Amel dan Anabel, Atlet Biliar Kakak Beradik: Menjaga Prestasi di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Mereka menceritakan betapa besar andil orang tua khususnya almarhum ayah mereka, Johan Suhartono atas perjalanan prestasi mereka di cabang biliar ini.
Amel diperkenalkan pada biliar oleh almarhum ayahnya ketika ia masih berusia 9 tahun atau saat kelas 3 SD. Anabel dilatih biliar saat kelas 2 SD. Ayah mereka memiliki usaha rumah biliar sehingga memudahkan mereka mengenal dan menekuni permainan ini.
Amel tentu saja lebih dahulu berkiprah dan terjun di berbagai kejuaraan. Sang adik Anabel mengaku semakin tertarik kepada biliar ketika melihat sang kakak mulai sering menjadi juara dan menerima hadiah.
Amel mengatakan sosok almarhum ayahnya sebagai orang yang sangat gigih membimbing mereka untuk menjadi pebiliar berprestasi. Sebelum meninggal pada 2017, ayah mereka berpesan, “Ayah gak bisa ninggalin harta tapi ayah bisa ninggalin ilmu billiar ini buat masa depan kamu.” Demikian Amel meniru ucapan sang ayah.
Dari sang ayah juga mereka menjadi percaya biliar dapat menjadi jalan mengejar prestasi dan kebanggaan juga jalan menuju masa depan. Ayah mereka bukan sekedar memberi petuah tetapi terjun melatih dan mendampingi kemanapun mereka mengikuti lomba.
Salah satu perjalanan paling diingat dan mengesankan, ketika Amel mengikuti Kajuaraan Nasional di Jakarta pada 2015. Berangkat dari Surabaya dengan kereta api kelas ekonomi, tidur di stasiun dan emperan stadion Gelora Bung Karno di Senayan. Tetapi berkat suport total dari orang tua Amel berhasil menjadi juara.
“Di situ saya berangkat dengan mama dan ayah. Biaya full sendiri. Alhamdulillah dapat penginapan dan transportasi buat hotel ke tempat pertandingan. Kita berangkat dari rumah naik kereta ekonomi sampai Jakarta kita sampai jam 2 subuh. Di situ kita nunggu jam 5 harus tidur di stasiun Pasar Senen dan karena kita taunya check in hotel jam 12 kita menunggu di stadion Gelora Bung Karno tiduran di emperan lalu jam 11 berangkat menuju hotel. Di situ alhamdulillah mendapatkan 2 medali emas dan dapat peraih medali emas terbanyak nomer tiga.”
Anabel mengatakan almarhum ayah mereka juga selalu berpesan agar mereka pantang menyerah. Salah satu pesan yang selalu diingat Anabel, sang ayah mengayakan kalau tertinggal skor, tidak boleh langsung menyerah karena itu belum kalah.
“Waktu kejurnas pertama di Cikarang dengan ketinggalan skor 6 0 , lawan dapat nilai 6 dan sedangkan mencari 7 kemenangan dan saya balik dengan skor 7 6 di 8 besar, dan mendapatkan perak di Kejurnas 2017. “ Anabel mengenang petuah sang ayah yang selalu menjadi pegangan.
Perjalanan masih panjang. Perjuangan belum tuntas. Peluang luas membentang. Mereka tidak pernah ragu melangkah. Hal itu karena peran ibu mereka Mona Johan yang kini meneruskan tugas sang ayah mendampingi kedua atlet muda kakak beradik ini.
Amel diperkenalkan pada biliar oleh almarhum ayahnya ketika ia masih berusia 9 tahun atau saat kelas 3 SD. Anabel dilatih biliar saat kelas 2 SD. Ayah mereka memiliki usaha rumah biliar sehingga memudahkan mereka mengenal dan menekuni permainan ini.
Amel tentu saja lebih dahulu berkiprah dan terjun di berbagai kejuaraan. Sang adik Anabel mengaku semakin tertarik kepada biliar ketika melihat sang kakak mulai sering menjadi juara dan menerima hadiah.
Amel mengatakan sosok almarhum ayahnya sebagai orang yang sangat gigih membimbing mereka untuk menjadi pebiliar berprestasi. Sebelum meninggal pada 2017, ayah mereka berpesan, “Ayah gak bisa ninggalin harta tapi ayah bisa ninggalin ilmu billiar ini buat masa depan kamu.” Demikian Amel meniru ucapan sang ayah.
Dari sang ayah juga mereka menjadi percaya biliar dapat menjadi jalan mengejar prestasi dan kebanggaan juga jalan menuju masa depan. Ayah mereka bukan sekedar memberi petuah tetapi terjun melatih dan mendampingi kemanapun mereka mengikuti lomba.
Salah satu perjalanan paling diingat dan mengesankan, ketika Amel mengikuti Kajuaraan Nasional di Jakarta pada 2015. Berangkat dari Surabaya dengan kereta api kelas ekonomi, tidur di stasiun dan emperan stadion Gelora Bung Karno di Senayan. Tetapi berkat suport total dari orang tua Amel berhasil menjadi juara.
“Di situ saya berangkat dengan mama dan ayah. Biaya full sendiri. Alhamdulillah dapat penginapan dan transportasi buat hotel ke tempat pertandingan. Kita berangkat dari rumah naik kereta ekonomi sampai Jakarta kita sampai jam 2 subuh. Di situ kita nunggu jam 5 harus tidur di stasiun Pasar Senen dan karena kita taunya check in hotel jam 12 kita menunggu di stadion Gelora Bung Karno tiduran di emperan lalu jam 11 berangkat menuju hotel. Di situ alhamdulillah mendapatkan 2 medali emas dan dapat peraih medali emas terbanyak nomer tiga.”
Anabel mengatakan almarhum ayah mereka juga selalu berpesan agar mereka pantang menyerah. Salah satu pesan yang selalu diingat Anabel, sang ayah mengayakan kalau tertinggal skor, tidak boleh langsung menyerah karena itu belum kalah.
“Waktu kejurnas pertama di Cikarang dengan ketinggalan skor 6 0 , lawan dapat nilai 6 dan sedangkan mencari 7 kemenangan dan saya balik dengan skor 7 6 di 8 besar, dan mendapatkan perak di Kejurnas 2017. “ Anabel mengenang petuah sang ayah yang selalu menjadi pegangan.
Perjalanan masih panjang. Perjuangan belum tuntas. Peluang luas membentang. Mereka tidak pernah ragu melangkah. Hal itu karena peran ibu mereka Mona Johan yang kini meneruskan tugas sang ayah mendampingi kedua atlet muda kakak beradik ini.