Penantian 55 Tahun

Senin, 26 Januari 2015 - 11:26 WIB
Penantian 55 Tahun
Penantian 55 Tahun
A A A
SYDNEY - Korea Selatan (Korsel) sudah 55 tahun tidak keluar sebagai juara Piala Asia. Mimpi Taeguk Warriors, julukan Korsel, makin mendekati kenyataan, meski harus meladeni Irak pada babak semifinal Piala Asia 2015 di Australia Stadium, Sydney, nanti malam.

Piala Asia 1956 dan 1960 menjadi kenangan membanggakan publik sepak bola Korsel. Pada dua periode secara beruntun tersebut, salah satu kekuatan sepak bola Asia itu menancapkan taringnya sebagai penguasa Benua Kuning.

Akan tetapi, momen manis itu masih sangat sulit diulangi Korsel sampai saat ini. Taeguk Warriors kerap kandas selama rentan waktu 55 tahun, di mana Korsel harus puas sebagai runner-up (1972, 1980, 1988) dan empat kali menduduki peringkat ketiga (1964, 2000, 2007, 2011). Di bawah kendali Pelatih asal Jerman Uli Stielike saat ini, Korsel kembali bermimpi memutus mimpi buruk Taeguk Warriors.

Mereka berhasrat memberikan penampilan lebih baik lagi saat menghadapi Irak selaku jawara Piala Asia 2007. Akan tetapi, Stielike tidak mau timnya terlena dengan kans juara kali ini.

“Ini adalah kesempatan yang baik bagi kami membawa kembali piala itu (Piala Asia) ke rumah, apalagi setelah para pemain putus asa memenangkan turnamen ini. Akan tetapi, saya mengingatkan kepada seluruh elemen tim jika saat ini bukanlah waktu tepat untuk sekadar bermimpi menjadi juara,” ungkap Stielike, dilansir AP.

“Saya sadar banyak yang berharap kami bisa kembali memenangkan trofi ini untuk pertama kali setelah 55 tahun. Tapi tunggu dulu, kami wajib konsentrasi tinggi pada pertandingan kontra Irak. Saya bersyukur karena kami didukung dengan kondisi pemain yang semuanya dalam situasi fit,” ujar pelatih berusia 60 tahun tersebut. Stielike memang tidak mau melihat timnya difavoritkan menjuarai Piala Asia tahun ini.

Menurut pelatih yang sempat menjadi pemain Real Madrid pada periode 1977- 1985 itu, Irak tetap memiliki peluang yang sama. Apalagi, Irak juga pernah merasakan aroma juara turnamen tersebut.

“Besok (hari ini) kami akan menjalani pertandingan dengan status favorit. Kami datang ke ajang ini dengan menyandang peringkat ketiga Asia, sedangkan Irak ada di nomor 13. Namun, harus diakui fakta Irak adalah juara Piala Asia 2007. Dengan begitu, kami wajib berhati-hati walau sebetulnya kami memiliki peluang besar,” tutur Stielike.

Di kubu Irak, tim besutan Radhi Shenaishei malah diganggu dengan aksi protes yang dilancarkan Iran. Team Melli, julukan Iran, yang disingkirkan Irak lewat adu penalti menilai Irak sudah memainkan pemain yang tidak memenuhi syarat. Iran protes setelah Irak memainkan Alaa Abdulzehra yang diduga terlibat doping tahun lalu. Iran memprotes itu adalah sebuah pelanggaran.

Namun, semua tuduhan yang dilancarkan Iran langsung dibantah keras sang pemain. Abdulzehra menuding ungkapan protes Iran tak lepas dari bentuk kekecewaan mereka setelah kalah dramatis dari Lion of Mesopotamia, julukan Irak. Dia yakin tak memiliki masalah apa pun terkait kasus doping yang dituduhkan Iran.

“Itu tidak benar. Itu hanya cara mereka (Iran) untuk membatalkan kerugian yang mereka alami. Selama ini tidak ada keluhan atau hukuman terhadap saya. Saya tegaskan jika saya tidak mengalami hal semacam itu selama karier saya. Selain Al Shorta (klub Abdulzehra) tetap mengirimkan nama saya di skuad Piala Asia, tidak pernah ada kabar dari AFC soal hal tersebut,” papar Abdulzehra.

Decky irawan jasri
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0649 seconds (0.1#10.140)