Di Formula 1, Mika Hakkinen bagai Dian yang Tak Kunjung Padam

Kamis, 20 Desember 2018 - 09:21 WIB
Di Formula 1, Mika Hakkinen bagai Dian yang Tak Kunjung Padam
Di Formula 1, Mika Hakkinen bagai Dian yang Tak Kunjung Padam
A A A
MIKA Hakkinen adalah sosok legendaris pembalap Formula 1 yang kerap dipandang remeh. Determinasinya pada dunia balap masih terus terasa meski telah pensiun.

Kiprahnya di dunia balap seperti dian yang tak pernah padam. Saat pertama kali berhasil menjadi juara dunia Formula 1 pada 1998, Mika Hakkinen langsung tahu apa artinya kerja keras.

Baru sehari dia merasakan manisnya jadi orang paling kencang di Formula 1, Mika Hakkinen justru langsung berpindah-pindah satu negara ke negara lainnya dalam waktu satu bulan.

Kehadirannya di negara-negara tersebut jadi tugas suci karena banyaknya perusahaan yang mendukung Mika Hakkinen balapan di Formula 1.

Tanpa dukungan mereka, mobil balap Mika Hakkinen yang dibuat oleh McLaren-Mercedes tidak akan sedigdaya waktu itu.

“Satu bulan berpindah-pindah tempat. Saya kira waktu itu sudah akan selesai. Nyatanya begitu balik lagi, saya sudah langsung melakukan persiapan untuk balapan musim selanjutnya,” ujar pria yang punya nama lengkap Mika Pauli Hakkinen itu.

Kerja tanpa henti ini justru masih terus berlanjut hingga kini. Di usia yang mencapai 50 tahun, Mika Hakkinen masih terus berpindah-pindah negara.

Pekerjaannya sebagai brand ambassador Mercedes-Benz, McLaren, perusahaan minuman Johnnie Walker, dan HIntsa Perfomance membuatnya benarbenar sibuk.

Di saat pembalap seangkatannya pensiun dan lebih menikmati dunia, pria kelahiran 28 September 1968 ini masih sering berada di balik kemudi mobil berkecepatan tinggi.

Saat dia bertugas untuk Johnnie Walker, Mika tidak sekadar jadi brand ambassador pajangan. Dia diwajibkan mengendarai sebuah mobil Caparo T1 yang bentuknya mirip-mirip dengan mobil Formula1.

Bedanya mobil ini menyediakan kursi tandem yang akan digunakan oleh penumpang lain selain Mika Hakkinen. Di lain tempat, Mika Hakkinen juga mencoba mobil-mobil buatan terbaru McLaren P1.

Termasuk mobil hybrid super McLaren P1 yang dia tawarkan kepada mantan pembalap Formula 1, Nico Rosberg. Aktivitas inilah yang membuat otot-otot badan Mika Hakkinen masih peka dengan kecepatan dan gaya gravitasi.

Tidak heran jika banyak orang yang berharap Mika Hakkinen berani mencoba kembali ke Formula1 melawan anak-anak muda yang saat ini begitu digdaya, seperti Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, dan Max Verstappen.

“Saya hanya kembali untuk mempermalukan seseorang,” katanya tertawa kepada situs Motor.com. Adapun yang dia tidak punya saat ini adalah waktu.

Menurutnya, Formula1 adalah olahraga sangat serius yang akan menyita waktu. Jika memutuskan terjun ke Formula1, seluruh waktunya akan habis bukan hanya untuk mengendarai mobil, tapi juga mengembangkannya.

Hal inilah yang membuat Mika Hakkinen berbeda dengan pembalap Formula1 yang ada saat ini. Pria yang lahir di Vantaa, Finlandia itu tidak sekadar mengemudikan mobil balap Formula1. Dia juga bukan pembalap yang hanya mengandalkan kemampuan balap untuk menjadi juara.

Mika Hakkinen adalah pembalap yang mampu mengembangkan mobil dengan cara-cara yang tidak terduga. Ambil contoh penggunaan gas tangan yang fenomenal pada musim 1999. Teknologi itu ditemukan ketika dia merasa kurang kencang setiap kali keluar dari tikungan.

Dia merasa respons kaki dalam menekan pedal gas kurang cepat. Setelahnya dia langsung meminta mekanik McLaren-Mercedes, Paddy Lowe, untuk mencoba membuat tuas gas di tangan. Jadi, mobil McLaren-Mercedes yang digunakan oleh Mika Hakkinen memiliki dua pedal gas, di kaki dan di tangan.

“Yang saya suka dari Paddy Lowe adalah dia orang yang sangat terbuka. Dia menyukai tantangan dan inovasi. Dia selalu menerima masukan apa saja dari saya alih-alih menolaknya karena dia lebih tahu,” ujarnya.

Bukan itu saja inovasi yang ditemukan oleh Mika Hakkinen dan Paddy Lowe. Mereka berdua juga menciptakan rem yang dipasang di palang kemudi mobil Formula1. Sistem ini tidak meniadakan pedal rem, namun membagi tugas pengereman mobil.

“Pada saat yang bersamaan, kedua kaki menginjak pedal gas dan pedal rem. Sementara tangan masih memberikan bantuan pengereman. Bayangkan gas masih tetap berada di putaran tertinggi dan pengereman bekerja maksimal,” kenang Mika Hakkinen.

Sayangnya sistem rem di palang kemudi ini ternyata terbukti ilegal. Visi Mika Hakkinen dianggap merugikan tim-tim lain yang tidak menggunakan cara yang sama. Alhasil, Formula1 melarang Mika Hakkinen menggunakan sistem yang dia temukan bersama Paddy Lowe itu.

Kelebihan lain Mika Hakkinen adalah persisten bersama McLaren. Perlu diingat, Mika Hakkinen datang ke McLaren saat tim tersebut diperkuat oleh sosok pembalap yang begitu fenomenal, Ayrton Senna.

Waktu itu Mika Hakkinen dikontrak karena pembalap kedua McLaren saat itu, Michael Andretti, tidak kunjung menunjukkan performa positif. Uniknya meski tergolong jauh lebih muda, penampilan pertama Mika Hakkinen saat kualifikasi di Portugal mampu mengalahkan Ayrton Senna.

Namun, Mika Hakkinen tidak pernah merasa dirinya mampu mengalahkan pembalap Brasil itu. “Ayrton Senna adalah sosok yang begitu inspiratif. Dia terlalu jauh untuk saya kejar waktu itu,” ujarnya merendah.

Perjuangan Mika Hakkinen di McLaren juga tidak selalu manis. Dia mengalami banyak masa-masa pahit seperti saat McLaren masih menggunakan mesin Peugeot. Dia selalu tidak pernah terlihat complain kepada tim atas performa buruk mobil yang dia kendarai.

Begitu juga ketika dia berada di atas saat McLaren bekerja sama dengan Mercedes-Benz. Dua kali dia berhasil menjadi juara dunia Formula 1 berkat kolaborasi McLaren dan Mercedes-Benz. Namun, dia tetap tampil seperti dirinya sendiri, tidak pernah banyak bicara. Let his action do the talking.

Kini, pada pengujung tahun 2018, tepat dua dekade Mika Hakkinen merayakan gelar pertama juara dunia Formula 1. Berkat dedikasi itu, Mika Hakkinen diberikan penghargaan Gregor Grant Award dari Autosport Magazine.

Dia dianggap masih memiliki kontribusi yang besar ke dunia For mula1 dengan berbagai aktivitas yang kerap dia jalani. Dia seperti dian atau pelita yang memang tak pernah padam buat Formula 1.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2375 seconds (0.1#10.140)