenpora, Senin (15/7) siang.
Menpora juga akan mengikuti laporan dari PB Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina). Dia tidak mau intervensi, akan tetapi menurut Menpora, Pertina berhak memberikan teguran kepada penyelenggara atau panitia kegiatan sehingga terjadi 17 korban jiwa dalam peristiwa memilukan itu.
" Dari informasi yang diterimanya, ada beberapa penyebab lain sehingga kerusuhan ini menelan banyak korban jiwa. Diantaranya yakni terbatasnya akses keluar masuk karena dari 5 pintu yang ada, hanya 2 yang difungsikan. Di samping itu, kapasitas penonton overload. Seharusnya hanya menampung 800-900 orang, tetapi diisi sekitar 1.500 orang," tulis Kemenpora dalam keterangan persnya.
Terkait masalah ini, dia berpesan penyelenggara kegiatan hendaknya tetap berpegang pada Undang Undang No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 51 ayat (2) bahwa penyelenggaraan kejuaraan olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton wajib mendapatkan rekomendasi dari induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan dan memenuhi peraturan perundang undangan.
Saat ini telah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar stadion. Akan tetapi ketentuan itu belum diberlakukan karena masih menunggu sosialisasi. Dia berharap jika kelak disosialisasikan, stadiun maupun GOR di Indonesia memenuhi standar kelayakan, sehingga tragedi yang terjadi di stadion Kota Lama tidak terjadi di masa yang akan datang, ujarnya.
Rusuh di Gelanggang Olahraga Kota Lama, Kabupaten Nabire Papua, Minggu (14/7) malam bermula dari pendukung petinju Yulius Pigome dari sasana Mawa, yang kalah dalam pertandingan tersebut mengamuk karena jagoan mereka kalah angka dari petinju Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Partai Final Bupati Nabire Cup mempertemukan petinju Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumaropen dari Sasana Persada.
Bentrok antar pendukung kedua petinju, mengakibatkan 1.500 orang yang memadati gelanggang tersebut saling dorong serta saling injak sesama penonton. Akibat peristiwa ini sebanyak 17 orang tewas terdiri dari 5 laki-laki dan 12 perempuan. Namun diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah karena masih banyak yang mendapat perawatan di rumah sakit. Korban luka sebanyak 34 lebih masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siriwini Nabire.
(wbs)