Hentikan Dominasi Si Nyonya Tua, Seri A Butuh Satrio Piningit
loading...
A
A
A
TURIN - Di luar pendukung Juventus , penggemar Seri A mungkin sudah lelah dengan dominasi kekuasaan La Vecchia Signora di kompetisi sepak bola tertinggi Italia itu. Bayangkan, sembilan musim berturut-turut, mereka menjadi juara dan hampir tak bisa disentuh para pesaingnya.
Banyak yang sudah lelah, jenuh, dan bosan dengan arogansi yang diperlihatkan Juve. Mereka menguasai Seri A tanpa harus menjadi sempurna. Mereka tidak harus menjadi tim dengan penguasaan bola terbanyak, tim terproduktif, atau memiliki rasio kebobolan paling sedikit. Juve tak harus melakukan itu semua untuk menjadi juara.
Situasi ini bisa jadi memunculkan harapan lahirnya Satrio Piningit yang kemungkinan menghentikan dominasi tim Kota Turin tersebut. Tim yang dilahirkan bisa membuat kompetisi Seri A lebih demokratis dari sisi gelar untuk menghilangkan “tirani” si Nyonya Tua.
Harapan itu ada di beberapa tim. Seperti Inter Milan. Seusai mengandaskan Atalanta 2-0 lewat gol Danilo D’Ambrosio (1) dan Ashley Young , Sabtu (1/8), I Nerazzurri mengunci posisi kedua klasemen akhir Seri A atau hanya berjarak satu poin dari sang juara Juve. Mengalami pasang surut di Seri A musim ini, racikan Antonio Conte perlahan menunjukkan progres signifikan. Musim ini Inter menang 24 kali, 10 imbang, dan hanya empat kali kalah. Jumlah kekalahan paling sedikit dibandingkan tim empat besar lainnya, Juve (tujuh kekalahan), Atalanta (enam kekalahan), dan SS Lazio (delapan kekalahan). (Baca: Jadi Runner Up Seri A, Inter Milan Kini Fokus ke Trofi Liga Europa)
Conte tinggal membuat Inter bisa menutup gap dengan Juve . Caranya, berjuang keras mendekatkan level dengan Juve yang begitu solid, baik di dalam maupun luar lapangan. “Juve merayakan scudetto kesembilan berturut-turut mereka jelas lebih kuat. Ketika mereka berusaha meningkatkan level, tim lain berusaha mengurangi kesenjangan. Juve memiliki infrastruktur terbaik di dalam maupun luar lapangan, meskipun kami semua berusaha meningkatkannya,” kata Conte dilansir football-italia.net.
Pelatih berusia 51 tahun itu melayangkan kekecewaannya terhadap petinggi klub yang dianggapnya kurang memperhatikan tim, seperti tidak melindungi para pemain dan staf ketika mendapatkan kritik serta tidak memberikan fasilitas memadai. Conte mengungkapkan telah memiliki visi dan mengetahui apa yang perlu dilakukan agar Inter berkembang hingga kembali merebut scudetto sejak 2009/10, tetapi semua itu tidak ada gunanya bila klub tidak memberikan dukungan maksimal. (Baca juga: Dunia Masih Belum Aman dari Ancaman Asteroid)
“Kami semua menerima sangat sedikit perlindungan dari klub. Kami harus tumbuh dan berkembang di semua bidang, termasuk di luar lapangan, dan klub besar harus lebih melindungi para pemainnya. Kami akan membahas semuanya pada akhir musim, saya harus bertemu Presiden Steven Zhang dan dia di China sekarang,” kata Conte.
Klub sekota Inter, AC Milan menunjukkan perubahan besar musim ini. Tidak terkalahkan dalam 12 pertandingan sejak Seri A sejak kembali bergulir awal Juni lalu, membuat I Rossoneri melesat ke peringkat keenam klasemen akhir (66 poin) sekaligus membawa mereka ke babak kualifikasi Liga Europa musim depan.
Milan menutup musim ini dengan kemenangan 3-0 atas Cagliari, Sabtu (1/8), berkat gol Zlatan Ibrahimovic (55), Samu Castillejo (57), dan bunuh diri Ragnar Klavan (10), Racikan Stefano Pioli terbukti membuat Milan begitu menakutkan dan berpotensi besar mengganggu Juve musim depan.
