Arema Cronous belum isi posisi pelatih
A
A
A
Sindonews.com - Setelah mempertahankan mayoritas pemain lama dan mendatangkan pemain berkualitas seperti Ahmad Bustomi, Arema Cronous kini menapaki tahap paling krusia. Apalagi kalau bukan penentuan pelatih yang bakal mengawal tim berlogo kepala Singa.
Sejumlah nama sempat dikaitkan dengan Arema, namun belum satu pun yang mencuat sebagai sosok resmi. Manajemen masih sabar menunggu Persebaya Surabaya mengumumkan status pelatih Rahmad Darmawan sebelum Arema meresmikan pelatih anyar.
Aremania pun dibuat penasaran dengan sosok pelatih yang belum juga dilakukan manajemen, padahal pembentukan tim sudah hampir rampung. Rama terakhir yang menjadi perbincangan adalah Suharno yang pernah menyelamatkan Arema dari degradasi pada musim 2011-2012.
Walau masih belum pasti, perdebatan soal pelatih pun sudah menjadi fenomena lazim di Malang. Ada supporter yang percaya dengan kemampuan Suharno, namun tak sedikit yang meragukan. Ambisi Arema menjuarai liga unifikasi menjadi perhatian serius supporter.
Logikanya, menurut mereka, untuk bisa mengangkangi trofi diperlukan pelatih dengan mental juara. “Kalau Suharno tampaknya sulit untuk membawa Arema juara. Walau materi pemain sangat bagus, tapi semua tergantung bagaimana mental pelatih. Minimal harusnya selevel Rahmad Darmawan,” ucap Andru Kristiawan, Aremania asal Pakis, Jumat (22/11/2013).
Tersirat bila pelatih tetap memegang peranan penting membawa Singo Edan mencapai prestasi lebih tinggi. Manajemen sedang menghadapi pilihan besar terkait sepak terjang tim yang musim lalu berhasil mengunci posisi runner up Indonesia Super League (ISL) 2012-2013.
Melihat bagaimana jatuh-bangun Arema musim lalu, ada beberapa aspek yang layak dicermati dalam penunjukan pelatih anyar. Dari analisa kami, ada tiga aspek dasar yang layak menjadi pertimbangan manajemen Arema dalam pemilihan pelatih:
1. Mental
Arema sebenarnya sudah tepat ketika mendatangkan Rahmad Darmawan yang pernah menggamit trofi Liga Indonesia bersama Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC. Walau posisi runner up musim lalu dianggap gagal, namun tak semua pelatih bisa mengubah tim dalam sekejap. Sayang Rahmad Darmawan harus pergi ketika proyeknya belum selesai. Pernah menangani pemain bintang menjadi prasyarat untuk mengendalikan tim dengan kekuatan level atas. Mental juga yang memengaruhi pelatih dalam menguasai keadaan atau memberi motivasi ketika timnya mengalami penurunan grafik. Sekaligus dia harus bisa membuat pemainnya tetap berpijak ke bumi ketika mengungguli pesaingnya. Persaingan di papan atas menyuguhkan hal yang berbeda dengan persaingan antar tim papan bawah, walau terlihat nyaris sama. Jika Arema salah menunjuk pelatih atau mentalnya tak mencukupi untuk level atas, maka bakal menjadi perjudian besar. Reputasi pelatih bakal sangat berpengaruh. Apalagi klub ini rencananya bakal bermain di AFC Cup.
2. Karakter
Karakter tentu menjadi pertimbangan utama manajemen klub dalam memilih pelatih. Masing-masing tim mempunyai karakter tersendiri dan idealnya harus cocok dengan pelatih yang menangani. Arema sejak jauh hari sudah mengatakan bahwa pelatih harus sesuai dengan karakter sepakbola Malangan, keras, lugas dan taktis. Namun tentu bukan karakter itu saja yang diproritaskan karena karakter sebenarnya sangat kompleks. Robert Rene Albert yang membawa Arema juara ISL 2009-2010 bisa menjadi contoh karakter yang komplit. Dia bisa memainkan sepakbola keras, taktis, sekaligus mengusung sepakbola cerdas dengan pemilihan strategi maupun pengambilan keputusan yang tepat. Jika Arema hanya mengambil pelatih yang memahami karakter keras saja tanpa diimbangi aspek lainnya, maka kualitas pemain bakal terpinggirkan. Sedangkan materi pemain Singo Edan sekarang ini sangat mumpuni untuk bermain lebih dari sekadar keras.
3. Materi Pemain
Benarkah pelatih biasa-biasa saja bakal langsung bersinar jika diberi kesempatan melatih tim berkualitas tinggi? Jawabnya adalah belum tentu. Bahkan pelatih bisa berprestasi dengan materi pemain yang dianggap rata-rata, contohnya kembali lagi ke Robert Rene Albert. Perbandingannya, lebih banyak pelatih hebat yang menangani tim biasa menjadi juara, dibanding pelatih biasa yang menangani tim bintang menjadi juara. Melihat materi yang dimiliki Singo Edan, seharusnya memilih pelatih tak lagi tanggung-tanggung. Kalau perlu pelatih yang sudah terlihat prestasinya dan pas dengan komposisi Arema. Tidak adanya keseimbangan antara materi pemain dengan kualitas pelatih bakal menjadi pertaruhan besar. Paling rawan adalah ketidakmampuan pelatih dalam mengkomodir kualitas pemain yang ada di tim.
