Oleksandr Usyk si Miskin Menjelma Jadi Juara Kelas Berat Miliuner
loading...
A
A
A
Oleksandr Usyk si miskin menjelma menjadi juara dunia kelas berat miliuner setelah mengalahkan juara bertahan Anthony Joshua dengan kemenangan angka mutlak. Sebelum menjadi petinju juara dunia kelas berat, Usyk bertarung menaklukkan kerasnya kehidupan dengan menjajal berbagai macam pekerjaan.
Siapa Oleksandr Usyk? Perjalanan hidup Usyk dimulai saat dia lahir di wilayah Krimea Ukraina di kota Simferopol pada tahun 1987. Dengan latar belakang keluarga miskin, Usyk berpikir olahraga menjadi satu-satunya harapan untuk mengubah nasibnya. ''Sebagai seorang anak, saya melakukan beberapa gulat, pertarungan tangan kosong, karate Tapi tanpa fanatisme," ungkap Usyk mengenang masa lalunya.
''Kami akan melakukan push-up, jongkok, terkadang mempelajari beberapa teknik sederhana."
Namun, tampaknya kehidupan dalam sepak bola lebih mungkin merupakan jalan keluar dari kemiskinan di Simferopol. Hingga usia 15 tahun, Usyk berada di akademi klub Liga Premier Ukraina SC Tavriya Simferopol.
Tetapi biaya bermain sepak bola terlalu mahal untuk orang tuanya, dan dia mengambil sepasang sarung tinju pertamanya pada tahun 2002. ''(Saya) bermain untuk Tavria dari Simferopol, dan saya melakukannya dengan cukup baik. Saya tidak pernah menjadi penghangat bangku cadangan, saya selalu menjadi starter,''kata Usyk.
"Sepak bola menuntut biaya yang sangat serius. Dan dua atau tiga ratus hryvnia adalah jumlah yang cukup besar bagi orang tua saya. Tinju lebih sederhana, lebih ramah. Pelatih memberi saya sarung tangannya, istrinya menjahitnya menjadi bentuk yang tepat.
Satu-satunya hal yang menghabiskan uang ibuku adalah tiket perjalanan,''paparnya.
Perjalanan Oleksandr Usyk menjadi juara dunia Kelas Penjelajah
Usyk juga pernah menjadi penjual buah dan buruh tani demi mempertahankan hidupnya. Ya, dia juga pernah menjadi penggembala ternak di sebuah peternakan dan menjual aprikot dan es krim sebelum menjadi petinju. Semua itu dilakukannya untuk membantu mereka tetap bertahan hdiup.
Hidupnya mulai berubah ketika pada tahun 2006, Usyk menunjukkan bakat tinjunya dengan mencapai semifinal Kejuaraan Eropa. Dua tahun kemudian, dia menang di Strandja Cup di Bulgaria, sebuah event yang menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk bersaing di Olimpiade.
Siapa Oleksandr Usyk? Perjalanan hidup Usyk dimulai saat dia lahir di wilayah Krimea Ukraina di kota Simferopol pada tahun 1987. Dengan latar belakang keluarga miskin, Usyk berpikir olahraga menjadi satu-satunya harapan untuk mengubah nasibnya. ''Sebagai seorang anak, saya melakukan beberapa gulat, pertarungan tangan kosong, karate Tapi tanpa fanatisme," ungkap Usyk mengenang masa lalunya.
''Kami akan melakukan push-up, jongkok, terkadang mempelajari beberapa teknik sederhana."
Namun, tampaknya kehidupan dalam sepak bola lebih mungkin merupakan jalan keluar dari kemiskinan di Simferopol. Hingga usia 15 tahun, Usyk berada di akademi klub Liga Premier Ukraina SC Tavriya Simferopol.
Tetapi biaya bermain sepak bola terlalu mahal untuk orang tuanya, dan dia mengambil sepasang sarung tinju pertamanya pada tahun 2002. ''(Saya) bermain untuk Tavria dari Simferopol, dan saya melakukannya dengan cukup baik. Saya tidak pernah menjadi penghangat bangku cadangan, saya selalu menjadi starter,''kata Usyk.
"Sepak bola menuntut biaya yang sangat serius. Dan dua atau tiga ratus hryvnia adalah jumlah yang cukup besar bagi orang tua saya. Tinju lebih sederhana, lebih ramah. Pelatih memberi saya sarung tangannya, istrinya menjahitnya menjadi bentuk yang tepat.
Satu-satunya hal yang menghabiskan uang ibuku adalah tiket perjalanan,''paparnya.
Perjalanan Oleksandr Usyk menjadi juara dunia Kelas Penjelajah
Usyk juga pernah menjadi penjual buah dan buruh tani demi mempertahankan hidupnya. Ya, dia juga pernah menjadi penggembala ternak di sebuah peternakan dan menjual aprikot dan es krim sebelum menjadi petinju. Semua itu dilakukannya untuk membantu mereka tetap bertahan hdiup.
Hidupnya mulai berubah ketika pada tahun 2006, Usyk menunjukkan bakat tinjunya dengan mencapai semifinal Kejuaraan Eropa. Dua tahun kemudian, dia menang di Strandja Cup di Bulgaria, sebuah event yang menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk bersaing di Olimpiade.