Ketika Dunia Kehujanan Uang

Sabtu, 02 Mei 2015 - 20:49 WIB
Ketika Dunia Kehujanan Uang
Ketika Dunia Kehujanan Uang
A A A
JAKARTA - DUA Mei 2015, Sabtu malam waktu Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat atau 3 Mei, Ahad pagi waktu Indonesia, menjadi waktu yang amat dinantikan oleh ratusan juta penggemar tinju dan juga bukan penggemar tinju di jagad ini. Suasananya tampak menyerupai saat ketika ratusan juta orang yang percaya pada ramalan kalender suku Maya di Meksiko yang meramalkan Kiamat akan datang pada 31 Desember 2012, deg-degan, cemas, takut dan penasaran.

Begitulah kira-kira situasi yang ada saat ini, saat ketika kita semua menantikan terjadinya pertarungan antara dua jagoan di ring tinju, Floyd Mayweather Jr, juara dunia kelas welter versi WBC dan WBA yang belum terkalahkan akan bertarung dengan Manny Pacquiao, juara dunia WBO dan satu-satunya petinju di planet bumi yang mampu menjadi juara di delapan kelas berbeda. Pertarungan yang penuh kontroversi, penuh gengsi, penuh intrik politik, dan pertarungan yang menebarkan uang triliunan rupiah itu akan menjadi pertarungan terbesar dan pertarungan terhebat sepanjang masa.

Mayweather Jr, pemegang rekor 47 kali bertarung, 21 menang angka, 26 menang KO-TKO, belum pernah draw apalagi kalah, menjadi petinju termahal sejak olahraga adu-jotos ini dimainkan di muka bumi mulai milenium ketiga sebelum masehi oleh para ksatria bangsa bangsa Yunani sebagai persembahan untuk dewa Zeus, dan mulai dipertarungkan sebagai olahraga bayaran sejak 1881. Ia akan menerima bayaran minimal Rp 2,5 triliun terdiri atas kontrak pertarungan Rp 1,950 triliun dan Rp 500 miliar dari kegiatan off-air (promosi, pay-perview atau tontonan berbayar dan acara-acara lain termasuk iklan).

Sementara Pacquiao menerima 20 persen lebih sedikit atau sekitar Rp 1,5 triliun. Angka-angka yang tak pernah bisa dicapai oleh para pendahulunya, M. Ali, Mike Tyson, Julio Cesar Chavez sr, Oscar De La Hoya atau Klitschko bersaudara penguasa kelas berat saat ini.

HBO, Showtime, Sky Sport, telegraph sport dan banyak lainnya diprediksi akan menghasilkan sedikitnya 360 juta dolar atau sekitar Rp 4,6 triliun. Baik Mayweather maupun Pacquiao akan menerima bagian sedikitnya masing-masing 15 persen atau sekitar Rp 700 miliar. Sungguh angka-angka yang sangat luar biasa dan kemungkinan tak akan mampu dipecahkan oleh petinju mana pun hingga puluhan tahun ke depan.

Bahkan, pertarungan yang menghabiskan biaya (modal) sebesar Rp 5 triliun ini juga diperkirakan bisa mengantongi tidak kurang pemasukan kotor hingga Rp 15 triliun yang lagi-lagi hingga puluhan tahun kedepan tak mungkin terpecahkan oleh event olahraga apapun termasuk tinju bayaran itu sendiri.

Khusus untuk Pacquiao, banyak pihak termasuk Bob Arum sang promotor paling tua (Arum sudah menjadi promotor sejak 1970 dan pernah menjadi bosnya Don King hingga 1976, saat King ‘mencuri’ pertarungan Muhammad Ali vs George Foreman di Kinshasha Zaiere) mengangkat topi tinggi-tinggi karena kesediaannya dibayar lebih sedikit. Enam tahun silam, Pacquiao sudah menantang Mayweather, saat itu the Money julukan Mayweather mau asal jumlah bayarannya sama.

