Penundaan Oimpiade Membuat Jepang Terbebani Masalah Keuangan
A
A
A
TOKYO - Penundaan Olimpiade 2020 Tokyo ternyata membebani keuangan tuan rumah Jepang. Hingga saat ini Pemerintah Negeri Sakura masih menghitung biaya tambahan akibat penundaan ajang olahraga terbesar di dunia tersebut akibat pandemi virus corona di seluruh dunia.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengonfirmasi jika Olimpiade akan berlangsung 23 Juli sampai 8 Agustus 2021. Jadwal itu dinilai menjadi waktu maksimal bagi pihak penyelenggara dan atlet untuk mempersiapkan diri bersaing di ajang paling bergengsi tersebut.
Namun, penundaan ini ternyata menciptakan masalah baru pada aliran dana untuk IOC dan Komite Olimpiade Nasional serta beberapa federasi olahraga internasional yang termasuk dalam program Olimpiade.
Direktur Eksekutif Olimpiade IOC Christophe Dubi menyatakan pihaknya masih butuh waktu untuk menilai dampak keuangan dari penundaan Olimpiade ini. Tapi, dia percaya Jepang, khususnya Tokyo, bisa menghasilkan uang mulai dari sponsor, menjual tiket, dan kegiatan pemasaran lainnya untuk meringankan beban pengeluaran negara.
“Ini benar-benar terlalu dini untuk melakukannya. Ini adalah permainan bola yang sepenuhnya baru dan kami harus melihat setiap elemen. Saya sudah membaca angkanya. Tapi, ini benar-benar spekulasi karena saya dapat menjamin pekerjaan ini sedang berlangsung. Ada puluhan ribu item anggaran yang perlu ditinjau. Apa yang saya katakan sebelumnya, kami memiliki komitmen untuk membantu dan menemukan solusi yang tepat,” papar Dubi.
Dubi juga menyadari Olimpiade Tokyo dalam posisi keuangan yang bagus sebelum krisis menghantam dunia, termasuk Jepang. Namun, promosi yang sangat baik di bagian pemasaran sangat membantu dengan mendapatkan pendapatan yang sangat tinggi. Itulah yang menjadi sesuatu yang bisa diandalkan untuk mengimbangi biaya pengeluaran untuk Olimpiade.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Panitia Tokyo 2020 Toshiro Muto menyatakan penjadwalan ulang akan membutuhkan anggaran besar. Pasalnya, ada beberapa fasilitas yang sudah dikontrak untuk digunakan selama Olimpiade yang memaksa mereka harus menambah biaya tambahan. Hal ini tentu membuat Dubi tidak bisa berbuat apa-apa dan menyatakan simpatinya dengan situasi yang dialami Muto bersama rekan-rekannya.
“Mereka (Jepang) memiliki Olympic Village yang dikontrak dan siap dioperasikan. Jepang memiliki 41 tempat olahraga yang memiliki kontrak yang sangat rinci, pusat konvensi yang menyelenggarakan acara olahraga dan media, 40.000 hotel dipesan oleh panitia penyelenggara, 2.000 bus, ribuan kontrak untuk barang dan layanan, dan semua ini sudah dipesan untuk musim panas ini. Itu semua yang harus diamankan kembali untuk satu tahun kemudian. Jadi, ini adalah tugas besar,” papar Dubi.
Direktur Olahraga IOC Kit McConnell mengonfirmasi bahwa atlet yang sudah memenuhi syarat lolos ke Olimpiade dipastikan sudah aman. Namun, mereka tetap bisa ikut bertanding satu tahun lagi, tergantung pada seleksi oleh komite Olimpiade nasional setempat.
Dia juga menegaskan bahwa nomor maraton putra dan putri serta event lomba jalan cepat akan diadakan di Sapporo atau dengan iklim yang lebih dingin dibandingkan dengan Tokyo. (Raikhul Amar)
Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengonfirmasi jika Olimpiade akan berlangsung 23 Juli sampai 8 Agustus 2021. Jadwal itu dinilai menjadi waktu maksimal bagi pihak penyelenggara dan atlet untuk mempersiapkan diri bersaing di ajang paling bergengsi tersebut.
Namun, penundaan ini ternyata menciptakan masalah baru pada aliran dana untuk IOC dan Komite Olimpiade Nasional serta beberapa federasi olahraga internasional yang termasuk dalam program Olimpiade.
Direktur Eksekutif Olimpiade IOC Christophe Dubi menyatakan pihaknya masih butuh waktu untuk menilai dampak keuangan dari penundaan Olimpiade ini. Tapi, dia percaya Jepang, khususnya Tokyo, bisa menghasilkan uang mulai dari sponsor, menjual tiket, dan kegiatan pemasaran lainnya untuk meringankan beban pengeluaran negara.
“Ini benar-benar terlalu dini untuk melakukannya. Ini adalah permainan bola yang sepenuhnya baru dan kami harus melihat setiap elemen. Saya sudah membaca angkanya. Tapi, ini benar-benar spekulasi karena saya dapat menjamin pekerjaan ini sedang berlangsung. Ada puluhan ribu item anggaran yang perlu ditinjau. Apa yang saya katakan sebelumnya, kami memiliki komitmen untuk membantu dan menemukan solusi yang tepat,” papar Dubi.
Dubi juga menyadari Olimpiade Tokyo dalam posisi keuangan yang bagus sebelum krisis menghantam dunia, termasuk Jepang. Namun, promosi yang sangat baik di bagian pemasaran sangat membantu dengan mendapatkan pendapatan yang sangat tinggi. Itulah yang menjadi sesuatu yang bisa diandalkan untuk mengimbangi biaya pengeluaran untuk Olimpiade.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Panitia Tokyo 2020 Toshiro Muto menyatakan penjadwalan ulang akan membutuhkan anggaran besar. Pasalnya, ada beberapa fasilitas yang sudah dikontrak untuk digunakan selama Olimpiade yang memaksa mereka harus menambah biaya tambahan. Hal ini tentu membuat Dubi tidak bisa berbuat apa-apa dan menyatakan simpatinya dengan situasi yang dialami Muto bersama rekan-rekannya.
“Mereka (Jepang) memiliki Olympic Village yang dikontrak dan siap dioperasikan. Jepang memiliki 41 tempat olahraga yang memiliki kontrak yang sangat rinci, pusat konvensi yang menyelenggarakan acara olahraga dan media, 40.000 hotel dipesan oleh panitia penyelenggara, 2.000 bus, ribuan kontrak untuk barang dan layanan, dan semua ini sudah dipesan untuk musim panas ini. Itu semua yang harus diamankan kembali untuk satu tahun kemudian. Jadi, ini adalah tugas besar,” papar Dubi.
Direktur Olahraga IOC Kit McConnell mengonfirmasi bahwa atlet yang sudah memenuhi syarat lolos ke Olimpiade dipastikan sudah aman. Namun, mereka tetap bisa ikut bertanding satu tahun lagi, tergantung pada seleksi oleh komite Olimpiade nasional setempat.
Dia juga menegaskan bahwa nomor maraton putra dan putri serta event lomba jalan cepat akan diadakan di Sapporo atau dengan iklim yang lebih dingin dibandingkan dengan Tokyo. (Raikhul Amar)
(ysw)