Pertina tuding insiden Nabire akibat ulah Bupati
A
A
A
Sindonews.com - Insiden kejuaraan tinju amatir di Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama Nabire, Papua terus mengundang perhatian khalayak luas. Banyaknya korban jiwa disinyalir karena kesalahan dari pihak penyelenggara yang dinilai lalai.
Persatuan Tinju Nasional (Pertina) Daerah Papua mengungkap, membludaknya penonton di Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama Nabire disebabkan oleh kebijakan Bupati Nabire, Isaias Douw yang meinta panitia untuk menggratiskan pertandingan tinju pada Minggu (14/7), kemarin.
Ketua Komisi Teknis Pertina Papua, Carol Renwarin mengatakan, akibatnya masyarakat setempat berbondong-bondong ke lokasi pertandingan. Pihaknya mengklaim GOR Kota Lama hanya dapat menampung 500-an orang. Namun saat pertandingan itu berlangsung, ribuan warga memaksakan masuk. Petugas keamanan yang dilibatkan juga tidak sebanding dengan penonton yang ada.
“Pada saat bupati masuk, bupati mengatakan tidak usah ada pembayaran tiket atau karcis. Semua masuk free. Bupati memberikan kelonggaran masuk, tidak melihat kapasitas gedung yang bisa menampung daripada penonton, sudah melebihi daripada kapasitas,” jelasnya seperti dilansir kantor berita Papua.
Sebelumnya Pertina Papua mengklaim juga tak dilibatkan dalam turnamen tinju, yang berakhir rusuh dan menyebabkan 18 orang meninggal dunia serta puluhan lainnya luka-luka. Pertina juga mengklaim kericuhan bukan dipicu hal teknik. Sebab saat kericuhan sedang dalam pembagian piala. Dalam pertandingan tinju itu melibatkan 106 petinju, 93 petinju putra dan 13 putri.
Persatuan Tinju Nasional (Pertina) Daerah Papua mengungkap, membludaknya penonton di Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama Nabire disebabkan oleh kebijakan Bupati Nabire, Isaias Douw yang meinta panitia untuk menggratiskan pertandingan tinju pada Minggu (14/7), kemarin.
Ketua Komisi Teknis Pertina Papua, Carol Renwarin mengatakan, akibatnya masyarakat setempat berbondong-bondong ke lokasi pertandingan. Pihaknya mengklaim GOR Kota Lama hanya dapat menampung 500-an orang. Namun saat pertandingan itu berlangsung, ribuan warga memaksakan masuk. Petugas keamanan yang dilibatkan juga tidak sebanding dengan penonton yang ada.
“Pada saat bupati masuk, bupati mengatakan tidak usah ada pembayaran tiket atau karcis. Semua masuk free. Bupati memberikan kelonggaran masuk, tidak melihat kapasitas gedung yang bisa menampung daripada penonton, sudah melebihi daripada kapasitas,” jelasnya seperti dilansir kantor berita Papua.
Sebelumnya Pertina Papua mengklaim juga tak dilibatkan dalam turnamen tinju, yang berakhir rusuh dan menyebabkan 18 orang meninggal dunia serta puluhan lainnya luka-luka. Pertina juga mengklaim kericuhan bukan dipicu hal teknik. Sebab saat kericuhan sedang dalam pembagian piala. Dalam pertandingan tinju itu melibatkan 106 petinju, 93 petinju putra dan 13 putri.
(wbs)