Tak Sekedar Juara, Pogacar Ukir Sejarah di Tour de France 2020

Selasa, 22 September 2020 - 14:35 WIB
loading...
Tak Sekedar Juara, Pogacar Ukir Sejarah di Tour de France 2020
Pencapaian Tadej Pogacar pada ajang Tour de France 2020 mencatatkan sejumlah rekor. Foto/Reuters
A A A
PARIS - Pencapaian Tadej Pogacar pada ajang Tour de France 2020 tidak hanya sekadar gelar juara. Lebih dari itu, pembalap UAE Team Emirates mencetak sejarah dengan merebut tiga jersey sekaligus dan membuatnya menjadi yang pertama kali sejak terakhir terjadi pada 1969.

Pogacar awalnya tidak diunggulkan menjadi pemenang di tour kali ini. Dia datang sebagai 'pembantu' rider andalan UAE Team Emirates Fabian Aru. Namun, pesepeda yang baru berulang tahun ke 22 kemarin itu, justru tampil mengesankan sejak memasuki rute pegunungan. Rencana tim pun berubah dan berusaha terus mendukung sepanjang balapan. (Baca: Inilah Nasib Orang yang Bakhil)

Hasilnya, Pogacar berhasil mengamankan jersey kuning sebagai juara umum (General Classification), mengunci jersey putih sebagai pembalap muda terbaik (Young Rider Classification), dan merebut jersey polkadot sebagai juara tanjakan (Mountain Classification).

Pencapaian Pogacar ini menjadi yang pertama kali pesepeda menyabet tiga jersey sekaligus sejak terakhir kali dicatatkan Eddy Merckx 51 tahun lalu. Selama 21 etape yang berlangsung, Pogacar mengumpulkan catatan waktu 87 jam 20 menit 05 detik.

Tak Sekedar Juara, Pogacar Ukir Sejarah di Tour de France 2020


Tidak hanya itu, Pogacar juga menjadi pembalap sepeda asal Slovenia pertama yang menjuarai Tour de France. Sejarah juga mencatat jika rider kelahiran 21 September 1998 itu sebagai pembalap sepeda termuda yang menjuarai ajang bergengsi itu sejak Henri Cornet (19 tahun) melakukannya pada 1904.

Bahkan, dia juga menjadi pesepeda kedua setelah Laurent Fignon (1983) yang mampu menjadi juara pada kesempatan pertama turun di Tour de France.

“Rasanya sangat luar biasa bisa berdiri di sini, di Paris, di puncak podium. Ini merupakan tiga pekan yang luar biasa. Perjalanan yang luar biasa,” kata Pogacar dilansir cyclingnews.

Penampilan Pogacar memang luar biasa. Pada klasemen pembalap, dia hanya unggul 59 detik dari rekan senegarnaya yang memperkuat Team Jumbo-Visma, Primoz Roglic. Kesuksesan kedua pembalap Slovenia mengakhiri peringkat satu dan kedua juga menjadi yang pertama kalinya dua pembalap dari satu negara finis di posisi tersebut pada Tour de France setelah dua pembalap Inggris Raya Bradley Wiggins dan Chris Froome pada 2012. (Baca juga: Penting Buat Orangtua, Kenali Gejala Kanker Pada Anak)

Padahal, Slovenia adalah negara yang minim sejarah dunia balapan sepeda. Sejak merdeka setelah pecahnya Yugoslavia pada 1991, tidak banyak pembalap sepedanya bisa meraih kesuksesan di panggung internasional. Bahkan bisa dihitung dengan jari pesepeda yang bisa sukses, termasuk Andrej Hauptman yang menjadi orang Slovenia pertama meraih medali di Kejuaraan Dunia pada 2001, dan Jani Brajkovi? memenangkan Critérium du Dauphiné.

Slovenia ternyata juga memiliki banyak aib memalukan di balapan sepedan internasional. Brajkovi? dan Tadej Valjavec pernah menjalani larangan doping, sementara Borut Boži? dan Kristjian Koren terlibat dalam penyelidikan doping darah Aderlass.

Sementara itu, pesepeda dari tim Deceuninck–Quick-Step, Sam Bennett juga mengukir sejarah sebagai pembalap Republik Irlandia pertama yang menguasai jersey hijau sebagai juara sprinter terbaik (Classification Point) sejak Sean Kelly melakukan hal serupa pada 1989. Dia berhasil mengumpulkan 380 poin atau unggul 96 dari Peter Sagan (Tim Bora-Hansgrohe) yang gagal memenangi kaus itu untuk kedelapan kalinya.

Bahkan, Bennett menjadi yang tercepat pada etape ke-21 berjarak 122 kilometer dari Mantes la Jolie menuju Paris Champ-Elysees itu. Dia menyelesaikan balapan dengan catatan waktu 2 jam 53 menit 32 detik. Bahkan. Pesepeda berusia 29 tahun ini menjadi orang pertama sejak Mark Cavendish yang meraih green jersey di Champs Elysées pada 2011. (Lihat videonya: Banjir Bandang Terjang Desa Cicurug, Sukabumi)

“Saya tidak bisa mengatakan betapa bahagianya saya. Memenangkan Kejuaraan Dunia untuk sprinter di Champs Elysées ini adalah hal yang istimewa. Akan tetapi, melakukannya dengan jersey hijau membuatnya ekstra spesial,” ungkapnya. (Raikhul Amar)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2633 seconds (0.1#10.140)