Arema Deklarasikan Jadi Klub Modern
A
A
A
MALANG - Momentum ulang tahun Arema Cronus ke-27 tidak hanya menjadi ajang memperingati kelahiran tim kesayangan Aremania. Lebih jauh, banyak impian dan ambisi Arema agar menjadi tim yang lebih modern di sepak bola Indonesia.
Sepanjang perjalanan di blantika sepak bola nasional, Arema mengalami beberapa kali pasang surut prestasi maupun manajemen tim. Paling krusial tentu saja aspek finansial yang bisa diartikan sebagai modal pokok eksistensi tim.
Hingga ulang tahun ke-27, Arema beberapa kali mengalami perubahan manajemen yang otomatis berpengaruh pada aspek finansial. Pernah dikelola Pemkot Malang, Lucky Zaenal, PT. Bentoel Prima, hingga sekarang PT. Pelita Cronus sebagai pengelola klub.
Tantangan eksistensi dan kemandirian Arema inilah yang menjadi tantangan besar. Seperti halnya PT Bentoel Prima, tidak ada yang bisa menjamin PT. Pelita Cronus bakal selamanya berada di Stadion Kanjuruhan. Manajemen Arema sangat memahami situasi ini.
Arema mulai berpikir bahwa klub tidak bisa hanya mengandalkan asupan dana dari pemegang saham. Mereka juga harus mempunyai naluri survive demi menutup kebutuhan klub yang semakin bertambah tiap musimnya.
Sejumlah terobosan dan strategi pun dibuat Arema agar tidak mengalami defisit seperti kala dilepas PT. Bentoel lima tahun silam. "Orientasi kami sekarang adalah mengelola klub, bukan tim sepak bola," ucap Manager Bisnis dan Marketing Arema Cronus Fuad Ardiansyah.
Salah satu upayanya, Arema saat ini berkomitmen mencari sponsor dengan jangka menengah atau panjang. Diupayakan kerja sama sponsorship tak hanya berlaku setahun atau semusim, sehingga sudah ada 'jaminan dana' untuk musim berikutnya.
Dengan begitu klub tidak menghadapi situasi kas kosong atau defisit pada peralihan musim. Disadari Fuad, problem kebanyakan tim di Indonesia adalah memodali tim di awal musim untuk belanja pemain. Dengan strategi itu, dia meyakini Arema tak akan menghadapi krisis awal musim.
"Terlalu memakan waktu dan tenaga jika semua sponsor hanya semusim. Memang ada yang berdurasi hanya semusim, tapi itu bukan sponsor besar. Orientasi kami adalah mencari sponsor yang mau bekerjasama minimal dua musim," lanjut Fuad.
Dalam dua musim terakhir, sponsor utama Singo Edan adalah Anker Sport yang berdurasi dua musim. Manajemen Arema hingga sekarang masih belum menemui kesepakatan dengan Anker soal perpanjangan kerjasama musim depan.
Fuad menyatakan bahwa animo sponsor sangat besar dalam bekerjasama dengan Arema dan itu disebutnya sebagai kekuatan tersendiri bagi Singo Edan. "Kami selalu optimistis soal sponsor. Tinggal bagaimana mengatur agar efektif bagi klub," tukas dia.
Selain soal sponsor, Arema juga melakukan perubahan terkait kontrak pemain. Kontrak yang berdurasi semusim atau setahun kini tak berlaku lagi di Kanjuruhan. Manajemen mengontrak minimal 15 bulan untuk mempermudah negosiasi.
Pengelolaan pemain muda juga kembali dibangkitkan karena terhitung sudah lama Arema tak memunculkan pemain didikan akademi sendiri. Generasi terakhir yang bermain di tim utama Arema adalah Dendi Santoso dan Sunarto.
"Kami mengelola Arema sebagai sebuah klub dan itu artinya secara menyeluruh. Itu tuntutan sebagai klub modern, jadi semua aspek harus berjalan. Kami bersyukur sejauh ini kondisi klub Arema sangat sehat dan tantangan kami adalah menjaga sebaik mungkin," tukas CEO Arema Cronus Iwan Budianto.
Iwan mengakui sepak bola di Indonesia masih banyak yang berorientasi tim dan belum menjadi klub seutuhnya. "Memang tidak ringan untuk mewujudkan itu, tapi dengan 'Keep The Unity' (jargon ulang tahun Arema ke-27) yakni kebersamaan dan soliditas Aremania, pasti bisa diwujudkan," kata Iwan Budianto.