Pacquiao jelas menolak, karena saat itu ia sudah menjadi juara di enam kelas berbeda, sedangkan Mayweather baru menjadi juara di lima kelas berbeda. Namun Mayweather mengatakan bahwa dirinya belum terkalahkan sedangkan Pacquiao saat itu sudah tiga kali kalah.

Tidak berhenti di situ, ketika Pacman begitu julukan Pacquiao mau menerima perminataan Mayweather, the Money membuat pra-syarat baru yakni test doping yang tidak lazim. Dan ketika akhirnya pra-syarat itu juga dipenuhi, Mayweather membuat persyaratan baru yang terkesan mengada-ada.

“Kalau dia (Pacquiao) tetap mau bertemu aku, maka dia harus berani keluar dari ketiak Bob Arum,” katanya. “Sepanjang ada Arum di sana, aku tak akan mau berbisnis dengan dia (Arum),” lanjut Mayweather.

“Apa pun permintaannya kecuali soal Arum, akan aku terima,” balas Pacquiao. “Termasuk soal bayaran, aku menerima saja yang penting pertarungan itu bisa terlaksana,” katanya lagi dalam banyak wawancara dengan media-media internasional. Langkah itulah yang kemudian diapresiasi oleh banyak pihak.

Menjilat ludah sendiri

Tahun 2012, Mayweather sesumbar jika Pacman ingin bertemu dengan dirinya. “Kalau kamu (Pacquiao) berani bertemu denganku, maka keluarlah dari ketiak Bob Arum,” kata Mayweather saat dikejar para wartawan. “Selama ada Arum di sekitarnya, maka aku tak akan pernah mau bertemu dengan dia!” tegasnya.

Mayweather memang berulang kali memperlihatkan rasa tidak senangnya pada Arum, meski secara rinci ia tak pernah mengatakan dengan jelas mengapa hal itu bisa terjadi. Bagi Mayweather ‘kebenciannya’ pada Arum tak bisa diobati, meski ia tahu tak ada perseteruan yang tak bisa diselesaikan.

Lalu, mengapa Mayweather akhirnya mau menerima tantangan meski masih ada Arum? Jawabnya hanya the Money saja yang tahu. Tapi dari banyak kisah di balik itu, Mayweather sesungguhnya menerima tantangan itu tidak semata-mata karena bayaran yang begitu besar, tapi lebih pada harga dirinya yang terusik.

Kita tahu hampir setahun lebih, tahun 2013 Mayweather ‘dibuli’ di dunia maya oleh para penggila tinju di dunia. Mayweather dikatakan penakut dan takut kalah. Tidak hanya itu, Mayweather disudutkan sebagai pengecut dan hanya berani ‘menyiksa’ istrinya dan orang-orang yang tak berdaya.

Apapun alasannya, bagi Arum tak lagi penting. Bagi promotor gaek ini terpenting pertarungan akhirnya bisa terlaksana. Bahkan dengan enteng sang promotor paling senior di dunia ini menyindirnya: “Kamu (Mayweather) sesungguhnya rindu padaku kan?” tukas Arum sambil tersenyum lebar karena Mayweather akhirnya mau menilat ludahnya sendiri dan tentu karena sedikitnya Top Rank, perusahaan miliknya akan mengantongi keuntungan tidak kurang dari Rp 1 triliun.

Tiket Termahal

Selain soal bayaran yang sangat luar biasa, pertarungan dua jagoan ini juga menjual tiket yang sangat tinggi dan dapat dikatagorikan sebagai tiket olahraga termahal di dunia sepanjang sejarah. Tiket yang awalnya akan dijual termurah (tribun teratas) 1.500 dolar atau Rp 19,500,00 kini sudah mencapai angka 6,600,14 dolar atau sekitar Rp 85 juta. Dan tiket untuk ring side yang awalnya akan dilego 7.500 dolar atau sekitar Rp 97,500,000 sekarang telah bergerak ke angka 59,947,68 dolar atau sekitar Rp 779,319,000,84. Tiket-tiket pertarungan tinju selama ini berkisar antara 25-150 dolar untuk tribun dan 3000-5000 dolar untuk ring side.

