Mau ke Mana PSG?
Kamis, 07 Januari 2021 - 11:35 WIB
PARIS - Sebagai klub kaya raya, wajar jika Paris Saint Germain (PSG) begitu berambisi meraih kesuksesan, terutama di level Eropa. Sampai sekarang, ambisi menaklukkan Eropa sebagai misi yang belum terwujud.
Sejak diambil alih Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, PSG memang menjelma menjadi klub terkaya di Prancis dan salah satu yang terkaya di Dunia. Di bawah kepemimpinan, Presiden Nasser Al-khelaifi, PSG melakukan segala upaya membentuk tim yang kompetitif. (Baca: Pesan Menyentuh Mbappe Ditinggal Thomas Thucel)
Mereka telah menghabiskan lebih dari 1 miliar euro untuk mendatangkan pemain-pemain kaliber kelas dunia, seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, David Luiz, Neymar Jr, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, hingga Mauro Icardi.
Selain itu, PSG telah mempekerjakan pelatih-pelatih top macam Carlo Ancelotti (2011–2013), Laurent Blanc (2013–2016), Unai Emery (2016–2018), Thomas Tuchel (2018–2020). Namun, prestasi Les Parisiens masih sebatas pentas domestik.
Ancelotti misalnya. Dia hanya mempersembahkan gelar Ligue 1 (2012/13) pada periode kepemimpinannya. Begitu juga dengan para suksesornya. Blanc (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions), Emery (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions). Sementara Tuchel memberikan Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, serta Trophée des Champions. (Baca juga: Pandangan Islam Terhadap Syiah dan Ahmadiyah)
Tidak ada trofi Liga Champions. Sejak 2012, PSG telah mencapai babak 16 besar setiap musim dan telah melaju ke perempat final dalam lima kesempatan. Prestasi terbaik PSG adalah maju ke final Liga Champions untuk pertama kalinya bersama Tuchel, musim lalu, di mana mereka kalah dari Bayern Muenchen 0-1.
Tingginya ekspektasi di PSG tidak segan memecat para pelatihnya, termasuk Tuchel yang boleh dibilang memiliki prestasi terbaik di Eropa ketimbang pelatih-pelatih sebelumnya pada era kepemilikan QSI. Tanpa mengecilkan kompetisi domestik, Target PSG sangat jelas yakni membawa trofi Liga Champions ke Parc des Princes.
Tantangan besar itu kini berada di pundak Mauricio Pochettino. Pelatih asal Argentina tersebut resmi ditunjuk sebagai pengganti Tuchel dengan kontrak berdurasi dua tahun, Sabtu (2/1). Bila dilihat dari segi prestasi gelar, CV Pochettino sejatinya tidak sementereng Ancelotti, Blanc, Emery, ataupun Tuchel. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Tottenham Hotspur menjadi runner-up Liga Primer (2016/17) dan menembus final Liga Champions (2018/19). (Baca juga: Akhirnya, Mendikbud Nadiem Pastikan Formasi CPNS Guru akan Tetap Ada)
Sisi positifnya, Pochettino mampu membangun Tottenham menjadi salah satu tim kuat di Liga Primer dalam beberapa tahun terakhir, di tengah keterbatasan finansial. Pelatih 48 tahun tersebut juga piawai mengorbitkan pemain-pemain muda potensial menjadi bintang, seperti Harry Kane, Dele Alli, hingga Eric Dier.
Sejak diambil alih Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, PSG memang menjelma menjadi klub terkaya di Prancis dan salah satu yang terkaya di Dunia. Di bawah kepemimpinan, Presiden Nasser Al-khelaifi, PSG melakukan segala upaya membentuk tim yang kompetitif. (Baca: Pesan Menyentuh Mbappe Ditinggal Thomas Thucel)
Mereka telah menghabiskan lebih dari 1 miliar euro untuk mendatangkan pemain-pemain kaliber kelas dunia, seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, David Luiz, Neymar Jr, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, hingga Mauro Icardi.
Selain itu, PSG telah mempekerjakan pelatih-pelatih top macam Carlo Ancelotti (2011–2013), Laurent Blanc (2013–2016), Unai Emery (2016–2018), Thomas Tuchel (2018–2020). Namun, prestasi Les Parisiens masih sebatas pentas domestik.
Ancelotti misalnya. Dia hanya mempersembahkan gelar Ligue 1 (2012/13) pada periode kepemimpinannya. Begitu juga dengan para suksesornya. Blanc (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions), Emery (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions). Sementara Tuchel memberikan Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, serta Trophée des Champions. (Baca juga: Pandangan Islam Terhadap Syiah dan Ahmadiyah)
Tidak ada trofi Liga Champions. Sejak 2012, PSG telah mencapai babak 16 besar setiap musim dan telah melaju ke perempat final dalam lima kesempatan. Prestasi terbaik PSG adalah maju ke final Liga Champions untuk pertama kalinya bersama Tuchel, musim lalu, di mana mereka kalah dari Bayern Muenchen 0-1.
Tingginya ekspektasi di PSG tidak segan memecat para pelatihnya, termasuk Tuchel yang boleh dibilang memiliki prestasi terbaik di Eropa ketimbang pelatih-pelatih sebelumnya pada era kepemilikan QSI. Tanpa mengecilkan kompetisi domestik, Target PSG sangat jelas yakni membawa trofi Liga Champions ke Parc des Princes.
Tantangan besar itu kini berada di pundak Mauricio Pochettino. Pelatih asal Argentina tersebut resmi ditunjuk sebagai pengganti Tuchel dengan kontrak berdurasi dua tahun, Sabtu (2/1). Bila dilihat dari segi prestasi gelar, CV Pochettino sejatinya tidak sementereng Ancelotti, Blanc, Emery, ataupun Tuchel. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Tottenham Hotspur menjadi runner-up Liga Primer (2016/17) dan menembus final Liga Champions (2018/19). (Baca juga: Akhirnya, Mendikbud Nadiem Pastikan Formasi CPNS Guru akan Tetap Ada)
Sisi positifnya, Pochettino mampu membangun Tottenham menjadi salah satu tim kuat di Liga Primer dalam beberapa tahun terakhir, di tengah keterbatasan finansial. Pelatih 48 tahun tersebut juga piawai mengorbitkan pemain-pemain muda potensial menjadi bintang, seperti Harry Kane, Dele Alli, hingga Eric Dier.
tulis komentar anda