Lesu Pembeli, Pedagang Pernik PON Remaja Banting Harga
A
A
A
SURABAYA - Pedagang pernak-pernik Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja I 2014 mengeluhkan sepinya pembeli. Pendapatan tak sesuai target lantaran minimnya peminat barang dagangan seperti kaos atau suvenir terkait multitevent tersebut.
Salah seorang pedagang, Resmon Hendrik, kepada laman resmi PON Remaja (ponremaja.com), Minggu (14/12/2014), mengakui pendapatannya dari penjualan kaos selama enam hari penyelengaraan ajang tersebut, jauh dari yang diharapkan.
"Pembelinya sedikit sehingga tidak sesuai dengan target penjualan kami. Biasanya jika ada even olahraga nasional seperti ini, kami bisa dapat sampai Rp7 juta per hari tapi di sini kami hanya dapat kurang dari Rp 2 juta per hari," kata Resmon.
Banyaknya pedagang yang berjualan jenis dagangan serupa, serta atlet dan ofisial yang jumlah tidak terlalu banyak juga menjadi faktor merosotnya pendapatan Resmon. "Mungkin PON Remaja ini pertama jadi jumlah peserta tidak terlalu banyak. Malahan yang berjualan terlalu banyak," kata pedagang asal DKI Jakarta tersebut.
Resmon membawa sekitar 200 lusin kaos dengan berbagai macam gambar sablon yang variatif. Bersama rekan-rekannya, dia membuka empat stan yang tersebar di sejumlah venue seperti Asrama Haji Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Airlangga, dan Citraland. Hendrik mengaku omset tiap stan rata-rata sama, tak lebih dari Rp2 juta per hari.
Jelang penutupan di GOR Delta Sidoarjo, Senin (15/12/2014), Resmon mengaku barang dagangannya masih tersisa lebih dari 30 lusin. Untuk mengejar modal kembali, Resmon berniat banting harga barang dagangannya di hari penutupan. "Jika harga normal per kaos Rp35.000. Kemungkinan besok akan dijual Rp100.000 empat buah, atau per kaos Rp25.000 sesuai ongkos produksi," ungkapnya.
Sementara untuk pernak-pernik dijualnya cukup murah. Misalnya pulpen dan gantungan kunci dihargai Rp5.000 per buah. Dia mengobral barang dagangannya agar tidak membawa pulang kembali ke Jakarta. "Yang penting laku. Minimal balik modal, tidak sampai rugi," imbuhnya.
Salah seorang pedagang, Resmon Hendrik, kepada laman resmi PON Remaja (ponremaja.com), Minggu (14/12/2014), mengakui pendapatannya dari penjualan kaos selama enam hari penyelengaraan ajang tersebut, jauh dari yang diharapkan.
"Pembelinya sedikit sehingga tidak sesuai dengan target penjualan kami. Biasanya jika ada even olahraga nasional seperti ini, kami bisa dapat sampai Rp7 juta per hari tapi di sini kami hanya dapat kurang dari Rp 2 juta per hari," kata Resmon.
Banyaknya pedagang yang berjualan jenis dagangan serupa, serta atlet dan ofisial yang jumlah tidak terlalu banyak juga menjadi faktor merosotnya pendapatan Resmon. "Mungkin PON Remaja ini pertama jadi jumlah peserta tidak terlalu banyak. Malahan yang berjualan terlalu banyak," kata pedagang asal DKI Jakarta tersebut.
Resmon membawa sekitar 200 lusin kaos dengan berbagai macam gambar sablon yang variatif. Bersama rekan-rekannya, dia membuka empat stan yang tersebar di sejumlah venue seperti Asrama Haji Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Airlangga, dan Citraland. Hendrik mengaku omset tiap stan rata-rata sama, tak lebih dari Rp2 juta per hari.
Jelang penutupan di GOR Delta Sidoarjo, Senin (15/12/2014), Resmon mengaku barang dagangannya masih tersisa lebih dari 30 lusin. Untuk mengejar modal kembali, Resmon berniat banting harga barang dagangannya di hari penutupan. "Jika harga normal per kaos Rp35.000. Kemungkinan besok akan dijual Rp100.000 empat buah, atau per kaos Rp25.000 sesuai ongkos produksi," ungkapnya.
Sementara untuk pernak-pernik dijualnya cukup murah. Misalnya pulpen dan gantungan kunci dihargai Rp5.000 per buah. Dia mengobral barang dagangannya agar tidak membawa pulang kembali ke Jakarta. "Yang penting laku. Minimal balik modal, tidak sampai rugi," imbuhnya.
(sha)