Meski harga tiket begitu tinggi, kabarnya hingga saat ini tiket sudah habis terjual. Konon perusahaan-perusahaan yang biasa berbisnis tiket telah memborongnya. Untuk itu, angka-angka di atas akan terus bergerak hingga mencapai beberapa kali lipat. Jadi, selain pertarungannya yang akan menjadi sensasi, para penonton yang datang juga akan memiliki sensasi tersendiri.

Pertanyaannya, apakah sensasi-sensasi itu akan berakhir dengan sensasi besar atau justru akan menjadi anti-klimak sebagaimana doomsday, ramalan kalender suku Maya itu? Sebelumnya antik klimak juga pernah terjadi saat para akhli mengatakan bumi akan kacau karena komputerisasi yang dianggap tak akan mampu memasuki abad 21 atau tahun 2000 itu tidak terjadi. Tentu kita tidak berharap pertarungan the Money vs Pacman yang sudah sangat lama dinantikan berakhir dengan anti-klimak.

Sekadar mengingatkan, ring tinju pernah mengalami suasana anti-klimak saat Oscar Golden Boy De La Hoya berhadapan dengan Felix Tito Trinidad, 18 September 1999. Keduanya merupakan jagoan-jagoan yang telah mampu menggetarakan jagad raya selepas Mike Tyson dan Julio Cesar Chavez padam sinarnya.

Pembahasan untuk pertarungan itu terjadi secara terus-menerus dan melahirkan banyak analisa yang penuh sensasi dari para pakar. Tapi saat laga terjadi, tak ada keindahan dalam pertarungan itu. Oscar yang sedang berada di puncaknya justru tidak tampil menyerang, ia bahkan menempatkan kedua tangannya agak lurus ke depan. Sementara Tito juga tak mampu menyerang dengan baik lantaran ia memang petinju yang memiliki gaya counter-boxer sejati, atau bahasa umumnya: Jika tidak diserang, dia tak akan bisa menyerang dengan baik.

Lalu, akankah Mayweather vs Pacquiao juga mengulangnya? Ada banyak jawaban yang bisa muncul. Pertama, menurut pengamatan saya, kemungkinan itu bisa terjadi lantaran kebiasaan Mayweather bukan kemauan Pacquiao. Kedua, baik Mayweather maupun Pacquiao akan bertarung dengan sangat hati-hati. Dan ketiga, Pacquiao akan menggempur secara membabi-buta. Dan keempat, keduanya memiliki skenario bertarung ulang demi imbalan uang yang makin besar.

Mayweather Cengeng dan curang

Pertama, meski pasar taruhan di Amerika mengunggulkan Mayweather sebanyak 55 persen, tapi secara kasat mata, saya atau kita semua melihat bagaimana sesunguhnya Floyd Mayweather Jr di atas ring. Benar hingga partainya yang ke-47 ia belum terkalahkan, tapi saya dan tentu kita semua melihat bagaimana the Money bertarung dengan Victor Ortiz, 17 September 2011 serta saat ia bertemu Marcos Maidana pada laga pertama (3/5/14).

Dalam dua laga itu, Mayweather memperlihatkan sikap unfair dan cengeng. Benar Ortiz menanduknya, tetapi reaksi Mayweather sangat berlebihan, ia merengek dan meminta wasit menghukum lawannya. Padahal dari tayang ulang yang diputar berkali-kali, tandukan Ortiz sama sekali tidak menimbulkan kesakitan atau cedera apapun. Tandukan itu justru tertahan tangan Mayweather sendiri. Dan yang lebih parah lagi, saat Ortiz berusaha meminta maaf dengan memeluk untuk kedua kalinya, Mayweather justru membalasanya dengan hook kiri yang keras serta disusul dengan pukulan lurus yang sangat keras dan membuat Ortiz terkapar dan tak bangun lagi di ronde ke-4.

