Sergio ternyata humanis
A
A
A
Sindonews.com - Ada yang berbeda dengan aktivitas Sergio van Dijk. Jika biasanya dia begitu lekat dengan lapangan hijau, kali ini striker Persib Bandung tersebut tampak akrab di tengah kerumunan anak kecil.
Dia memberi motivasi sekaligus menghibur balita penderita bibir sumbing pada sebuah acara yang digelar Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit Indonesia (YPPCBL), di Gedung Cleft Center, Jalan Sekeloa Selatan, Kota Bandung, kemarin.
Setibanya di lokasi, Sergio langsung disambut anak-anak belia ini dengan penuh keceriaan. Sedikit berbagi pengalaman dan bercerita, penyerang naturalisasi berdarah Belanda tersebut kemudian melayani permintaan foto serta tanda tangan dari mereka. Susana akrab seketika terlihat.
''Profesi saya sebagai pesepakbola dengan banyak jaringan dan dikenal suporter, tentu sangat bagus jika dimanfaatkan juga untuk mengangkat kehidupan anak-anak kecil ini. Bagi saya, datang ke yayasan ini adalah hal yang sangat mudah. Tapi bagi mereka, kedatangan saya mungkin menjadi sangat penting,” ucap Sergio usai acara.
Bomber penyumbang gol terbanyak untuk Persib di Indonesia Super League (ISL) musim lalu ini menyebut, kepedulian sosial sudah seharusnya dimiliki para pesepakbola Tanah Air. Status sebagai olahraga terpopuler di dunia, termasuk Indonesia, membuat para pemain memiliki basis massa dan fans yang sangat besar.
Di sisi lain, ucapnya, masih banyak fenomena kehidupan yang belum diketahui masyarakat luas, bahkan membutuhkan bantuan dari sesama.
''Di luar negeri, sudah menjadi hal biasa ketika seorang pesepakbola terjun ke dunia sosial. Itu pula yang saya rasakan sebelum ke Indonesia. Bahkan di Australia, bukan hanya saya sendirian, tapi saya melakukan hal seperti ini dengan semua teman satu tim. Saya ke sini juga mungkin bisa disebut mewakili Persib melalui pemainnya,” kata Sergio.
Pemilik nomor punggung 10 tersebut berharap, anak-anak penderita bibir sumbing bisa mendapat pengobatan secepatnya. Sebelum beranjak dewasa, mereka harus sudah disembuhkan demi kepercayaan diri sendiri dan keluarga. Karena itu, Sergio meminta semua pihak yang mampu membantu, ikut berkontribusi dalam bentuk apa pun.
''Saya akan coba publish lewat akun twitter. Saya rasa itu sarana yang bagus karena sejak bergabung di Persib delapan bulan lalu, follower saya meningkat tajam,” ucapnya tersenyum.
Sementara itu, Ketua YPPCBL, Ida Ayu Astuti mengakui pihaknya sangat membutuhkan publik figur untuk membantu program kerja yayasannya. Wanita yang berprofesi sebagai dokter gigi ini menyebut, dalam satu tahun rata-rata terdapat 7500 bayi Indonesia yang lahir dengan celah bibir atau kelainan langit-langit, 1500 diantaranya berada di Jawa Barat.
Ironisnya, untuk Jawa Barat, hanya sekitar 250 penderita saja yang disembuhkan setiap tahun. Perhitungan tersebut merupakan asumsi, mengingat setiap bulan hanya 20-25 pasien saja yang disembuhkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, sebagai pusat pengobatan kelainan ini.
''Pihak-pihak yang mau membantu sebenarnya ada, sumber daya kami juga sangat memadai untuk pengobatan. Tapi kami kesulitan dalam hal publikasi. Sehingga kalaupun banyak penderita bibir sumbing dan langit-langit di Indonesia termasuk Jawa Barat, mereka sulit menjangkau kami, begitu pun sebaliknya,” ungkap Ida.
YPPCBL sendiri merupakan yayasan pertama di Indonesia yang fokus pada penderita bibir sumbing dan kelainan langit-langit. Sejak 1979, yayasan ini sudah menangani sekitar 15 ribu penderita.
''Kami bergerak di seluruh Indonesia, tapi memang lebih fokus di Jawa Barat. Kami berharap, meski Sergio belum menjadi duta YPPCBL, kedatangan dan perhatiannya pada anak-anak ini bisa memberi kontribusi positif yang sangat besar,” tutur Ida.
YPPCBL berkantor di Cleft Center Building, Jalan Sekeloa Selatan no 1, Kota Bandung, dengan situs resmi www.indonesiancleftcenter.org. ''Para penderita yang kami tangani, biaya pengobatan sepenuhnya gratis. Bahkan kami pun menyediakan fasilitas rumah singgah,”pungkas Ida.
