Sulit cari dana, Persik lempar handuk

Selasa, 29 Oktober 2013 - 14:39 WIB
Sulit cari dana, Persik...
Sulit cari dana, Persik lempar handuk
A A A
Sindonews.com --Persik Kediri menghadapi problem luar biasa menghadapi situasi finansial jelang liga unifikasi. Musim pertama di kompetisi kasta tertinggi tanpa asupan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memaksa manajemen Persik lempar handuk.

Manajemen mulai menyerah dalam mendapatkan sponsor setelah PT Gudang Garam tak menunjukkan sinyal bakal mengguyurkan dana ke Stadion Brawijaya. Manajemen pun memunculkan solusi melelang pengelolaan Persik Kediri untuk liga unifikasi 2014.

"Ini solusi terbaik. Kami membuka pintu untuk siapa saja yang tertarik mengelola Persik Kediri. Jujur saja untuk mendapatkan sponsor sangat sulit. Sedangkan pendapatan tiket sama sekali tak menutup biaya operasional," ucap Barnadi, Sekretaris Persik Kediri, Serlasa (29/10).

Menurut kalkulasi manajemen, setidaknya Persik membutuhkan dana minimal Rp15 miliar untuk kompetisi musim depan. Dari dana itu, Rp5 miliar di antaranya untuk deposit sebagai syarat verifikasi. Sedangkan sisanya untuk membangun tim sekaligus operasional.

Dana sebesar itu sejatinya sangat minim karena belakangan klub di kompetisi level tertinggi setidaknya butuh Rp20 miliar. Minimnya animo sponsor di Kota Tahu membuat nominal tersebut mustahil terjangkau. Apalagi PT Gudang Garam belum berhasrat terlibat di tim kesayangan Persikmania.

"Siapa saja yang punya Rp15 miliar, silakan kelola Persik. Manajemen tidak keberatan memberikannya. Kalau setelah semusim atau dua musim tidak sanggup, dikembalikan ke saya pun akan saya terima," lanjut Barnadi. Kondisi Persik sungguh menyajikan ironi.

Berjuang mati-matian kembali ke kasta tertinggi kompetisi nasional, namun justru kesulitan mengelola ketika tim sudah kembali promosi. Kecilnya kapasitas Stadion Brawijaya juga dianggap sebagai salah satu pemicu minimnya pemasukan klub yang pernah juara Liga Indonesia 2003 dan 2006 itu.

Hanya memiliki kapasitas 15.000 penonton, Persik maksimal meraup pemasukan Rp300 juta per pertandingan dengan asumsi tiket dinaikkan Rp2000. Sedangkan untuk menaikkan tiket secara drastis, bakal berharapan dengan daya beli supporter dan tentunya berujung pada keluhan dan berkurangnya minat.

"Idealnya stadion berkapasitas di atas 30.000 dan selalu dipenuhi penonton. Kalau kapasitas segitu, pemasukan tiket baru bisa membantu operasional tim. Kalau kondisinya seperti sekarang pasti sulit untuk menutup kebutuhan," lanjut pengurus kawakan Macan Putih ini.

Barnadi juga menjelaskan bahwa situasi Persik sekarang sangat berbeda dengan ketika masih mendapat bantuan APBD. "Jangan menyamakan dulu dengan sekarang. Dulu masih ada dana APBD, sekarang manajemen harus mencari sponsor sendiri dan itu sangat sulit," tandasnya.

Sebelumnya, manajemen telah mendekati berbagai perusahaan di Kediri yang berpotensi mendatangkan duit untuk Persik. Ternyata upaya tersebut membentur tembok tebal karena minimnya minat dari pemilik modal untuk membantu dana Persik.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1046 seconds (0.1#10.140)