Dalam sebuah wawancara televisi yang mempertemukan keduanya, Mayweather terlihat berulang kali tak berani menatap Ortiz. Dan ia membela diri dengan mengatakan: “When you make any mistake you have to pay! Ketika kau membuat kesalahan, maka kamu harus membayarnya!” katanya.

Lalu saat bertemu Maidana pertama kali, Mayweather yang sudah terdesak di ronde pertama karena dibombardir melalui pukulan Over-cut (pukulan dari atas) yang mendarat dengan telak di dahi Maywetaher serta gempuran pukulan liar Maidana, ia memeluk sang lawan.

Yang perlu dicatat, Mayweather menatap wasit Tony Week dan dari gesturnya terlihat ia meminta Week memberi peringatan. Bahwa akhirnya Mayweather menang split decision itu bukan inti persoalannya. Intinya justru Mayweather selalu berlebihan dalam meminta perlindungan. Ia seolah ingin diperlakukan lebih di banding lawan-lawannya. Jadi jika Pacquiao tidak hati-hati, maka nasibnya akan sama dengan Ortiz atau Maidana.

Kedua, karena beban pertarungan itu sudah sedemikian besarnya, maka kedua petinju akan sangat berhati-hati untuk tidak kecolongan dari lawan. Dalam posisi kehati-hatian yang berlebihan, suka atau tidak, pertarungan dapat dipastikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Sama seperti Oscar De La Hoya ve Felix Trinidad. Apalagi Mayweather suka sekali berlari-lari, maka harga mahal yang sudah dibayarkan semua pihak tidak akan terbalas dengan pertarungan terbaik.

Ketiga, Pacquiao yang memang memiliki hasrat berlebih untuk bertarung dengan Mayweather hingga ia rela menerima bayaran lebih kecil itu akan bertarung sebagaimana yang biasa ia lakukan. Menerjang, menyerang, dan menyerang sejak ronde pertama. Jika itu dilakukan secara berlebihan, maka Pacman akan kehilangan konsentrasinya.

Selain itu, ia juga akan kehabisan tenaga lebih cepat. Dalam posisi seperti itu, Mayweather akan lebih mudah menyelesaikan pertarungan. Ini bisa kita saksikan saat Pacquiao dikalahkan Juan Manuel Marquez dengan knock-out di ronde ke-6 (18/12/12), pada pertemuan ke-4 kalinya. Pacquiao yang sejak ronde keempat menguasai pertarungan, tersungkur karena tak hati-hati.

Apalagi Freddie Roach sang pelatih berulang kali mengatakan: “Tak ada orang yang paling dibencinya di atas ring kecuali dia (Mayweather),” tukas Roach. Meski kalimat lanjuta dari Roach sendiri merupakan penegasan akan keyakinan petinju bisa menang, tapi menurut catatan saya, kebiasaan yang selama ini terjadi, setiap petinju yang bertarung dengan membawa beban kebencian berlebih, maka dia akan celaka.

Contohnya terlalu banyak, satu di antaranya bagaiman Sonny Liston yang memiliki bobot pukulan paling keras, justru tersungkur dihajar Ali. Begitu ketika Tyson dikalahkan baik oleh Hollyfield maupun Lennox Lewis, itu akibat sang leher beton memendan dendam berlebihan.

Kerika banyak pengamat tinju masih mengutak-atik hitungan siapakah yang akan menjadi pemenang dalam ini, tiga mantan juara dunia tinju Mike Tyson, Evander Hollyfield, dan Julio Cesar Chavez Sr justru sudah berani mengatakan pemenangnya.

“Saya pikir dari awal, Manny Pacquiao akan memenangkan pertarungan!” begitu pernyataan Mike Tyson, mantan juara dunia kelas berat termuda. “Saya kira Pacquiao akan keluar sebagai pemenang,” ujar Hollyfield. “Hati saya mengatakan Pacman akan memenangkan pertarungan.” Tukas Chavez sr.

