Olimpiade 2020 Ditunda, Panpel Bingung Pangkas Anggaran
Sabtu, 16 Mei 2020 - 03:13 WIB
TOKYO - Penundaan Olimpiade 2020 membuat panitia pelaksana (panpel) memeras otak terkait masalah dana. Pastinya dana akan membengkak dan saat ini panpel bingung mata anggaran mana yang akan dipangkas guna menekan pengeluaran.
Media di Jepang melaporkan akibat penundaan ini pemerintah mesti mengeluarkan dana 2 Juta Dolar AS sampai 6 Juta AS. CEO Olimpiade 2020 Toshiro Muto mengatakan dana sebesar itu belum diketahui dari mana berasal, apakah dari pemerintah Jepang atau Komite Olimpiade Internasional (IOC). (Baca juga : Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda, IOC Minta Atlet Tetap Kuat )
Menurut Muto guna menekan pengeluaran kemungkinan pawai obor yang masuk akal untuk dipangkas anggarannya. "Kami mencari ke setiap bidang yang mungkin. Sudah waktunya bagi kita semua untuk meninjau apa saja hal-hal penting untuk permainan. Apa saja barang yang harus dimiliki? Saya pikir kita mungkin membuat Olimpiade dan Paralimpiade baru, sesuatu yang unik di Tokyo," katanya dikutip AP.
Muto berbicara sehari setelah IOC yang bermarkas di Swiss mengakui akan menambah biaya 800 Juta Dolar AS karena penundaan tersebut. IOC mengatakan 150 Juta Dolar AS akan disediakan sebagai pinjaman kepada komite olimpiade nasional dan federasi olahraga. (Baca juga : Penundaan Oimpiade Membuat Jepang Terbebani Masalah Keuangan )
Tetapi IOC tidak memberikan perincian tentang ke mana 650 Juta Dolar AS lainnya akan pergi. Muto mengatakan dia juga tidak tahu. Atau
"Mengenai rincian bagaimana uang ini akan digunakan, IOC mengatakan terlalu dini untuk mengatakannya. Jadi kami di panitia tidak tahu semua detail tentang bagaimana uang ini akan dibelanjakan," kata Muto.
Biaya untuk gelaran olimpiade yang melonjak pasti menjadi subjek yang sensitif. Sebab Jepang, seperti kebanyakan negara, menghadapi resesi mendalam yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Ternyata persoalan tidak berhenti sampai di situ. Sebab sejumlah pertanyaan masih menumpuk terkait sudah kondusifkah kondisi Jepang dan negara peserta lain dari pandemi virus corona.
Apakah nantinya 11.000 atlet Olimpiade dan 4.400 Paralimpiade ditempatkan di perkampungan atlet? Bagaimana mereka akan pergi ke Tokyo? Bagaimana mereka berlatih dan memenuhi syarat? Dan bagaimana dengan ribuan lebih banyak staf dan petugas pertandingan?
Apakah akan ada penggemar, atau akankah itu hanya acara televisi? Bagaimana dengan jutaan tiket yang sudah terjual? Apakah akan ada pengembalian uang? Apakah vaksin akan tersedia? Akankah atlet muda yang sehat menjadi prioritas untuk vaksin?
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
Media di Jepang melaporkan akibat penundaan ini pemerintah mesti mengeluarkan dana 2 Juta Dolar AS sampai 6 Juta AS. CEO Olimpiade 2020 Toshiro Muto mengatakan dana sebesar itu belum diketahui dari mana berasal, apakah dari pemerintah Jepang atau Komite Olimpiade Internasional (IOC). (Baca juga : Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda, IOC Minta Atlet Tetap Kuat )
Menurut Muto guna menekan pengeluaran kemungkinan pawai obor yang masuk akal untuk dipangkas anggarannya. "Kami mencari ke setiap bidang yang mungkin. Sudah waktunya bagi kita semua untuk meninjau apa saja hal-hal penting untuk permainan. Apa saja barang yang harus dimiliki? Saya pikir kita mungkin membuat Olimpiade dan Paralimpiade baru, sesuatu yang unik di Tokyo," katanya dikutip AP.
Muto berbicara sehari setelah IOC yang bermarkas di Swiss mengakui akan menambah biaya 800 Juta Dolar AS karena penundaan tersebut. IOC mengatakan 150 Juta Dolar AS akan disediakan sebagai pinjaman kepada komite olimpiade nasional dan federasi olahraga. (Baca juga : Penundaan Oimpiade Membuat Jepang Terbebani Masalah Keuangan )
Tetapi IOC tidak memberikan perincian tentang ke mana 650 Juta Dolar AS lainnya akan pergi. Muto mengatakan dia juga tidak tahu. Atau
"Mengenai rincian bagaimana uang ini akan digunakan, IOC mengatakan terlalu dini untuk mengatakannya. Jadi kami di panitia tidak tahu semua detail tentang bagaimana uang ini akan dibelanjakan," kata Muto.
Biaya untuk gelaran olimpiade yang melonjak pasti menjadi subjek yang sensitif. Sebab Jepang, seperti kebanyakan negara, menghadapi resesi mendalam yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Ternyata persoalan tidak berhenti sampai di situ. Sebab sejumlah pertanyaan masih menumpuk terkait sudah kondusifkah kondisi Jepang dan negara peserta lain dari pandemi virus corona.
Apakah nantinya 11.000 atlet Olimpiade dan 4.400 Paralimpiade ditempatkan di perkampungan atlet? Bagaimana mereka akan pergi ke Tokyo? Bagaimana mereka berlatih dan memenuhi syarat? Dan bagaimana dengan ribuan lebih banyak staf dan petugas pertandingan?
Apakah akan ada penggemar, atau akankah itu hanya acara televisi? Bagaimana dengan jutaan tiket yang sudah terjual? Apakah akan ada pengembalian uang? Apakah vaksin akan tersedia? Akankah atlet muda yang sehat menjadi prioritas untuk vaksin?
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
(bbk)
tulis komentar anda