Di Ambang Juara, Bayern Versi Flick Lebih Baik dari Heynckes dan Guardiola?
loading...
A
A
A
MUNICH - Bayern Muenchen di ambang juara Bundesliga 2019/2020 . Kemenangan di markas Werder Bremen pada pekan ke-32 di Wohninvest-Weser-Stadion, Selasa (16/6/2020) malam waktu lokal, atau Rabu (17/6/2020) pukul 01.30 WIB akan memastikan gelar kedelapan beruntun Bayern .
Di bawah Pelatih Hansi Flick, Bayern menemukan permainan terbaiknya dan bisa disejajarkankan dengan Bayern era Jupp Heynckes yang mencapai klimaks dengan meraih treble pada musim 2012/2013 atau pasukan Pep Guardiola yang menjuara Bundesliga 2013/2014 dengan enam pertandingan sisa. Bayern era Hansi Flik musim 2019/2020 juga tak kalah mengesankan, bahkan lebih baik secara statistik. ( ).
Ketika kapten Philipp Lahm mengangkat trofi Liga Champions Eropa 2012/2013 di Stadion Wembley, London, Bayern adalah raja tak terbantahkan dari sepak bola domestik dan Eropa. Mereka juga berjaya dengan mengamankan trofi Bundesliga dan DFB Pokal.
Setelah itu Guardiola menggantikan Jupp Heynckes sebagai pelatih tim utama pada musim panas itu. Meski mereka gagal mempertahankan gelar Liga Champions, tapi gelar Bundesliga mereka raih dalam waktu singkat. FC Hollywood membungkus Meisterschale pada Matchday 28, atau tersisa enam pertandingan. ( ).
Tapi, Bayern musim ini pun impresif. Setelah mengalahkan Borussia Dortmund untuk memperpanjang keunggulan mereka di klasemen Bundesliga 2019/2020 pada Matchday 28, Pasukan Hansi Flick saat ini menorehkan hasil yang menakjubkan, bahkan melampaui pendahulunya.
Saat menggantikan Niko Kovac pada November 2019, Bayern tercecer di urutan keempat klasemen, tertinggal empat poin di belakang pemimpin saat itu Borussia Moennchengladbach, setelah kekalahan pada matchday 10 melawan Eintracht Frankfurt yang membuat Kovac kehilangan pekerjaannya. Setelah itu, Flick menulis ulang buku sejarah Bundesliga.
Menurut catatan bundesliga.com, berdasarkan statistik, Bayern telah mengalami revolusi dalam keberuntungan, dengan mencatat 25 kemenangan dari 28 pertandingan di semua kompetisi. Itu merupakan rasio terbaik dari setiap pelatih Bayern dalam sejarah. ( ).
Rasio poin per laga Bayern mencatat 2,71 melampaui 2,6 milik skuat Guardiola musim 2013/2014 dan di depan 2,70 yang fenomenal milik tim Heynckes 2012/2013 yang memenangi treble, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi, angka-angka itu saja tidak cukup menjelaskan mengapa Bayern yang semula memperkerjakan Flick sementara sampai akhir musim 2019/2020 menjadi permanen hingga 2023. Ada hal lain, yang membuat Bayern percaya pada Flick. "Hansi paham mentalitas klub," kata anggota dewan Bayern, Olivier Kahn.
Flick pun mengakui banyak hal telah berubah sejak dia menjadi pemain di klub itu pada akhir 1980-an. "Pada waktu saya sebagai pemain, hanya keberhasilan yang dihitung. Anda menang 1-0, tidak dipermasalahkan," jelas pelatih berusia 55 tahun itu.
"Hari ini, menang tidak cukup. Tentu saja, pada akhirnya harus memenangkan gelar. Tapi saya sepenuhnya memahami bahwa Bayern memiliki ambisi untuk melampaui memberi kemenangan 1-0 kepada penggemar mereka."
Sejauh ini, misi itu tercapai untuk Hansi Flick. Bayern gagal mencetak gol hanya sekali di bawah arahannya, saat bermain imbang tanpa gol melawan RB Leipzig pada Matchday 21. Mereka juga hanya mencatat dua kemenangan 1-0 selama masa jabatannya.
Kemenangan 2-0 Bayern di Union Berlin saat menandai kembalinya mereka ke kompetisi setelah jeda panjang akibat pandemi virus corona, mencatatkan 50 gol dalam 16 pertandingan liga pasukan Flick hingga saat itu.