Sepanjang perjalanan di blantika sepak bola nasional, Arema mengalami beberapa kali pasang surut prestasi maupun manajemen tim. Paling krusial tentu saja aspek finansial yang bisa diartikan sebagai modal pokok eksistensi tim.
Hingga ulang tahun ke-27, Arema beberapa kali mengalami perubahan manajemen yang otomatis berpengaruh pada aspek finansial. Pernah dikelola Pemkot Malang, Lucky Zaenal, PT. Bentoel Prima, hingga sekarang PT. Pelita Cronus sebagai pengelola klub.
Tantangan eksistensi dan kemandirian Arema inilah yang menjadi tantangan besar. Seperti halnya PT Bentoel Prima, tidak ada yang bisa menjamin PT. Pelita Cronus bakal selamanya berada di Stadion Kanjuruhan. Manajemen Arema sangat memahami situasi ini.
Arema mulai berpikir bahwa klub tidak bisa hanya mengandalkan asupan dana dari pemegang saham. Mereka juga harus mempunyai naluri survive demi menutup kebutuhan klub yang semakin bertambah tiap musimnya.
Sejumlah terobosan dan strategi pun dibuat Arema agar tidak mengalami defisit seperti kala dilepas PT. Bentoel lima tahun silam. "Orientasi kami sekarang adalah mengelola klub, bukan tim sepak bola," ucap Manager Bisnis dan Marketing Arema Cronus Fuad Ardiansyah.
Salah satu upayanya, Arema saat ini berkomitmen mencari sponsor dengan jangka menengah atau panjang. Diupayakan kerja sama sponsorship tak hanya berlaku setahun atau semusim, sehingga sudah ada 'jaminan dana' untuk musim berikutnya.
Dengan begitu klub tidak menghadapi situasi kas kosong atau defisit pada peralihan musim. Disadari Fuad, problem kebanyakan tim di Indonesia adalah memodali tim di awal musim untuk belanja pemain. Dengan strategi itu, dia meyakini Arema tak akan menghadapi krisis awal musim.
"Terlalu memakan waktu dan tenaga jika semua sponsor hanya semusim. Memang ada yang berdurasi hanya semusim, tapi itu bukan sponsor besar. Orientasi kami adalah mencari sponsor yang mau bekerjasama minimal dua musim," lanjut Fuad.
Dalam dua musim terakhir, sponsor utama Singo Edan adalah Anker Sport yang berdurasi dua musim. Manajemen Arema hingga sekarang masih belum menemui kesepakatan dengan Anker soal perpanjangan kerjasama musim depan.
Fuad menyatakan bahwa animo sponsor sangat besar dalam bekerjasama dengan Arema dan itu disebutnya sebagai kekuatan tersendiri bagi Singo Edan. "Kami selalu optimistis soal sponsor. Tinggal bagaimana mengatur agar efektif bagi klub," tukas dia.
Selain soal sponsor, Arema juga melakukan perubahan terkait kontrak pemain. Kontrak yang berdurasi semusim atau setahun kini tak berlaku lagi di Kanjuruhan. Manajemen mengontrak minimal 15 bulan untuk mempermudah negosiasi.
Pengelolaan pemain muda juga kembali dibangkitkan karena terhitung sudah lama Arema tak memunculkan pemain didikan akademi sendiri. Generasi terakhir yang bermain di tim utama Arema adalah Dendi Santoso dan Sunarto.
"Kami mengelola Arema sebagai sebuah klub dan itu artinya secara menyeluruh. Itu tuntutan sebagai klub modern, jadi semua aspek harus berjalan. Kami bersyukur sejauh ini kondisi klub Arema sangat sehat dan tantangan kami adalah menjaga sebaik mungkin," tukas CEO Arema Cronus Iwan Budianto.
Iwan mengakui sepak bola di Indonesia masih banyak yang berorientasi tim dan belum menjadi klub seutuhnya. "Memang tidak ringan untuk mewujudkan itu, tapi dengan 'Keep The Unity' (jargon ulang tahun Arema ke-27) yakni kebersamaan dan soliditas Aremania, pasti bisa diwujudkan," kata Iwan Budianto.
(aww)