Kenin Lebih Diunggulkan di Final Prancis Terbuka
Sabtu, 10 Oktober 2020 - 13:35 WIB
PARIS - Sofia Kenin dan Iga Swiatek sama-sama mengusung ambisi tinggi pada laga final Prancis Terbuka 2020 yang berlangsung di Phillipe Chartier, malam ini. Siapapun pemenang, salah satunya akan menjadi juara baru pada nomor tunggal putri tahun ini.
Dari kedua petenis itu, Kenin mungkin menjadi yang paling difavoritkan untuk meraih kemenangan di laga tersebut. Selain unggulan keempat, dia merupakan juara Australia Terbuka 2020. Performanya juga sudah sangat teruji di Roland Garros, termasuk saat menumbangkan pengoleksi dua gelar Wimbledon, Petra Kvitova 6-4, 7-5 di semifinal. (Baca: Muslimah, Ini Pentingnya Menyempurnakan Wudhu)
Meski begitu, petenis berusia 21 tahun ini mengaku tetap waspada dengan lawannya nanti. Menurutnya, Swiatek memiliki permainan yang tidak biasa karena bisa mencapai final di ajang grand slam. Meski belum pernah bertemu di ajang professional, Kenin ternyata pernah menelan kekalahan dua set langsung dari Swiatek pada babak ketiga Prancis Terbuka kategori junior pada musim 2016.
“Saya harus mengetahui apa yang dia (Swiatek) lakukan. Saya yakin dia memiliki kepercayaan diri tinggi dan sangat bersemangat untuk final ini. Saya tentunya ingin mengakhirinya ini dengan baik. Saya benar-benar ingin membawa pulang gelar ini,” kata Kenin dilansir wtatennis.
Kenin sebenarnya menjalani turnamen pemanasan Prancis Terbuka dengan tidak terlalu baik. Dirinya dipermalukan Victoria Azarenka 0-6, 0-6 pada turnamen Italia Terbuka di Roma, tiga pekan lalu. Kondisi itu sempat membuatnya sedikit panik karena bermain tidak terlalu baik di lapangan tanah liat (clay-court).
Tapi, saat menghadapi Kvitova yang dikenal dengan pukulan penuh tenaga, dan belum pernah dia kalahkan, petenis berperingkat enam dunia ini mampu mengatasi tekanan dengan sangat baik. Namun, dia mengakui butuh perjuangan keras untuk mengalahkan lawannya itu. Jadi, dia berharap bisa mempertahankan permainan konsistensinya pada laga pamungkasnya di Roland Garros.
“Saya tidak mendapatkan hasil terbaik di Roma dan merasa clay-court tidak berpihak kepada saya. Tetapi saya tahu hanya membutuhkan beberapa pertandingan demi menemukan ritme yang tepat. Saya tahu bagaimana harus menyesuaikan diri dengan lapangan seperti itu. Jadi, saya mencintai clay-court,” katanya. (Baca juga: Tangkap dan Aniaya Wartawan, Polri Didesak Evaluasi Pola Pengamanan Unras)
Sedangkan bagi Swiatek, ini merupakan final grand slam pertama kali dalam kariernya. Bahkan, petenis berusia 19 tahun itu menjadi petenis termuda yang mampu melenggang ke partai puncak Prancis Terbuka tunggal putri sejak terakhir dilakukan oleh Kim Clijsters pada musim 2001. Pencapaian tersebut diraih usai menyingkirkan petenis berkebangsaan Argentina, Nadia Podoroska 6-2, 6-1 di semifinal.
Keberhasilannya mencapai final dinilai luar biasa. Selain belum pernah memenangkan gelar turnamen WTA, Swiatek belum pernah melampaui babak keempat Grand Slam sebelumnya. Namun, dia sekarang tampil cukup dominan selama di Roland Garros. Hal tersebut terlihat dengan hanya kehilangan 2 game dari enam pertandingan yang telah dijalaninya di Paris.