Sedangkan kemenangan 5-0 atas Fortuna Duesseldorf membawa Bayern mencatat 86 gol liga, dan jumlah itu menjadi yang terbaik untuk tim di Bundesliga dari jumlah pertandingan dalam satu musim. Dan kini mereka memiliki 92 gol dengan tiga pertandingan sisa. Jumlah gol mereka bisa bertambah jika berhasil membobol gawang Werder Bremen.
Bayern di bawah Flick mencatat rata-rata tiga gol per pertandingan, tentu saja statistik itu mengungguli torehan Heynckes dan Guardiola. Tidak mengherankan, ini adalah rasio terbaik untuk pelatih Bundesliga. Jika ditambahkan dalam empat pertandingan Liga Champions 2019/2020, maka jumlah itu meningkat menjadi 3,14 gol setiap 90 menit! Luar biasa.
Mencetak gol sepertinya lebih mudah bagi Bayern ketika memiliki striker sekaliber Robert Lewandowski di tim. "Dia mencetak gol lagi, mengemas 26 gol, dan memiliki delapan pertandingan tersisa untuk memecahkan rekor Gerd Muller. Itu tidak akan mudah tetapi dia memiliki kualitas," kata Flick.
Penyerang tim nasional Polandia itu kini memiliki 30 gol dengan tiga laga sisa di Bundesliga. Lewandowski ditangguhkan saat Bayern menang 2-1 atas Borussia Moenchengladbach. Kemungkinan dia mengejar rekor gol legenda Bayern Gerd Muller sebanyak 40 gol liga pada musim 1971/72 akan menemui jalan terjal.
Tak hanya tajam di depan, skuat Hansi Flick juga tangguh di belakang. Mereka kebobolan rata-rata hanya 0,71 gol per pertandingan, nilai terbaik tim mana pun di lima liga top Eropa musim ini.
Keberhasilan Bayern di bawah Flick dibangun di atas keringat, keterampilan, dan kerja keras. Rata-rata, mereka berlari 1,8 mil (sekitar 2,9 km) lebih jauh per pertandingan daripada skuat pemenang treble di bawah Heynckes dan 1,2 mil (sekitar 1,9 km) lebih dari skuat Guardiola yang memecahkan rekor.
Bayern musim ini juga bermain dengan intensitas yang mengerikan: 261 sprint per game, dibandingkan dengan 165 untuk pasukan Heynckes dan 214 untuk Guardiola. Dan -percaya atau tidak- mereka masih bisa menjadi lebih baik. "Pasti ada ruang untuk perbaikan," kata bek kiri Bayern asal Kanada Alphonso Davies kepada bundesliga.com.
Di bawah Pelatih Hansi Flick, Bayern menemukan permainan terbaiknya dan bisa disejajarkankan dengan Bayern era Jupp Heynckes yang mencapai klimaks dengan meraih treble pada musim 2012/2013 atau pasukan Pep Guardiola yang menjuara Bundesliga 2013/2014 dengan enam pertandingan sisa. Bayern era Hansi Flik musim 2019/2020 juga tak kalah mengesankan, bahkan lebih baik secara statistik. ( ).
Ketika kapten Philipp Lahm mengangkat trofi Liga Champions Eropa 2012/2013 di Stadion Wembley, London, Bayern adalah raja tak terbantahkan dari sepak bola domestik dan Eropa. Mereka juga berjaya dengan mengamankan trofi Bundesliga dan DFB Pokal.
Setelah itu Guardiola menggantikan Jupp Heynckes sebagai pelatih tim utama pada musim panas itu. Meski mereka gagal mempertahankan gelar Liga Champions, tapi gelar Bundesliga mereka raih dalam waktu singkat. FC Hollywood membungkus Meisterschale pada Matchday 28, atau tersisa enam pertandingan. ( ).
Tapi, Bayern musim ini pun impresif. Setelah mengalahkan Borussia Dortmund untuk memperpanjang keunggulan mereka di klasemen Bundesliga 2019/2020 pada Matchday 28, Pasukan Hansi Flick saat ini menorehkan hasil yang menakjubkan, bahkan melampaui pendahulunya.
Saat menggantikan Niko Kovac pada November 2019, Bayern tercecer di urutan keempat klasemen, tertinggal empat poin di belakang pemimpin saat itu Borussia Moennchengladbach, setelah kekalahan pada matchday 10 melawan Eintracht Frankfurt yang membuat Kovac kehilangan pekerjaannya. Setelah itu, Flick menulis ulang buku sejarah Bundesliga.