Meski demikian, menurut ketiga legenda itu, ada beberepa pra-syarat untuk meraih kemenangan tersebut. Bagi Tyson, Pacquiao harus lebih konsentrasi dan meningkatkan akurasi pukulan. “Dia (Pacquiao) harus mampu memukul dengan cepat dan tepat serta berulang-ulang, jika tidak maka ia akan kehilangan kesempatan untuk menang,” katanya lagi.

The Money, masih kata Tyson adalah petinju yang sering berlari-lari. “Dia bisa bergerak dengan cepat meninggalkan sudut demi sudut sambil melontarkan pukulan penghalang. Nah, Pacquiao harus bisa memotong dan menembaknya. “Pokoknya Pacquiaqo tidak boleh sedikit pun bersantai, meski dia juga harus terus meningkatkan kehati-hatiannya, saya yakin Pacquiao bisa menang!” katanya lagi.

Sementara menurut Hollyfield, satu-satunya cara Pacquiao untuk menang adalah dengan menghindari sudut ring. “Jika ia mampu keluar dan keluar dari sudut ring, maka saya kira Pacquiao akan bisa menang,” tutur mantan juara dunia kelas berat ini. “Selain itu, bisakah ia menyudutkan Mayweather? Jika ia mampu menyudutkannya, saya kira Mayweather akan jatuh!” katanya lagi.

Namun Hollyfield sendiri agar ragu apakah Pacquiao bisa mengendalikan emosinya dan mampu menyudutkan lawannya. “Saya kira dia sulit melakukan hal itu, tetapi disinilah menariknya pertarungan itu. Dan karenanya meski tiket pertarungan sangat mahal, saya pasti akan datang untuk menyaksikan sejarah terjadi,” tambah petinju yang telinganya pernah digigit Tyson itu.

Lain halnya Chavez Sr, meski nyata-nyata hatinya mengatakan Pacquiao akan mampu menang, tapi jika ia harus bertaruh, maka taruhannya akan ia berikan pada Maywetaher. Dasar pandangan Chavez justru bertumpu pada emosi Pacquiao yang dianggap terlalu berlebihan. “Dia sangat lapar (karena dendam dan kebencian), biasanya jika petinju naik dengan hati seperti begitu, ia akan sangat sulit untuk keluar dengan kepala tegak!” kata legenda tinju Meksiko itu.

Tapi, apabila ia (Pacquiao) bisa mengatasi emosinya dengan baik, Chavez yakin petinju asal Filiphina itu bisa memenangkan pertarungan. “Dia memiliki pukulan yang jauh lebih keras dan akurasi yang lebih baik. Ia juga memiliki naluri membunuh yang lebih tinggi ketimbang Mayweather. Tapi, bisakah dia keluar dari suasana hati yang terlalu membara itu? Inilah yang membuat saya jika bertaruh justru untuk Mayweather,” kata ayah petinju Chavez Jr.

Lalu, apa kata Mayweather dan Pacquiao? Secara khusus keduanya merasa yakin akan memangkan pertarungan. Dari banyak pernyataan yang dilontarkan keduanya di banyak kesempatan, keduanya sama-sama yakin akan memenagkan pertarungan. Bukan hanya kedua petinju yang akan berlaga yang yakin, dua pelatih dan akhli strategi di kedua kubu, Floyd Mayweather Sr ayah dari Mayweather yang menangani langsung anaknya dan Ferddie Roach pelatih yang menangani Pacquiao juga ikut yakin bahwa kubunyalah yang akan memenangkan pertarungan itu.

“Aku akan memenangkan pertarungan besar ini!” kata Mayweather saat melakukan sesi latihan terbuka, Selasa (14/4) di markasnya. “Dia (Pacquiao) adalah petinju yang sangat ceroboh,” tegas the Money.

