Keseimbangan Tim Mourinho Mulai Terlihat

Senin, 23 November 2020 - 11:35 WIB
loading...
Keseimbangan Tim Mourinho Mulai Terlihat
Pemain Tottenham Hotspur Giovani Lo Celso merayakan golnya ke gawang Manchester City bersama rekan satu timnya Son Heung-min, Harry Kane di Tottenham Hotspur Stadium, London, (22/11). Tottenham menang 2-0 dan berhak naik ke puncak klasemen. Foto/Reuters
A A A
LONDON - Tottenham Hotspur menyongsong era penuh harapan bersama Jose Mourinho . Bukan sekadar bersaing dalam perburuan gelar musim ini, The Special One pun mulai menunjukkan kepiawaiannya mengelola The Lilywhites dan berhasil mengungguli pendahulunya, Mauricio Pochettino.

Mou yang sebelumnya dikenal sebagai pelatih berkarakter bertahan rupanya bisa berbuat sebaliknya dan itu dilakukannya di Tottenham. Berdasarkan data statistik di transfermarkt, rata-rata gol Mou di Tottenham adalah 2,02 gol per laga, 1,84 poin per laga dari 51 pertandingan. (Baca: Ini Perbedaan Muslim dan Mukmin, Kamu Pilih Mana?)

Bos asal Portugal itu lebih unggul dari Pochettino (1,91 gol, 1,84 poin dari 293 pertandingan). Statistik tersebut dilengkapi Mou setelah mengantarkan Tottenham menang 2-0 atas Manchester City (Man City) pada lanjutan Liga Primer di Tottenham Hotspur Stadium, Minggu (22/11).

Gol-gol dari Son Heung-min (5) dan Giovanni lo Celso (65) mengantarkan The Lilywhites ke puncak klasemen sementara Liga Primer dengan 20 poin. Ini adalah pertama kalinya sejak Agustus 2014 Tottenham memuncaki Liga Primer dan pertama kalinya mereka melakukannya setelah melakoni 9 pertandingan sejak Januari 1985.

Kemajuan signifikan produktivitas Tottenham bersama Mou semakin terlihat. Mereka telah mencetak lebih banyak gol di babak pertama pertandingan Liga Primer daripada tim lain mana pun musim ini dengan 11 gol.

Total dari 9 pertandingan Liga Primer, The Lilywhites telah mencetak 21 gol, tertinggi kedua setelah Chelsea (22 gol). Di sektor pertahanan, Tottenham juga solid lantaran baru kebobolan 9 gol atau yang paling sedikit bersama Leicester City.

Performa impresif Tottenham jelas membangkitkan asa bagi fans untuk melihat tim kesayangannya menjuarai Liga Primer pertama kalinya atau yang ketiga setelah era divisi utama (1950–1951, 1960–1961). Terakhir kali Tottenham mencicipi gelar juara adalah ketika meraih Piala Liga (2007–2008) di era kepelatihan Juande Ramos. (Baca juga: Akibat Pandemi Covid-19, Darurat Pendidikan Makin Parah)

Tottenham diyakini telah berada di tangan yang tepat. Mou adalah sosok berpengalaman menaklukkan Liga Primer berbekal 3 gelar yang diraihnya bersama Chelsea (2004–2005, 2005–2006, 2014–2015). Bersama Mou, Harry Kane dkk terlihat begitu konsisten. Dalam 15 pertandingan terakhir semua kompetisi, Tottenham hanya mengalami 1 kekalahan.

Kemenangan atas Man City yang notabene salah satu tim terkuat di Liga Primer saat ini dan berstatus sebagai runner-up musim lalu jelas membuktikan bahwa racikan Mou di Tottenham layak diperhitungkan. Kendati demikian Mou tetap membumi.

Dia mengatakan bahwa Tottenham tidak berada dalam posisi bersaing dalam perebutan Liga Primer dan menganggap persaingan antartim sangat ketat. Pelatih berusia 52 tahun tersebut fokus membawa timnya meraih hasil terbaik di setiap pertandingan dan membiarkan semua mengalir hingga akhir musim.

Target The Special One selanjutnya adalah mendapatkan poin maksimal saat menghadapi wakil Bulgaria, Ludogorets Razgrad, pada pertandingan Grup J, Liga Europa, Jumat (27/11), sebelum bertandang ke Stamford Bridge, markas Chelsea, di Liga Primer, Minggu (29/11). (Baca juga: Minat Wisata Petualangan dan Alam Terbuka Meningkat)

“Rasanya menyenangkan (memimpin klasemen sementara), tapi mungkin beberapa hari ke depan kami berada di urutan kedua lagi dan sejujurnya itu tidak akan menjadi masalah bagi saya. Saya hanya senang dengan evolusi,” ungkap Mou seperti dilansir bbc.

Keputusan Mou tidak larut dalam euforia atas keberhasilan timnya menguasai klasemen sementara bukan tanpa sebab. Tottenham sewaktu-waktu bisa tergeser dari takhta karena mendapatkan perlawanan sengit dari para rivalnya, yaitu Chelsea dan Leicester City (18 poin) serta juara bertahan Liverpool (17 poin).

The Reds berpeluang menyamai poin Tottenham jika mampu menumbangkan Leicester dini hari tadi. “Orang-orang tidak bisa mengharapkan kami datang ke sini dan setelah satu musim kami berjuang untuk gelar. Kami tidak berjuang untuk gelar, kami hanya berjuang untuk memenangi setiap pertandingan,” tandas Mou. (Baca juga: Ini Deretan Kasus Siber Menonjol yang Diungkap Bareskrim Polri)

Chelsea misalnya. Mereka bahkan sempat memuncaki klasemen sementara Liga Primer sebelum digeser Tottenham. Geliat kebangkitan terus ditunjukkan The Blues seusai menang 2-0 atas Newcastle United, Sabtu (21/11). Dua gol kemenangan Chelsea di St James Park didapat melalui gol bunuh diri Federico Fernandez (10) dan Tammy Abraham (65).

Itu memperpanjang catatan positif Cesar Azpilicueta dkk yang tidak terkalahkan dalam 9 pertandingan terakhir di semua kompetisi. Chelsea juga sukses menorehkan clean sheet keenamnya dalam 7 pertandingan terakhir semua kompetisi.

Moncernya permainan Chelsea membuat pelatih Frank Lampard senang. Namun dia meminta pasukannya untuk tetap rendah hati. Lampard menjadikan hasil positif kontra Newcastle sebagai modal penting memasuki periode sibuk di akhir November hingga awal Desember. (Lihat videonya: Ratusan Pengunjuk Rasa Bakar Gedung Kongres Guatemala)

Berturut-turut Chelsea akan menghadapi Stade Rennais di fase Grup E Liga Champions, Rabu (25/11), Tottenham di Liga Primer, Minggu (29/11), dan Sevilla di fase Grup E Liga Champions, Kamis (3/12).

“Newcastle adalah lawan sulit dan ini adalah kemenangan penting. Kami bahkan bisa mencetak lebih banyak gol. Tapi kami harus memikirkan pertandingan-pertandingan berikutnya yang berpotensi menguras tenaga dan pikiran,” tandasnya. (Alimansyah)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1143 seconds (0.1#10.140)