Menurut catatan bundesliga.com, berdasarkan statistik, Bayern telah mengalami revolusi dalam keberuntungan, dengan mencatat 25 kemenangan dari 28 pertandingan di semua kompetisi. Itu merupakan rasio terbaik dari setiap pelatih Bayern dalam sejarah. ( ).
Rasio poin per laga Bayern mencatat 2,71 melampaui 2,6 milik skuat Guardiola musim 2013/2014 dan di depan 2,70 yang fenomenal milik tim Heynckes 2012/2013 yang memenangi treble, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi, angka-angka itu saja tidak cukup menjelaskan mengapa Bayern yang semula memperkerjakan Flick sementara sampai akhir musim 2019/2020 menjadi permanen hingga 2023. Ada hal lain, yang membuat Bayern percaya pada Flick. "Hansi paham mentalitas klub," kata anggota dewan Bayern, Olivier Kahn.
Flick pun mengakui banyak hal telah berubah sejak dia menjadi pemain di klub itu pada akhir 1980-an. "Pada waktu saya sebagai pemain, hanya keberhasilan yang dihitung. Anda menang 1-0, tidak dipermasalahkan," jelas pelatih berusia 55 tahun itu.
"Hari ini, menang tidak cukup. Tentu saja, pada akhirnya harus memenangkan gelar. Tapi saya sepenuhnya memahami bahwa Bayern memiliki ambisi untuk melampaui memberi kemenangan 1-0 kepada penggemar mereka."
Sejauh ini, misi itu tercapai untuk Hansi Flick. Bayern gagal mencetak gol hanya sekali di bawah arahannya, saat bermain imbang tanpa gol melawan RB Leipzig pada Matchday 21. Mereka juga hanya mencatat dua kemenangan 1-0 selama masa jabatannya.
Kemenangan 2-0 Bayern di Union Berlin saat menandai kembalinya mereka ke kompetisi setelah jeda panjang akibat pandemi virus corona, mencatatkan 50 gol dalam 16 pertandingan liga pasukan Flick hingga saat itu.
Sedangkan kemenangan 5-0 atas Fortuna Duesseldorf membawa Bayern mencatat 86 gol liga, dan jumlah itu menjadi yang terbaik untuk tim di Bundesliga dari jumlah pertandingan dalam satu musim. Dan kini mereka memiliki 92 gol dengan tiga pertandingan sisa. Jumlah gol mereka bisa bertambah jika berhasil membobol gawang Werder Bremen.
Bayern di bawah Flick mencatat rata-rata tiga gol per pertandingan, tentu saja statistik itu mengungguli torehan Heynckes dan Guardiola. Tidak mengherankan, ini adalah rasio terbaik untuk pelatih Bundesliga. Jika ditambahkan dalam empat pertandingan Liga Champions 2019/2020, maka jumlah itu meningkat menjadi 3,14 gol setiap 90 menit! Luar biasa.
Mencetak gol sepertinya lebih mudah bagi Bayern ketika memiliki striker sekaliber Robert Lewandowski di tim. "Dia mencetak gol lagi, mengemas 26 gol, dan memiliki delapan pertandingan tersisa untuk memecahkan rekor Gerd Muller. Itu tidak akan mudah tetapi dia memiliki kualitas," kata Flick.
Penyerang tim nasional Polandia itu kini memiliki 30 gol dengan tiga laga sisa di Bundesliga. Lewandowski ditangguhkan saat Bayern menang 2-1 atas Borussia Moenchengladbach. Kemungkinan dia mengejar rekor gol legenda Bayern Gerd Muller sebanyak 40 gol liga pada musim 1971/72 akan menemui jalan terjal.
Tak hanya tajam di depan, skuat Hansi Flick juga tangguh di belakang. Mereka kebobolan rata-rata hanya 0,71 gol per pertandingan, nilai terbaik tim mana pun di lima liga top Eropa musim ini.
Keberhasilan Bayern di bawah Flick dibangun di atas keringat, keterampilan, dan kerja keras. Rata-rata, mereka berlari 1,8 mil (sekitar 2,9 km) lebih jauh per pertandingan daripada skuat pemenang treble di bawah Heynckes dan 1,2 mil (sekitar 1,9 km) lebih dari skuat Guardiola yang memecahkan rekor.
Bayern musim ini juga bermain dengan intensitas yang mengerikan: 261 sprint per game, dibandingkan dengan 165 untuk pasukan Heynckes dan 214 untuk Guardiola. Dan -percaya atau tidak- mereka masih bisa menjadi lebih baik. "Pasti ada ruang untuk perbaikan," kata bek kiri Bayern asal Kanada Alphonso Davies kepada bundesliga.com.
(sha)