Iga Swiatek Pilih Jadi Ilmuwan Jika Gagal Tembus 5 Besar Dunia
loading...
A
A
A
WARSAWA - Kehidupan Iga Swiatek bisa saja berubah setelah Turnamen Prancis Terbuka 2020. Seandainya tidak memenangkan ajang Grand Slam tersebut, petenis asal Polandia itu akan memutuskan melanjutkan pendidikannya di universitas.
Swiatek sekarang benar-benar menjadi petenis fenomenal pada tahun ini. Dia datang ke Roland Garros tanpa diunggulkan. Namun, petenis berusia 19 tahun ini berhasil keluar sebagai juara di Grand Slam tersebut. Bahkan, perjalanannya juga sangat mengesankan dengan tidak kehilangan satu set pun di setiap pertandingannya. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Namun, Swiatek menyadari tekanan sebagai petenis akan semakin besar ke depannya. Tentu, dia tak ingin kondisi tersebut memengaruhinya untuk meraih prestasi terbaik. Jelas, dia berjanji akan berusaha mencoba menjaga konsistensi permainannya di setiap turnamen yang diikutinya nanti.
Meski begitu, Swiatek berjanji jika tidak lagi bisa meraih gelar Grand Slam, dia bakal mengalihkan kariernya untuk melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas di Polandia atau Amerika Serikat. Apalagi, dia memiliki nilai yang cukup bagus saat lolos dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Saya lulus dengan nilai yang sangat bagus dan cukup untuk mendaftar di Universitas Polandia atau mungkin bisa mendapatkan beasiswa di AS. Saat ini saya ingin fokus pada tenis dan tidak mudah untuk menggabungkan olahraga profesional dengan studi. Namun, jika saya tidak memenangkan Grand Slam lagi dan menjadi salah satu dari lima petenis terbaik di dunia, saya akan segera mendaftar di universitas,” kata Swiatek, dilansir tennisworld. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
Petenis kelahiran Warsawa, 31 Mei 2001, ini menjadi petenis Polandia pertama yang memenangkan gelar Grand Slam nomor tunggal. Berkat pencapaian tersebut, dia menembus peringkat 20 besar untuk pertama kali dengan menghuni peringkat 17 dunia dan saat ini menjadi petenis belia dengan peringkat tertinggi.
Seusai mengantongi gelar di Roland Garros, petenis berkebangsaan Polandia itu menjadi juara termuda di Prancis Terbuka nomor tunggal putri sejak Monica Seles pada musim 1992. Ketika masih berkiprah di dunia tenis junior, dia memenangkan gelar Prancis Terbuka nomor ganda bersama Caty McNally dan menjadi juara Wimbledon nomor tunggal kategori junior pada musim 2018.
Swiatek berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang olahraga. Ayahnya, Tomasz, merupakan atlet dayung yang turun di Olimpiade Seoul tahun 1988. Kakak perempuannya, Agatha, sempat berkiprah di ajang ITF pada usia 15 tahun sebelum menggantungkan raket karena mengalami sejumlah cedera.
“Saat usia 15 tahun, saya mulai melakoni Grand Slam kategori junior di Prancis Terbuka. Saat itu untuk pertama kali saya ingin menjadi petenis profesional, karena tahu saya memiliki potensi. Saya petenis dengan peringkat cukup tinggi di Polandia, tapi tidak tahu apakah siap untuk bermain secara profesional, baik secara mental maupun fisik,” ujar Swiatek. (Lihat videonya: Tolak Omnibus Law, Ribuan Buruh Kembali Turun ke Jalan)
Tapi, Swiatek tak ingin mengikuti jejak dari petenis Latvia Jelena Ostapenko. Ketika itu, dia membuat kejutan dengan berhasil menjadi juara Prancis Terbuka 2017. Setelah itu, prestasinya merosot tajam dan tidak pernah lagi bisa bersaing di ajang Grand Slam. Bahkan, dia sekarang berada di posisi 43 dunia. (Raikhul Amar)
Swiatek sekarang benar-benar menjadi petenis fenomenal pada tahun ini. Dia datang ke Roland Garros tanpa diunggulkan. Namun, petenis berusia 19 tahun ini berhasil keluar sebagai juara di Grand Slam tersebut. Bahkan, perjalanannya juga sangat mengesankan dengan tidak kehilangan satu set pun di setiap pertandingannya. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Namun, Swiatek menyadari tekanan sebagai petenis akan semakin besar ke depannya. Tentu, dia tak ingin kondisi tersebut memengaruhinya untuk meraih prestasi terbaik. Jelas, dia berjanji akan berusaha mencoba menjaga konsistensi permainannya di setiap turnamen yang diikutinya nanti.
Meski begitu, Swiatek berjanji jika tidak lagi bisa meraih gelar Grand Slam, dia bakal mengalihkan kariernya untuk melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas di Polandia atau Amerika Serikat. Apalagi, dia memiliki nilai yang cukup bagus saat lolos dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Saya lulus dengan nilai yang sangat bagus dan cukup untuk mendaftar di Universitas Polandia atau mungkin bisa mendapatkan beasiswa di AS. Saat ini saya ingin fokus pada tenis dan tidak mudah untuk menggabungkan olahraga profesional dengan studi. Namun, jika saya tidak memenangkan Grand Slam lagi dan menjadi salah satu dari lima petenis terbaik di dunia, saya akan segera mendaftar di universitas,” kata Swiatek, dilansir tennisworld. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
Petenis kelahiran Warsawa, 31 Mei 2001, ini menjadi petenis Polandia pertama yang memenangkan gelar Grand Slam nomor tunggal. Berkat pencapaian tersebut, dia menembus peringkat 20 besar untuk pertama kali dengan menghuni peringkat 17 dunia dan saat ini menjadi petenis belia dengan peringkat tertinggi.
Seusai mengantongi gelar di Roland Garros, petenis berkebangsaan Polandia itu menjadi juara termuda di Prancis Terbuka nomor tunggal putri sejak Monica Seles pada musim 1992. Ketika masih berkiprah di dunia tenis junior, dia memenangkan gelar Prancis Terbuka nomor ganda bersama Caty McNally dan menjadi juara Wimbledon nomor tunggal kategori junior pada musim 2018.
Swiatek berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang olahraga. Ayahnya, Tomasz, merupakan atlet dayung yang turun di Olimpiade Seoul tahun 1988. Kakak perempuannya, Agatha, sempat berkiprah di ajang ITF pada usia 15 tahun sebelum menggantungkan raket karena mengalami sejumlah cedera.
“Saat usia 15 tahun, saya mulai melakoni Grand Slam kategori junior di Prancis Terbuka. Saat itu untuk pertama kali saya ingin menjadi petenis profesional, karena tahu saya memiliki potensi. Saya petenis dengan peringkat cukup tinggi di Polandia, tapi tidak tahu apakah siap untuk bermain secara profesional, baik secara mental maupun fisik,” ujar Swiatek. (Lihat videonya: Tolak Omnibus Law, Ribuan Buruh Kembali Turun ke Jalan)
Tapi, Swiatek tak ingin mengikuti jejak dari petenis Latvia Jelena Ostapenko. Ketika itu, dia membuat kejutan dengan berhasil menjadi juara Prancis Terbuka 2017. Setelah itu, prestasinya merosot tajam dan tidak pernah lagi bisa bersaing di ajang Grand Slam. Bahkan, dia sekarang berada di posisi 43 dunia. (Raikhul Amar)
(ysw)