Brentford Putuskan Berhenti Berlutut Sebelum Kickoff Pertandingan
Minggu, 14 Februari 2021 - 23:00 WIB
BRENTFORD - Klub divisi EFL Championship , Brentford, memutuskan berhenti kampanye anti-rasisme dengan berlutut sebelum pertandingan. Para pemain sepakat aksi tersebut sudah tidak efektif.
Dua hal yang membuat wajah sepak bola berbeda sejak pertengahan tahun 2020 adalah ketidakhadiran penonton di stadion akibat pandemi Covid-19 dan aksi berlutut para pemain sebelum pertandingan. Namun, buat yang terakhir rasanya Brentford ingin ada perubahan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis di situs klub Championship, Minggu (14/2/2021), para pemain Brentford disebut telah sepakat untuk berhenti berlutut sebelum kickoff. Perubahan dimulai ketika mereka menghadapi Barnsley dalam lanjutan kompetisi EFL Championship akhir pekan ini.
“Kami yakin kami dapat menggunakan waktu dan energi kami untuk mempromosikan kesetaraan ras (kampanye anti-rasisme, red) dengan cara lain.” demikian kutipan pernyataan resmi tersebut.
CEO Brentford, Jon Varney, menegaskan bahwa keputusan tersebut sama sekali bukan bentuk perlawanan terhadap kampanye anti-rasisme yang mulai lazim dilakukan. Namun, ia yakin bahwa ada banyak cara lebih efektif yang bisa ditempuh atas semangat yang sama: kesetaraan ras.
“Ada diskusi rinci dan panjang soal topik ini, baik di grup pemain maupun pengurus klub. Berlutut hanya salah satu cara menunjukkan komitmen,” kata Jon Varney dikutip The Guardian.
Di kasta tertinggi Liga Inggris, Premier League , semangat untuk melawan aksi rasisme terus diperlihatkan. Selain dilakukan kolektif dengan cara berlutut sebelum pertandingan, para pemain secara personal -terutama yang jadi korban- menyuarakan perang terhadap rasisme di media sosial.
Trio Manchester United yakni Marcus Rashford, Anthony Martial dan Axel Tuanzebe, serta gelandang West Bromwich Albion, Romaine Sawyers, pernah jadi korban pelecehan rasisme di media sosial. Bek sayap Chelsea, Reece James, juga merasakan hal serupa.
Dua hal yang membuat wajah sepak bola berbeda sejak pertengahan tahun 2020 adalah ketidakhadiran penonton di stadion akibat pandemi Covid-19 dan aksi berlutut para pemain sebelum pertandingan. Namun, buat yang terakhir rasanya Brentford ingin ada perubahan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis di situs klub Championship, Minggu (14/2/2021), para pemain Brentford disebut telah sepakat untuk berhenti berlutut sebelum kickoff. Perubahan dimulai ketika mereka menghadapi Barnsley dalam lanjutan kompetisi EFL Championship akhir pekan ini.
“Kami yakin kami dapat menggunakan waktu dan energi kami untuk mempromosikan kesetaraan ras (kampanye anti-rasisme, red) dengan cara lain.” demikian kutipan pernyataan resmi tersebut.
CEO Brentford, Jon Varney, menegaskan bahwa keputusan tersebut sama sekali bukan bentuk perlawanan terhadap kampanye anti-rasisme yang mulai lazim dilakukan. Namun, ia yakin bahwa ada banyak cara lebih efektif yang bisa ditempuh atas semangat yang sama: kesetaraan ras.
“Ada diskusi rinci dan panjang soal topik ini, baik di grup pemain maupun pengurus klub. Berlutut hanya salah satu cara menunjukkan komitmen,” kata Jon Varney dikutip The Guardian.
Di kasta tertinggi Liga Inggris, Premier League , semangat untuk melawan aksi rasisme terus diperlihatkan. Selain dilakukan kolektif dengan cara berlutut sebelum pertandingan, para pemain secara personal -terutama yang jadi korban- menyuarakan perang terhadap rasisme di media sosial.
Trio Manchester United yakni Marcus Rashford, Anthony Martial dan Axel Tuanzebe, serta gelandang West Bromwich Albion, Romaine Sawyers, pernah jadi korban pelecehan rasisme di media sosial. Bek sayap Chelsea, Reece James, juga merasakan hal serupa.
(mirz)
tulis komentar anda