Dia memberi motivasi sekaligus menghibur balita penderita bibir sumbing pada sebuah acara yang digelar Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit Indonesia (YPPCBL), di Gedung Cleft Center, Jalan Sekeloa Selatan, Kota Bandung, kemarin.
Setibanya di lokasi, Sergio langsung disambut anak-anak belia ini dengan penuh keceriaan. Sedikit berbagi pengalaman dan bercerita, penyerang naturalisasi berdarah Belanda tersebut kemudian melayani permintaan foto serta tanda tangan dari mereka. Susana akrab seketika terlihat.
''Profesi saya sebagai pesepakbola dengan banyak jaringan dan dikenal suporter, tentu sangat bagus jika dimanfaatkan juga untuk mengangkat kehidupan anak-anak kecil ini. Bagi saya, datang ke yayasan ini adalah hal yang sangat mudah. Tapi bagi mereka, kedatangan saya mungkin menjadi sangat penting,” ucap Sergio usai acara.
Bomber penyumbang gol terbanyak untuk Persib di Indonesia Super League (ISL) musim lalu ini menyebut, kepedulian sosial sudah seharusnya dimiliki para pesepakbola Tanah Air. Status sebagai olahraga terpopuler di dunia, termasuk Indonesia, membuat para pemain memiliki basis massa dan fans yang sangat besar.
Di sisi lain, ucapnya, masih banyak fenomena kehidupan yang belum diketahui masyarakat luas, bahkan membutuhkan bantuan dari sesama.
''Di luar negeri, sudah menjadi hal biasa ketika seorang pesepakbola terjun ke dunia sosial. Itu pula yang saya rasakan sebelum ke Indonesia. Bahkan di Australia, bukan hanya saya sendirian, tapi saya melakukan hal seperti ini dengan semua teman satu tim. Saya ke sini juga mungkin bisa disebut mewakili Persib melalui pemainnya,” kata Sergio.
Pemilik nomor punggung 10 tersebut berharap, anak-anak penderita bibir sumbing bisa mendapat pengobatan secepatnya. Sebelum beranjak dewasa, mereka harus sudah disembuhkan demi kepercayaan diri sendiri dan keluarga. Karena itu, Sergio meminta semua pihak yang mampu membantu, ikut berkontribusi dalam bentuk apa pun.
''Saya akan coba publish lewat akun twitter. Saya rasa itu sarana yang bagus karena sejak bergabung di Persib delapan bulan lalu, follower saya meningkat tajam,” ucapnya tersenyum.
Sementara itu, Ketua YPPCBL, Ida Ayu Astuti mengakui pihaknya sangat membutuhkan publik figur untuk membantu program kerja yayasannya. Wanita yang berprofesi sebagai dokter gigi ini menyebut, dalam satu tahun rata-rata terdapat 7500 bayi Indonesia yang lahir dengan celah bibir atau kelainan langit-langit, 1500 diantaranya berada di Jawa Barat.
Ironisnya, untuk Jawa Barat, hanya sekitar 250 penderita saja yang disembuhkan setiap tahun. Perhitungan tersebut merupakan asumsi, mengingat setiap bulan hanya 20-25 pasien saja yang disembuhkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, sebagai pusat pengobatan kelainan ini.
''Pihak-pihak yang mau membantu sebenarnya ada, sumber daya kami juga sangat memadai untuk pengobatan. Tapi kami kesulitan dalam hal publikasi. Sehingga kalaupun banyak penderita bibir sumbing dan langit-langit di Indonesia termasuk Jawa Barat, mereka sulit menjangkau kami, begitu pun sebaliknya,” ungkap Ida.
YPPCBL sendiri merupakan yayasan pertama di Indonesia yang fokus pada penderita bibir sumbing dan kelainan langit-langit. Sejak 1979, yayasan ini sudah menangani sekitar 15 ribu penderita.
''Kami bergerak di seluruh Indonesia, tapi memang lebih fokus di Jawa Barat. Kami berharap, meski Sergio belum menjadi duta YPPCBL, kedatangan dan perhatiannya pada anak-anak ini bisa memberi kontribusi positif yang sangat besar,” tutur Ida.
YPPCBL berkantor di Cleft Center Building, Jalan Sekeloa Selatan no 1, Kota Bandung, dengan situs resmi www.indonesiancleftcenter.org. ''Para penderita yang kami tangani, biaya pengobatan sepenuhnya gratis. Bahkan kami pun menyediakan fasilitas rumah singgah,”pungkas Ida.
(aww)