Dikritik Aremania, coach RD balik memuji
A
A
A
Sindonews.com - Peluang Arema Cronous mengangkat trofi Indonesia Super League (ISL) musim ini sangat tipis. Pasalnya, Persipura Jayapura terlampau sulit didongkel dari singgasananya. Bahkan manajemen klub berjuluk Singo Edan sudah 'lempar handuk' alias menyerah dalam perburuan gelar musim ini. Hanya pelatih Rahmad Darmawan yang belum menyerah.
Pelatih bersapa RD itu menyatakan masih ada peluang juara walau sangat kecil. Kendati terus menggelorakan semangat timnya untuk mengoptimalkan semua laga sisa, suara-suara yang kecewa dengan kinerja pelatih sekaligus kolektor topi ini sudah mulai muncul. Sebagian suporter Aremania menyatakan kurang percaya kepada RD.
Mereka pesimistis pelatih dengan dua gelar bersama Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC itu bisa membawa Arema ke podium juara. Aremania yang mendapati timnya kayak mendadak setelah musim lalu nyaris terdegradasi, rupanya tidak memiliki kesabaran cukup untuk menunggu sebuah proses menuju juara.
Sangat pantas jika Aremania bakal menjadi tekanan terberat bagi Rahmad Darmawan. Kegagalan memberikan trofi bakal terakumulasi dengan fakta sedikitnya pemain asli Arema yang dilibatkan di tim utama. Tercatat hanya kiper Kurnia Meiga yang mewakili pemain lawas Arema dengan penampilan reguler.
Sedangkan legiun lain seperti Sunarto, Dendi Santoso, Benny Wahyudi, Purwaka Yudhi, serta Johan Alfarizi tidak mendapatkan kepercayaan rutin. Ini sudah menjadi sumber kegelisahan sebagian Aremania sejak putaran pertama lalu, walau banyak juga yang permisif dengan banyaknya mantan pemain Pelita Jaya di tim Rahmad Darmawan.
Di sisi lain, manajemen kelihatan masih sangat tenang dan tidak risau dengan kinerja RD sejauh ini. Walau manajemen sudah 'lempar handuk' terkait perburuan gelar, belum ada kabar soal peninjauan ulang kontrak sanga pelatih di Kanjuruhan.
Sejauh ini, RD sendiri masih cukup kalem menghadapi pressure dari supporter yang menuntut dia langsung bisa memberikan trofi. "Supporter bebas menilai. Saya di sini (Arema) memberikan kemampuan terbaik saya dan selalu berupaya membawa Arema ke posisi tertinggi. Secara otomatis saya juga harus siap menghadapi konsekuensinya," tutur pelatih berusia 46 tahun ini.
Pelatih yang juga menangani Tim Nasional (Timnas) U-23 ini juga mengakui tidak mudah mengawal tim dengan ambisi tinggi seperti Arema. Dibutuhkan kerja lebih keras dan kesabaran, karena terpeleset sedikit saja bisa berdampak pada kritikan pedas. RD tampaknya mulai terbiasa dengan situasi tersebut.
"Aremania suporter yang kritis dan benar-benar menjadi kontrol bagi kinerja timnya. Menurut saya sangat bagus karena begitulah fungsi suporter selain memberikan dukungan kepada tim. Saya tidak akan bicara soal masa depan dulu, karena yang terpenting adalah membawa tim ke posisi terbaik di klasemen akhir nanti," ujarnya.
Posisi runner-up di klasemen sementara ISL sebenarnya bukan catatan yang jelek bagi Arema Cronous sejak dilatih RD. Paling tidak, jika membuat komparasi dengan musim lalu, Singo Edan mengalami progres yang sangat signifikan. Dari tim yang nyaris terdegradasi, menjadi kekuatan yang layak menyandang status 'raksasa'.
Secara statistik, klub yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan tersebut mengalami peningkatan yang sangat menjanjikan dalam dua musim terakhir. Bukan mustahil musim depan, atau musim kedua sejak merger dengan Pelita Jaya, Arema bakal menjadi kekuatan yang jauh lebih mapan dan menakutkan.