Tidak hahya itu, Swiatek menjadi petenis dengan peringkat terendah pertama yang berhasil melaju hingga ke partai puncak di Roland Garros. Petenis berperingkat 54 dunia ini mengaku senang bisa melangkah ke final grand slam. Dia pun akan berjuang keras agar bisa mencatatakan sejarah sebagai petenis Polandia pertama yang sukses merebut gelar grand slam. (Lihat videonya: Preman pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk)
“Saya cukup terkejut, sungguh. Saya selalu tahu, bahwa jika berada di final Grand Slam, maka itu akan terjadi di Prancis Terbuka. Saya ingin melakoni pertandingan ini sebagai pertandingan babak pertama. Jadi, saya tidak akan merasa terlalu tertekan,” ungkapnya. (Raikhul Amar)
Dari kedua petenis itu, Kenin mungkin menjadi yang paling difavoritkan untuk meraih kemenangan di laga tersebut. Selain unggulan keempat, dia merupakan juara Australia Terbuka 2020. Performanya juga sudah sangat teruji di Roland Garros, termasuk saat menumbangkan pengoleksi dua gelar Wimbledon, Petra Kvitova 6-4, 7-5 di semifinal. (Baca: Muslimah, Ini Pentingnya Menyempurnakan Wudhu)
Meski begitu, petenis berusia 21 tahun ini mengaku tetap waspada dengan lawannya nanti. Menurutnya, Swiatek memiliki permainan yang tidak biasa karena bisa mencapai final di ajang grand slam. Meski belum pernah bertemu di ajang professional, Kenin ternyata pernah menelan kekalahan dua set langsung dari Swiatek pada babak ketiga Prancis Terbuka kategori junior pada musim 2016.
“Saya harus mengetahui apa yang dia (Swiatek) lakukan. Saya yakin dia memiliki kepercayaan diri tinggi dan sangat bersemangat untuk final ini. Saya tentunya ingin mengakhirinya ini dengan baik. Saya benar-benar ingin membawa pulang gelar ini,” kata Kenin dilansir wtatennis.
Kenin sebenarnya menjalani turnamen pemanasan Prancis Terbuka dengan tidak terlalu baik. Dirinya dipermalukan Victoria Azarenka 0-6, 0-6 pada turnamen Italia Terbuka di Roma, tiga pekan lalu. Kondisi itu sempat membuatnya sedikit panik karena bermain tidak terlalu baik di lapangan tanah liat (clay-court).
Tapi, saat menghadapi Kvitova yang dikenal dengan pukulan penuh tenaga, dan belum pernah dia kalahkan, petenis berperingkat enam dunia ini mampu mengatasi tekanan dengan sangat baik. Namun, dia mengakui butuh perjuangan keras untuk mengalahkan lawannya itu. Jadi, dia berharap bisa mempertahankan permainan konsistensinya pada laga pamungkasnya di Roland Garros.
“Saya tidak mendapatkan hasil terbaik di Roma dan merasa clay-court tidak berpihak kepada saya. Tetapi saya tahu hanya membutuhkan beberapa pertandingan demi menemukan ritme yang tepat. Saya tahu bagaimana harus menyesuaikan diri dengan lapangan seperti itu. Jadi, saya mencintai clay-court,” katanya. (Baca juga: Tangkap dan Aniaya Wartawan, Polri Didesak Evaluasi Pola Pengamanan Unras)
Sedangkan bagi Swiatek, ini merupakan final grand slam pertama kali dalam kariernya. Bahkan, petenis berusia 19 tahun itu menjadi petenis termuda yang mampu melenggang ke partai puncak Prancis Terbuka tunggal putri sejak terakhir dilakukan oleh Kim Clijsters pada musim 2001. Pencapaian tersebut diraih usai menyingkirkan petenis berkebangsaan Argentina, Nadia Podoroska 6-2, 6-1 di semifinal.
Keberhasilannya mencapai final dinilai luar biasa. Selain belum pernah memenangkan gelar turnamen WTA, Swiatek belum pernah melampaui babak keempat Grand Slam sebelumnya. Namun, dia sekarang tampil cukup dominan selama di Roland Garros. Hal tersebut terlihat dengan hanya kehilangan 2 game dari enam pertandingan yang telah dijalaninya di Paris.
Tidak hahya itu, Swiatek menjadi petenis dengan peringkat terendah pertama yang berhasil melaju hingga ke partai puncak di Roland Garros. Petenis berperingkat 54 dunia ini mengaku senang bisa melangkah ke final grand slam. Dia pun akan berjuang keras agar bisa mencatatakan sejarah sebagai petenis Polandia pertama yang sukses merebut gelar grand slam. (Lihat videonya: Preman pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk)
“Saya cukup terkejut, sungguh. Saya selalu tahu, bahwa jika berada di final Grand Slam, maka itu akan terjadi di Prancis Terbuka. Saya ingin melakoni pertandingan ini sebagai pertandingan babak pertama. Jadi, saya tidak akan merasa terlalu tertekan,” ungkapnya. (Raikhul Amar)
(ysw)
tulis komentar anda