Petisi Penolakan Mayweather Capai 46.500 Tanda Tangan
A
A
A
MELBOURNE - Petisi menentang atau menolak kedatangan Floyd Mayweather Jr. mencapai 46.500 tanda tangan. Ini tak lepas dari rencana Max Markson selaku promotor pada acara amal yang berniat mendatangkan petinju Amerika Serikat pekan ini.
Rencana Markson menghadirkan Mayweather dalam sebuah acara amal di Melbourne dan Sydney telah memicu kemarahan di kalangan pegiat anti-kekerasan. Via Change.org, masyarakat Australia ramai-ramai melakukan penolakan tersebut. Menurut salah seorang penyiar radio 3AW, Neil Mitchell, petisi itu sudah mencapai puluhan ribu tanda tangan.
Selama siaran, penyiar radio seolah membeberkan alasan penolakan masyarakat Negeri Kangguru dengan berkata bahwa Mayweather adalah seorang premen yang suka membuat onar. Hal yang paling tidak disukai, kata Mitchell, tindak kekerasan terhadap perempuan.
"Dia (Mayweather) adalah preman yang suka mengganggu. Tindakan kasarnya terhadap istri sudah tidak bisa ditolerir lagi. Pria ini tidak boleh berada di negeri ini, dan dia harus segera diabaikan," kata Mitchell, selama siaran udaranya seperti dikutip Sydney Morning Herald, Kamis (5/2/2015).
Petinju 37 tahun ini sebenarnya dijadwalkan akan menghadiri acara amal selama dua hari pada akhir bulan lalu. Namun sejumlah kendala yang dihadapi pihak penyelenggara membuatnya batal hadir. Akibatnya, pihak sponsor mengakhiri kerjasamanya. Markson, yang awalnya bertugas sebagai humas akhirnya memutuskan untuk menjalankan acara kontroversial ini sendiri.
"Perwakilan Floyd terus mengubah tanggal dan waktu, jadi kami mengambil keputusan untuk menarik diri. Ini bukan sesuatu yang dapat Anda selesaikan dalam waktu beberapa hari," kata Mick Gatto, salah satu sponsor di acara amal tersebut.
Rencana Markson menghadirkan Mayweather dalam sebuah acara amal di Melbourne dan Sydney telah memicu kemarahan di kalangan pegiat anti-kekerasan. Via Change.org, masyarakat Australia ramai-ramai melakukan penolakan tersebut. Menurut salah seorang penyiar radio 3AW, Neil Mitchell, petisi itu sudah mencapai puluhan ribu tanda tangan.
Selama siaran, penyiar radio seolah membeberkan alasan penolakan masyarakat Negeri Kangguru dengan berkata bahwa Mayweather adalah seorang premen yang suka membuat onar. Hal yang paling tidak disukai, kata Mitchell, tindak kekerasan terhadap perempuan.
"Dia (Mayweather) adalah preman yang suka mengganggu. Tindakan kasarnya terhadap istri sudah tidak bisa ditolerir lagi. Pria ini tidak boleh berada di negeri ini, dan dia harus segera diabaikan," kata Mitchell, selama siaran udaranya seperti dikutip Sydney Morning Herald, Kamis (5/2/2015).
Petinju 37 tahun ini sebenarnya dijadwalkan akan menghadiri acara amal selama dua hari pada akhir bulan lalu. Namun sejumlah kendala yang dihadapi pihak penyelenggara membuatnya batal hadir. Akibatnya, pihak sponsor mengakhiri kerjasamanya. Markson, yang awalnya bertugas sebagai humas akhirnya memutuskan untuk menjalankan acara kontroversial ini sendiri.
"Perwakilan Floyd terus mengubah tanggal dan waktu, jadi kami mengambil keputusan untuk menarik diri. Ini bukan sesuatu yang dapat Anda selesaikan dalam waktu beberapa hari," kata Mick Gatto, salah satu sponsor di acara amal tersebut.
(bbk)