Pioli yang menandatangani kontrak baru hingga Juni 2022 itu, berharap tren bagus Milan berlanjut musim depan demi mengakhiri paceklik scudetto sejak 2010/11. “Saya yakin, bahwa saya akan menemukan suasana yang sama ketika musim baru dimulai. Kami adalah keluarga. Milan harus berjuang untuk posisi teratas, kami harus berkembang lebih jauh,” katanya. (Baca juga: Cukupi Gizi Anak dengan Prebiotik dan Probiotik)
Banyak yang sudah lelah, jenuh, dan bosan dengan arogansi yang diperlihatkan Juve. Mereka menguasai Seri A tanpa harus menjadi sempurna. Mereka tidak harus menjadi tim dengan penguasaan bola terbanyak, tim terproduktif, atau memiliki rasio kebobolan paling sedikit. Juve tak harus melakukan itu semua untuk menjadi juara.
Situasi ini bisa jadi memunculkan harapan lahirnya Satrio Piningit yang kemungkinan menghentikan dominasi tim Kota Turin tersebut. Tim yang dilahirkan bisa membuat kompetisi Seri A lebih demokratis dari sisi gelar untuk menghilangkan “tirani” si Nyonya Tua.
Harapan itu ada di beberapa tim. Seperti Inter Milan. Seusai mengandaskan Atalanta 2-0 lewat gol Danilo D’Ambrosio (1) dan Ashley Young , Sabtu (1/8), I Nerazzurri mengunci posisi kedua klasemen akhir Seri A atau hanya berjarak satu poin dari sang juara Juve. Mengalami pasang surut di Seri A musim ini, racikan Antonio Conte perlahan menunjukkan progres signifikan. Musim ini Inter menang 24 kali, 10 imbang, dan hanya empat kali kalah. Jumlah kekalahan paling sedikit dibandingkan tim empat besar lainnya, Juve (tujuh kekalahan), Atalanta (enam kekalahan), dan SS Lazio (delapan kekalahan). (Baca: Jadi Runner Up Seri A, Inter Milan Kini Fokus ke Trofi Liga Europa)
Conte tinggal membuat Inter bisa menutup gap dengan Juve . Caranya, berjuang keras mendekatkan level dengan Juve yang begitu solid, baik di dalam maupun luar lapangan. “Juve merayakan scudetto kesembilan berturut-turut mereka jelas lebih kuat. Ketika mereka berusaha meningkatkan level, tim lain berusaha mengurangi kesenjangan. Juve memiliki infrastruktur terbaik di dalam maupun luar lapangan, meskipun kami semua berusaha meningkatkannya,” kata Conte dilansir football-italia.net.
Pelatih berusia 51 tahun itu melayangkan kekecewaannya terhadap petinggi klub yang dianggapnya kurang memperhatikan tim, seperti tidak melindungi para pemain dan staf ketika mendapatkan kritik serta tidak memberikan fasilitas memadai. Conte mengungkapkan telah memiliki visi dan mengetahui apa yang perlu dilakukan agar Inter berkembang hingga kembali merebut scudetto sejak 2009/10, tetapi semua itu tidak ada gunanya bila klub tidak memberikan dukungan maksimal. (Baca juga: Dunia Masih Belum Aman dari Ancaman Asteroid)
“Kami semua menerima sangat sedikit perlindungan dari klub. Kami harus tumbuh dan berkembang di semua bidang, termasuk di luar lapangan, dan klub besar harus lebih melindungi para pemainnya. Kami akan membahas semuanya pada akhir musim, saya harus bertemu Presiden Steven Zhang dan dia di China sekarang,” kata Conte.
Klub sekota Inter, AC Milan menunjukkan perubahan besar musim ini. Tidak terkalahkan dalam 12 pertandingan sejak Seri A sejak kembali bergulir awal Juni lalu, membuat I Rossoneri melesat ke peringkat keenam klasemen akhir (66 poin) sekaligus membawa mereka ke babak kualifikasi Liga Europa musim depan.
Milan menutup musim ini dengan kemenangan 3-0 atas Cagliari, Sabtu (1/8), berkat gol Zlatan Ibrahimovic (55), Samu Castillejo (57), dan bunuh diri Ragnar Klavan (10), Racikan Stefano Pioli terbukti membuat Milan begitu menakutkan dan berpotensi besar mengganggu Juve musim depan.
Pioli yang menandatangani kontrak baru hingga Juni 2022 itu, berharap tren bagus Milan berlanjut musim depan demi mengakhiri paceklik scudetto sejak 2010/11. “Saya yakin, bahwa saya akan menemukan suasana yang sama ketika musim baru dimulai. Kami adalah keluarga. Milan harus berjuang untuk posisi teratas, kami harus berkembang lebih jauh,” katanya. (Baca juga: Cukupi Gizi Anak dengan Prebiotik dan Probiotik)