Sejumlah nama sempat dikaitkan dengan Arema, namun belum satu pun yang mencuat sebagai sosok resmi. Manajemen masih sabar menunggu Persebaya Surabaya mengumumkan status pelatih Rahmad Darmawan sebelum Arema meresmikan pelatih anyar.
Aremania pun dibuat penasaran dengan sosok pelatih yang belum juga dilakukan manajemen, padahal pembentukan tim sudah hampir rampung. Rama terakhir yang menjadi perbincangan adalah Suharno yang pernah menyelamatkan Arema dari degradasi pada musim 2011-2012.
Walau masih belum pasti, perdebatan soal pelatih pun sudah menjadi fenomena lazim di Malang. Ada supporter yang percaya dengan kemampuan Suharno, namun tak sedikit yang meragukan. Ambisi Arema menjuarai liga unifikasi menjadi perhatian serius supporter.
Logikanya, menurut mereka, untuk bisa mengangkangi trofi diperlukan pelatih dengan mental juara. “Kalau Suharno tampaknya sulit untuk membawa Arema juara. Walau materi pemain sangat bagus, tapi semua tergantung bagaimana mental pelatih. Minimal harusnya selevel Rahmad Darmawan,” ucap Andru Kristiawan, Aremania asal Pakis, Jumat (22/11/2013).
Tersirat bila pelatih tetap memegang peranan penting membawa Singo Edan mencapai prestasi lebih tinggi. Manajemen sedang menghadapi pilihan besar terkait sepak terjang tim yang musim lalu berhasil mengunci posisi runner up Indonesia Super League (ISL) 2012-2013.
Melihat bagaimana jatuh-bangun Arema musim lalu, ada beberapa aspek yang layak dicermati dalam penunjukan pelatih anyar. Dari analisa kami, ada tiga aspek dasar yang layak menjadi pertimbangan manajemen Arema dalam pemilihan pelatih:
1. Mental
Arema sebenarnya sudah tepat ketika mendatangkan Rahmad Darmawan yang pernah menggamit trofi Liga Indonesia bersama Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC. Walau posisi runner up musim lalu dianggap gagal, namun tak semua pelatih bisa mengubah tim dalam sekejap. Sayang Rahmad Darmawan harus pergi ketika proyeknya belum selesai. Pernah menangani pemain bintang menjadi prasyarat untuk mengendalikan tim dengan kekuatan level atas. Mental juga yang memengaruhi pelatih dalam menguasai keadaan atau memberi motivasi ketika timnya mengalami penurunan grafik. Sekaligus dia harus bisa membuat pemainnya tetap berpijak ke bumi ketika mengungguli pesaingnya. Persaingan di papan atas menyuguhkan hal yang berbeda dengan persaingan antar tim papan bawah, walau terlihat nyaris sama. Jika Arema salah menunjuk pelatih atau mentalnya tak mencukupi untuk level atas, maka bakal menjadi perjudian besar. Reputasi pelatih bakal sangat berpengaruh. Apalagi klub ini rencananya bakal bermain di AFC Cup.
2. Karakter
Karakter tentu menjadi pertimbangan utama manajemen klub dalam memilih pelatih. Masing-masing tim mempunyai karakter tersendiri dan idealnya harus cocok dengan pelatih yang menangani. Arema sejak jauh hari sudah mengatakan bahwa pelatih harus sesuai dengan karakter sepakbola Malangan, keras, lugas dan taktis. Namun tentu bukan karakter itu saja yang diproritaskan karena karakter sebenarnya sangat kompleks. Robert Rene Albert yang membawa Arema juara ISL 2009-2010 bisa menjadi contoh karakter yang komplit. Dia bisa memainkan sepakbola keras, taktis, sekaligus mengusung sepakbola cerdas dengan pemilihan strategi maupun pengambilan keputusan yang tepat. Jika Arema hanya mengambil pelatih yang memahami karakter keras saja tanpa diimbangi aspek lainnya, maka kualitas pemain bakal terpinggirkan. Sedangkan materi pemain Singo Edan sekarang ini sangat mumpuni untuk bermain lebih dari sekadar keras.
3. Materi Pemain
Benarkah pelatih biasa-biasa saja bakal langsung bersinar jika diberi kesempatan melatih tim berkualitas tinggi? Jawabnya adalah belum tentu. Bahkan pelatih bisa berprestasi dengan materi pemain yang dianggap rata-rata, contohnya kembali lagi ke Robert Rene Albert. Perbandingannya, lebih banyak pelatih hebat yang menangani tim biasa menjadi juara, dibanding pelatih biasa yang menangani tim bintang menjadi juara. Melihat materi yang dimiliki Singo Edan, seharusnya memilih pelatih tak lagi tanggung-tanggung. Kalau perlu pelatih yang sudah terlihat prestasinya dan pas dengan komposisi Arema. Tidak adanya keseimbangan antara materi pemain dengan kualitas pelatih bakal menjadi pertaruhan besar. Paling rawan adalah ketidakmampuan pelatih dalam mengkomodir kualitas pemain yang ada di tim.
(akr)