Sementara itu Pacquiao mengatakan, ia tak tahu kapan waktunya kemenangan itu akan datang (cepat dengan KO atau TKO atau lama dengan kemenangan angka), yang pasti akulah yang akan memenangkan pertarungan nanti!” ujar Pacquiao yang kelihatan jauh lebih santai.

Bagi Mayweather Sr, sang pelatih-arsitek bagi anaknya, pertarungan nanti hanya merupakan pengukuhan bahwa puteranyalah yang terhebat. “Dia (Mayweather Jr) berlatih jauh lebih keras dan lebih disiplin. Ia menghabiskan ratusan ronde, ia melakukan banyak kombinasi dan strategi kunci,” katanya.

Keyakinan dan optimisme yang jauh lebih besar juga terlihat serta dilontarkan oleh Roach, pelatih dan arsitek yang sukses membawa Pacquiao menjadi satu-satunya petinju yang mampu menjadi juara dunia di delapan kelas berbeda. “Belum pernah saya melihat dia (Pacquiao) begitu serius saat melakukan persiapan kecuali saat ini. Belum pernah juga saya melihat dia (Pacquiao) begitu tidak menyukai lawannya kecuali saat ini. Maka saatnyalah ia menuntaskan seluruhnya dengan meraih kemenangan yang spektakuler,” katanya lagi.

Sabuk Istimewa
Mega-tarung yang bertajuk Super Fight ini memang sungguh-sungguh pertarungan super istimewa. Bayangkan, bukan hanya soal bayaran untuk kedua petinju yang mencapai Rp 2,5 triliun, biaya produksi pertarungan keduanya menjadi yang sangat gila. Dari sumber banyak yang ada, biaya produksi konon bisa mencapai angka Rp 4-5 triliun. Lalu prediksi pemasukan juga super fantastis, angkanyanya bisa mencapai Rp 15 triliun terdiri dari banyak sumber jualan.

Selain pemasukan dari tiket yang biasanya hanya berkisar antara Rp 10-25 milir, angka itu melonjak menjadi berkisar Rp 155 miliar, lalu dari siaran pay-perview, hak siar termasuk ke Indonesia, iklan dan lain-lain, angkanya mencapai Rp 15 triliun. Sungguh, sesuatu yang sulit untuk diterima oleh akal sehat.

Masih ada lagi yang sangat istimewa. Adalah World Boxing Council (WBC), badan tinju tertua di dunia ini juga menyiapkan sebuah sabuk juara yang tak ternilai harganya. “Sebuah sabuk yang diukuir dengan tangan para akhli di Meksiko, “ kata perwakilan WBC. “Sabuk berwarna hijau dengan kulit Ferrari dengan balutan 3000 butir zamrud dan satu kilo emas.

Meski WBC menegaskan bahwa sabuk itu harganya tidak ternilai, tetapi jika kita mencoba menghitungnya dengan harga emas serta zamrud yang ada saat ini, maka angka untuk barangnya saja bisa mencapai sektar Rp 9-10 miliar, terdiri dari Rp 491.000 pergram emas 99,9 persen, jadi jika dikalikan seribu, maka angka yang bisa dicapai adalah Rp 4,91 miliar.

Sementara zamrud asal Kolombia seukuran jari telunjuk tangan bisa mencapai angka Rp 1,5 juta perbutir. Dengan 3000 butir zamrud, maka angka yang bisa dicapai adalah Rp 4,5 miliar. Belum lagi kulit khusus dan jasa pembuatannya yang tidak murah, maka sabuk khusus itu bisa mencapai angka Rp 11-12 miliar, sabuk termahal di atas ring sejak 1881, saat tinju bayaran mulai memperebutkan sabuk juara.

Lalu, bagaimana kah hasil akhir pertarungan Mayweather vs Pacquiao? Kita memang masih harus menunggunya. Maka tanggal 3 Mei 2015 ini haruslah kita nantikan sebagai hari di mana seluruh penggila tinju berdiam diri di depan televisi.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6176 seconds (0.1#10.140)