Ekspansi Anak-Anak Dewa di Benua Biru
loading...
A
A
A
CEO, Edwin van der Sar, mengonfirmasi kabar tersebut. Mantan penjaga gawang Setan Merah itu bilang pihaknya siap bernegosiasi dengan siapa pun yang berminat merekrut anak asuhnya. Syaratnya, harap siapkan dana 60 juta Euro (sekitar (Rp 968 miliar).
Cukup mahal, tentu. Namun agaknya itu memang sebanding dengan kualitas pemain berambut pirang. Sebagai penjelajah lapangan tengah, dia sudah menyumbang 11 assist dan 10 gol musim ini untuk Ajax. Kemampuannya juga sudah diakui dengan dipanggil ke Timnas Belanda.
Dimulai oleh Sang Maestro Johan Cruyff
Begitulah, Ajax memang tak pernah berhenti mencetak pemain-pemain muda berbakat. Klub yang didirikan tahun 1900 itu mulai mencuri perhatian penggemar sepak bola saat diperkuat oleh Johan Cruyff pada awal 1970-an.
Sang kapten yang juga kondang sebagai pencetus taktik total football yang termasyhur itu sukses mengantar klubnya menjuarai Piala Champions tiga kali berturut-turut (1971, 1972, 1973).
Bakat-bakat istimewa anak-anak muda dari Negeri Tulip selanjutnya memukau penggemar sepak bola di pentas Piala Dunia 1974. Di hadapan publik Jerman Barat, kesebelasan Belanda yang diperkuat sebagian besar pemain Ajax sukses melaju ke final.
Sepanjang jalan menuju final, tim Oranye menaklukkan tim-tim elit langganan Piala Dunia, seperti Uruguay dan Argentina. Bahkan di semi final mereka menggusur juara bertahan Brasil secara meyakinkan 2-0. Sayang, di partai puncak mereka harus mengakui keunggulan tuan rumah Jerman Barat 2-1.
Generasi penerus Cruyff melanjutkan tinta emas Ajax di berbagai klub Eropa. Tahun 1987 Ajax menjuarai Cup Winners Cup. Sukses di ajang itu mengantarkan sang bintang Marco van Basten hijrah ke AC Milan. Bersama mantan rekannya di Ajax, Frank Rijkaard, plus Ruud Gullit mereka malang melintang di Eropa pada akhir dekade 1980 hingga pertengahan 1990an.
Selanjutnya generasi Edwin van der Sar, si kembar Frank dan Ronald de Boer, Marc Overmars, Edgar Davids, Clarence Seedorf, merebut Liga Champions pada tahun 1995. Kala itu tim yang diperkuat pemain berusia rata-rata 24, 1 tahun menjadi kampiun setelah menaklukkan sang juara bertahan AC Milan.
Skuad the winning team itu kembali melaju ke final tahun berikutnya. Mereka takluk di tangan Juventus lewat adu penalti.
Cukup mahal, tentu. Namun agaknya itu memang sebanding dengan kualitas pemain berambut pirang. Sebagai penjelajah lapangan tengah, dia sudah menyumbang 11 assist dan 10 gol musim ini untuk Ajax. Kemampuannya juga sudah diakui dengan dipanggil ke Timnas Belanda.
Dimulai oleh Sang Maestro Johan Cruyff
Begitulah, Ajax memang tak pernah berhenti mencetak pemain-pemain muda berbakat. Klub yang didirikan tahun 1900 itu mulai mencuri perhatian penggemar sepak bola saat diperkuat oleh Johan Cruyff pada awal 1970-an.
Sang kapten yang juga kondang sebagai pencetus taktik total football yang termasyhur itu sukses mengantar klubnya menjuarai Piala Champions tiga kali berturut-turut (1971, 1972, 1973).
Bakat-bakat istimewa anak-anak muda dari Negeri Tulip selanjutnya memukau penggemar sepak bola di pentas Piala Dunia 1974. Di hadapan publik Jerman Barat, kesebelasan Belanda yang diperkuat sebagian besar pemain Ajax sukses melaju ke final.
Sepanjang jalan menuju final, tim Oranye menaklukkan tim-tim elit langganan Piala Dunia, seperti Uruguay dan Argentina. Bahkan di semi final mereka menggusur juara bertahan Brasil secara meyakinkan 2-0. Sayang, di partai puncak mereka harus mengakui keunggulan tuan rumah Jerman Barat 2-1.
Generasi penerus Cruyff melanjutkan tinta emas Ajax di berbagai klub Eropa. Tahun 1987 Ajax menjuarai Cup Winners Cup. Sukses di ajang itu mengantarkan sang bintang Marco van Basten hijrah ke AC Milan. Bersama mantan rekannya di Ajax, Frank Rijkaard, plus Ruud Gullit mereka malang melintang di Eropa pada akhir dekade 1980 hingga pertengahan 1990an.
Selanjutnya generasi Edwin van der Sar, si kembar Frank dan Ronald de Boer, Marc Overmars, Edgar Davids, Clarence Seedorf, merebut Liga Champions pada tahun 1995. Kala itu tim yang diperkuat pemain berusia rata-rata 24, 1 tahun menjadi kampiun setelah menaklukkan sang juara bertahan AC Milan.
Skuad the winning team itu kembali melaju ke final tahun berikutnya. Mereka takluk di tangan Juventus lewat adu penalti.