Namun pemikiran seperti itu tak berlaku bagi sebagian Aremania yang menginginkan gelar secara instan. Setelah klub merger dengan Pelita Jaya, memiliki dana melimpah, serta mengoleksi pemain bintang, suporter langsung berpikir timnya bakal langsung memberikan sebuah keajaiban.
Pelatih bersapa RD itu menyatakan masih ada peluang juara walau sangat kecil. Kendati terus menggelorakan semangat timnya untuk mengoptimalkan semua laga sisa, suara-suara yang kecewa dengan kinerja pelatih sekaligus kolektor topi ini sudah mulai muncul. Sebagian suporter Aremania menyatakan kurang percaya kepada RD.
Mereka pesimistis pelatih dengan dua gelar bersama Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC itu bisa membawa Arema ke podium juara. Aremania yang mendapati timnya kayak mendadak setelah musim lalu nyaris terdegradasi, rupanya tidak memiliki kesabaran cukup untuk menunggu sebuah proses menuju juara.
Sangat pantas jika Aremania bakal menjadi tekanan terberat bagi Rahmad Darmawan. Kegagalan memberikan trofi bakal terakumulasi dengan fakta sedikitnya pemain asli Arema yang dilibatkan di tim utama. Tercatat hanya kiper Kurnia Meiga yang mewakili pemain lawas Arema dengan penampilan reguler.
Sedangkan legiun lain seperti Sunarto, Dendi Santoso, Benny Wahyudi, Purwaka Yudhi, serta Johan Alfarizi tidak mendapatkan kepercayaan rutin. Ini sudah menjadi sumber kegelisahan sebagian Aremania sejak putaran pertama lalu, walau banyak juga yang permisif dengan banyaknya mantan pemain Pelita Jaya di tim Rahmad Darmawan.
Di sisi lain, manajemen kelihatan masih sangat tenang dan tidak risau dengan kinerja RD sejauh ini. Walau manajemen sudah 'lempar handuk' terkait perburuan gelar, belum ada kabar soal peninjauan ulang kontrak sanga pelatih di Kanjuruhan.
Sejauh ini, RD sendiri masih cukup kalem menghadapi pressure dari supporter yang menuntut dia langsung bisa memberikan trofi. "Supporter bebas menilai. Saya di sini (Arema) memberikan kemampuan terbaik saya dan selalu berupaya membawa Arema ke posisi tertinggi. Secara otomatis saya juga harus siap menghadapi konsekuensinya," tutur pelatih berusia 46 tahun ini.
Pelatih yang juga menangani Tim Nasional (Timnas) U-23 ini juga mengakui tidak mudah mengawal tim dengan ambisi tinggi seperti Arema. Dibutuhkan kerja lebih keras dan kesabaran, karena terpeleset sedikit saja bisa berdampak pada kritikan pedas. RD tampaknya mulai terbiasa dengan situasi tersebut.
"Aremania suporter yang kritis dan benar-benar menjadi kontrol bagi kinerja timnya. Menurut saya sangat bagus karena begitulah fungsi suporter selain memberikan dukungan kepada tim. Saya tidak akan bicara soal masa depan dulu, karena yang terpenting adalah membawa tim ke posisi terbaik di klasemen akhir nanti," ujarnya.
Posisi runner-up di klasemen sementara ISL sebenarnya bukan catatan yang jelek bagi Arema Cronous sejak dilatih RD. Paling tidak, jika membuat komparasi dengan musim lalu, Singo Edan mengalami progres yang sangat signifikan. Dari tim yang nyaris terdegradasi, menjadi kekuatan yang layak menyandang status 'raksasa'.
Secara statistik, klub yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan tersebut mengalami peningkatan yang sangat menjanjikan dalam dua musim terakhir. Bukan mustahil musim depan, atau musim kedua sejak merger dengan Pelita Jaya, Arema bakal menjadi kekuatan yang jauh lebih mapan dan menakutkan.
Namun pemikiran seperti itu tak berlaku bagi sebagian Aremania yang menginginkan gelar secara instan. Setelah klub merger dengan Pelita Jaya, memiliki dana melimpah, serta mengoleksi pemain bintang, suporter langsung berpikir timnya bakal langsung memberikan sebuah keajaiban.
(aww)