Kisah Arthur Biyarslanov: Pengungsi Korban Perang Chechnya, Calon Perusak Kelas Ringan Super
Jum'at, 14 Februari 2025 - 12:21 WIB
"Di sini sangat profesional," katanya tentang kerja sama barunya.
"Mereka mengatakan pada saya, 'Kamu akan bertarung dalam dua bulan,' atau tiga bulan, atau apa pun. Lalu mereka memberi saya lawan. Dalam 11 bulan, saya menjalani lima laga, yang sangat bagus bagi saya. Saya memiliki momentum. Saya ingin tetap sibuk. Laga-laga saya berakhir dengan cepat, maka mengapa tidak terus berlaga sebanyak yang saya bisa?"
Di luar kemenangan angka mutlak atas Jonathan Eniz di bulan Oktober, Biyarslanov memang selalu menyelesaikan laga-laga malamnya dengan cepat: dalam tiga ronde melawan Tamas Kiliti, empat ronde melawan Elias Haedo dan tiga ronde melawan Cristian Palma. Terlepas dari rasio KO dan tubuhnya yang ramping dan berotot, ia mengincar mangsanya dengan sabar, bekerja dalam jarak dekat namun menusuk lawan dengan jab kidal yang keras sampai ia melihat celah, serta menyerang dengan penyelesaian yang seringkali keras - sebuah serangan cepat yang, menurutnya, berakar pada dua gaya yang sangat kontras yang menjadi panutan Arthur muda.
"Saat saya masih muda, saya sangat menyukai Mike Tyson dan Roy Jones, dua gaya yang berbeda," katanya.
"Satu orang yang kuat hanya menjatuhkan orang. Yang satu lagi, hanya mempermainkan Anda, bermain-main dengan Anda, keterampilan kecepatan, gila. Dan saya bisa memahami keduanya, karena terkadang saya meniru Mike Tyson dalam sparring dan terkadang saya meniru Roy Jones, seperti bergerak. Dan saya memiliki latar belakang sepak bola, yang sangat membantu gerakan kaki saya, dan saya dapat mengubah gaya, yang saya pikir tidak dapat dilakukan oleh banyak petinju. Mereka hanya memiliki satu gaya untuk bergerak maju atau mundur, namun saya merasa saya memiliki kemampuan menyeluruh dan dapat berganti gaya jika diperlukan dalam laga. Yang mana, saya rasa, itu adalah sebuah bonus besar."
Setelah kemenangan KO atas Minoune, dan dengan Eye of the Tiger yang membuatnya tetap aktif, Biyarslanov tampil untuk pertama kalinya dalam peringkat badan tinju dunia, dengan berada di posisi ke-15 dalam daftar terbaru WBC.
Ia mengatakan bahwa ia lebih dari siap untuk mulai menanjak ke atas.
"Saya ingin bertarung melawan salah satu petinju terbaik," katanya. "Anda tahu, 63,5 kg itu sangat panas. Siapa pun yang berada di 15 besar itu bagus. Jika saya dapat bertarung dengan salah satu dari mereka, itu akan menempatkan saya dalam persaingan dan membuktikan bahwa saya layak berada di sana. Dan semoga saja, pada akhirnya saya dapat meraih perebutan gelar, anda tahu. Tidak masalah siapa pun itu. Saya siap melawan siapapun. Ada Teofimo Lopez, Devin Haney, Ryan Garcia, saya tidak tahu siapa lagi yang ada di sana. Ada begitu banyak. Siapa pun dari mereka.
"Saya ingin memperjuangkan gelar juara dunia sebelum tahun ini berakhir. Saya akan berusia 30 tahun, saya baru saja mencapai puncaknya sekarang, dan saya merasa sudah hampir sampai."
"Mereka mengatakan pada saya, 'Kamu akan bertarung dalam dua bulan,' atau tiga bulan, atau apa pun. Lalu mereka memberi saya lawan. Dalam 11 bulan, saya menjalani lima laga, yang sangat bagus bagi saya. Saya memiliki momentum. Saya ingin tetap sibuk. Laga-laga saya berakhir dengan cepat, maka mengapa tidak terus berlaga sebanyak yang saya bisa?"
Di luar kemenangan angka mutlak atas Jonathan Eniz di bulan Oktober, Biyarslanov memang selalu menyelesaikan laga-laga malamnya dengan cepat: dalam tiga ronde melawan Tamas Kiliti, empat ronde melawan Elias Haedo dan tiga ronde melawan Cristian Palma. Terlepas dari rasio KO dan tubuhnya yang ramping dan berotot, ia mengincar mangsanya dengan sabar, bekerja dalam jarak dekat namun menusuk lawan dengan jab kidal yang keras sampai ia melihat celah, serta menyerang dengan penyelesaian yang seringkali keras - sebuah serangan cepat yang, menurutnya, berakar pada dua gaya yang sangat kontras yang menjadi panutan Arthur muda.
"Saat saya masih muda, saya sangat menyukai Mike Tyson dan Roy Jones, dua gaya yang berbeda," katanya.
"Satu orang yang kuat hanya menjatuhkan orang. Yang satu lagi, hanya mempermainkan Anda, bermain-main dengan Anda, keterampilan kecepatan, gila. Dan saya bisa memahami keduanya, karena terkadang saya meniru Mike Tyson dalam sparring dan terkadang saya meniru Roy Jones, seperti bergerak. Dan saya memiliki latar belakang sepak bola, yang sangat membantu gerakan kaki saya, dan saya dapat mengubah gaya, yang saya pikir tidak dapat dilakukan oleh banyak petinju. Mereka hanya memiliki satu gaya untuk bergerak maju atau mundur, namun saya merasa saya memiliki kemampuan menyeluruh dan dapat berganti gaya jika diperlukan dalam laga. Yang mana, saya rasa, itu adalah sebuah bonus besar."
Setelah kemenangan KO atas Minoune, dan dengan Eye of the Tiger yang membuatnya tetap aktif, Biyarslanov tampil untuk pertama kalinya dalam peringkat badan tinju dunia, dengan berada di posisi ke-15 dalam daftar terbaru WBC.
Ia mengatakan bahwa ia lebih dari siap untuk mulai menanjak ke atas.
"Saya ingin bertarung melawan salah satu petinju terbaik," katanya. "Anda tahu, 63,5 kg itu sangat panas. Siapa pun yang berada di 15 besar itu bagus. Jika saya dapat bertarung dengan salah satu dari mereka, itu akan menempatkan saya dalam persaingan dan membuktikan bahwa saya layak berada di sana. Dan semoga saja, pada akhirnya saya dapat meraih perebutan gelar, anda tahu. Tidak masalah siapa pun itu. Saya siap melawan siapapun. Ada Teofimo Lopez, Devin Haney, Ryan Garcia, saya tidak tahu siapa lagi yang ada di sana. Ada begitu banyak. Siapa pun dari mereka.
"Saya ingin memperjuangkan gelar juara dunia sebelum tahun ini berakhir. Saya akan berusia 30 tahun, saya baru saja mencapai puncaknya sekarang, dan saya merasa sudah hampir sampai."
(sto)
Lihat Juga :
tulis komentar anda