Wisma Eri Irianto Diduduki, Bonek 27 Nyaris Bentrok
A
A
A
SURABAYA - Bentrok antara suporter nyaris terjadi di Wisma Eri Irianto, Surabaya, Senin (8/9) siang tadi. Namun, aparat kepolisian bertindak cepat dengan memilih memasang police line di bekas mes Persebaya itu.
Peristiwa terjadi ketika sekelompok orang mendatangi mes di kawasan Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya, yang selama ini digunakan Bonek 27 berkumpul. Kendati tak terjadi bentrok, suasana sempat tegang. Pasalnya, ratusan Bonek 27 (pendukung Persebaya 1927) sudah memblokir pintu keluar mes.
Polisi dari Polsek Tambaksari dan Polrestabes bersama Dispora Surabaya akhirnya memediasi kedua pihak yang berseteru. Namun, hingga pukul 12.30 WIB, mediasi tersebut gagal. Akhirnya polisi memilih memasang police line Mes Persebaya.
"Bagaimana kami bisa terima mes ini diduduki begitu saja tanpa alasan yang jelas. Enam orang itu hanya menyebut, kedatangan mereka ke sini atas suruhan seseorang,"papar Dadang, salah seorang pentolan Bonek 27.
Sebenarnya, lanjut Dadang, pihak Bonek 27 keberatan atas adanya police line tersebut. Karena secara kronologi, mes tersebut telah diberikan pengurus kepada para bonek. Dirinya mengaku, para bonek sudah menempati mes 1,5 tahun dari mandat klub internal Persebaya
"Meskipun sekarang masih proses status quo, kita akan terus melakukan upaya upaya untuk tetap bisa menempati mes ini. Karena kita adalah pelaku sekaligus saksi sejarah Persebaya yang sesungguhnya,"beber pria yang akrab disapa Pak Po ini.
Selain Dadang, sejumlah pentolan Bonek 27 juga menyayangkan ketidaktegasan Dispora Surabaya. Namun, tudingan itu langsung ditanggapi Edi Santoso, kepala bidang Olahraga dan Prestasi Dispora Surabaya yang saat itu juga ada di lokasi. Edi pun berdalih jika untuk konflik ini sudah menjadi ranah Polisi dan bukan pihaknya.
"Kedatangan kita ke sini hanya untuk memantau. Karena bagaimanapun bonek adalah bagian dari pemuda. Kita ke sini juga untuk menghindarkan perkelahian di antara mereka," dalih Edi.
Ditempat yang sama. Kapolsek Tambaksari AKP Arief Kristanto menegaskan jika pihaknya melakukan penjagaan adalah untuk kepentingan keamanan dan ketertiban. Penjagaan pun akan dilakukan disetiap titik yang berpotensi timbul masalah.
"Setelah kami mendapat laporan, kami mengeceknya ke sini. Dan memang benar. Ada sekelompok orang yang menduduki mess ini. Untuk mengantisipasi bentrokan antara pihak yang menduduki dan para bonek, kami terpaksa memasang garis polisi dan melakukan penjagaan hingga masalah ini clear," tuturnya.
Sementara dari informasi yang berhasil dihimpun di lokasi. Mes ini memang setiap harinya tak pernah dikunci. Kendati saat diduduki enam orang tersebut para bonek belum ada di mess. Namun, sejumlah bonek mengaku jika hampir setiap hari mereka berada di mess tersebut. Para bonek juga Menduga, keenam orang tersebut adalah orang yang berasal dari Pemuda Pancasila (PP).
"Saat kita tanya, mereka disuruh oleh salah satu pentolan PP. Dari sanalah kita menyimpulkan. Jika benar yang nyuruh adalah PP, berarti ada kepentingan besar di belakang aksi mereka. Dan siapa lagi, semua pasti sudah tahu,"ujar sejumlah Bonek 27.
Peristiwa terjadi ketika sekelompok orang mendatangi mes di kawasan Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya, yang selama ini digunakan Bonek 27 berkumpul. Kendati tak terjadi bentrok, suasana sempat tegang. Pasalnya, ratusan Bonek 27 (pendukung Persebaya 1927) sudah memblokir pintu keluar mes.
Polisi dari Polsek Tambaksari dan Polrestabes bersama Dispora Surabaya akhirnya memediasi kedua pihak yang berseteru. Namun, hingga pukul 12.30 WIB, mediasi tersebut gagal. Akhirnya polisi memilih memasang police line Mes Persebaya.
"Bagaimana kami bisa terima mes ini diduduki begitu saja tanpa alasan yang jelas. Enam orang itu hanya menyebut, kedatangan mereka ke sini atas suruhan seseorang,"papar Dadang, salah seorang pentolan Bonek 27.
Sebenarnya, lanjut Dadang, pihak Bonek 27 keberatan atas adanya police line tersebut. Karena secara kronologi, mes tersebut telah diberikan pengurus kepada para bonek. Dirinya mengaku, para bonek sudah menempati mes 1,5 tahun dari mandat klub internal Persebaya
"Meskipun sekarang masih proses status quo, kita akan terus melakukan upaya upaya untuk tetap bisa menempati mes ini. Karena kita adalah pelaku sekaligus saksi sejarah Persebaya yang sesungguhnya,"beber pria yang akrab disapa Pak Po ini.
Selain Dadang, sejumlah pentolan Bonek 27 juga menyayangkan ketidaktegasan Dispora Surabaya. Namun, tudingan itu langsung ditanggapi Edi Santoso, kepala bidang Olahraga dan Prestasi Dispora Surabaya yang saat itu juga ada di lokasi. Edi pun berdalih jika untuk konflik ini sudah menjadi ranah Polisi dan bukan pihaknya.
"Kedatangan kita ke sini hanya untuk memantau. Karena bagaimanapun bonek adalah bagian dari pemuda. Kita ke sini juga untuk menghindarkan perkelahian di antara mereka," dalih Edi.
Ditempat yang sama. Kapolsek Tambaksari AKP Arief Kristanto menegaskan jika pihaknya melakukan penjagaan adalah untuk kepentingan keamanan dan ketertiban. Penjagaan pun akan dilakukan disetiap titik yang berpotensi timbul masalah.
"Setelah kami mendapat laporan, kami mengeceknya ke sini. Dan memang benar. Ada sekelompok orang yang menduduki mess ini. Untuk mengantisipasi bentrokan antara pihak yang menduduki dan para bonek, kami terpaksa memasang garis polisi dan melakukan penjagaan hingga masalah ini clear," tuturnya.
Sementara dari informasi yang berhasil dihimpun di lokasi. Mes ini memang setiap harinya tak pernah dikunci. Kendati saat diduduki enam orang tersebut para bonek belum ada di mess. Namun, sejumlah bonek mengaku jika hampir setiap hari mereka berada di mess tersebut. Para bonek juga Menduga, keenam orang tersebut adalah orang yang berasal dari Pemuda Pancasila (PP).
"Saat kita tanya, mereka disuruh oleh salah satu pentolan PP. Dari sanalah kita menyimpulkan. Jika benar yang nyuruh adalah PP, berarti ada kepentingan besar di belakang aksi mereka. Dan siapa lagi, semua pasti sudah tahu,"ujar sejumlah Bonek 27.
(aww)