4 Penyebab Timnas Indonesia hanya Sekali Ikuti Piala Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berlaga di Piala Dunia menjadi salah satu pencapaian luar biasa bagi timnas sepak bola. Sebab, itu menjadi tolak ukur seberapa majunya persepak bolaan di suatu negara.
Dalam sejarahnya Indonesia sempat meramaikan ajang paling bergengsi itu pada 1938 di Prancis yang diikuti 16 tim. Tapi, saat itu masih mengusung nama Hindia Belanda.
Bahkan, kala itu FIFA menyebut Indonesia sebagai negara Asia pertama yang mengikuti ajang Piala Dunia. Meski memakai nama Hindia Belanda.
Sayangnya, Indonesia dalam hal ini Hindia Belanda hanya tampil sekali. Soalnya, saat itu belum penyisihan grup dan langsung babak 16 besar. Mereka tersingkir setelah dikalahkan Hungaria 0-6.
Itu menjadi pertama kali dan terakhir kalinya Indonesia tampil di turnamen empat tahunan tersebut. Sebab, skuad Garuda tersisih saat kualifikasi.
Ada beberapa hal yang menghambat Merah Putih untuk berkembang dan menjadi salah satu tim berbahaya di kancah dunia.
Berikut penyebab Indonesia baru sekali mengikuti Piala Dunia:
1. Masih Kurangnya Perencanaan Jangka Panjang
Karena prestasi tidak dapat dicapai dengan cara insta diperlukan rencana jangka panjang untuk membentuk keharmonisan suatu tim.
Mulai dari rencana susunan pemain hingga kepelatihan seluruhnya musti direncanakan secara matang dan tidak asal comot dan copot.
Rencana timnas Indonesia kebanyakan masih berjangka pendek. Semisal ketika akan mengikuti ajang AFF barulah mereka berbenah dan bukannya telah memiliki susunan pemain justru merombak susunan pemain.
Rencana jangka panjang inilah yang masih belum matang bagi Merah Putih sehingga sulit baginya untuk melaju ke kancah internasional terlebih ke Piala Dunia.
2. Pembinaan Pemain Usia Dini yang Minim
Spanyol telah sejak lama mengembangkan minat terhadap sepak bola untuk anak berusia 5 tahun. Pembinaan inilah yang menjadi kunci mengapa persepakbolaan di Negeri Matador sangatlah baik.
Sementara di Indonesia bahkan masih belum banyak akademi persepakbolaan yang dapat membentuk generasi muda penerus.
Karena pada umumnya di Indonesia seorang anak baru mulai bermain sepak bola di usia 10 tahun dan mulai bergabung dengan klub di usia 15 tahun.
3. Kompetisi dan Klub yang Belum Maju
Kompetisi sepak bola Indonesia memang masih jauh dari kata sempurna. Bahkan secara sportifitas masih belum mampu untuk menunjukkan sikap fairplay.
Dalam hal ini tentunya setiap komponen persepakbolaan Indonesia mulai dari PSSI, para deretan pemain hingga suporter perlu berbenah untuk menciptakan suasana liga yang kondusif dan suportif.
Semakin suportifnya suatu liga akan memperlihatkan bahwa di negara tersebut telah memiliki standarisasi tersendiri dalam persepakbolaannya.
4. Kurangnya Fasilitas
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai seperti lapangan untuk berlatih, stadion berstandar hingga sedikitnya akademi sepakbola menjadi pr utama bagi PSSI.
Bila dilihat dari negara yang memiliki persepakbolaan yang maju sudah pasti memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga mampu untuk menciptakan bintang bintang baru.
Dalam sejarahnya Indonesia sempat meramaikan ajang paling bergengsi itu pada 1938 di Prancis yang diikuti 16 tim. Tapi, saat itu masih mengusung nama Hindia Belanda.
Bahkan, kala itu FIFA menyebut Indonesia sebagai negara Asia pertama yang mengikuti ajang Piala Dunia. Meski memakai nama Hindia Belanda.
Sayangnya, Indonesia dalam hal ini Hindia Belanda hanya tampil sekali. Soalnya, saat itu belum penyisihan grup dan langsung babak 16 besar. Mereka tersingkir setelah dikalahkan Hungaria 0-6.
Itu menjadi pertama kali dan terakhir kalinya Indonesia tampil di turnamen empat tahunan tersebut. Sebab, skuad Garuda tersisih saat kualifikasi.
Ada beberapa hal yang menghambat Merah Putih untuk berkembang dan menjadi salah satu tim berbahaya di kancah dunia.
Berikut penyebab Indonesia baru sekali mengikuti Piala Dunia:
1. Masih Kurangnya Perencanaan Jangka Panjang
Karena prestasi tidak dapat dicapai dengan cara insta diperlukan rencana jangka panjang untuk membentuk keharmonisan suatu tim.
Mulai dari rencana susunan pemain hingga kepelatihan seluruhnya musti direncanakan secara matang dan tidak asal comot dan copot.
Rencana timnas Indonesia kebanyakan masih berjangka pendek. Semisal ketika akan mengikuti ajang AFF barulah mereka berbenah dan bukannya telah memiliki susunan pemain justru merombak susunan pemain.
Rencana jangka panjang inilah yang masih belum matang bagi Merah Putih sehingga sulit baginya untuk melaju ke kancah internasional terlebih ke Piala Dunia.
2. Pembinaan Pemain Usia Dini yang Minim
Spanyol telah sejak lama mengembangkan minat terhadap sepak bola untuk anak berusia 5 tahun. Pembinaan inilah yang menjadi kunci mengapa persepakbolaan di Negeri Matador sangatlah baik.
Sementara di Indonesia bahkan masih belum banyak akademi persepakbolaan yang dapat membentuk generasi muda penerus.
Karena pada umumnya di Indonesia seorang anak baru mulai bermain sepak bola di usia 10 tahun dan mulai bergabung dengan klub di usia 15 tahun.
3. Kompetisi dan Klub yang Belum Maju
Kompetisi sepak bola Indonesia memang masih jauh dari kata sempurna. Bahkan secara sportifitas masih belum mampu untuk menunjukkan sikap fairplay.
Dalam hal ini tentunya setiap komponen persepakbolaan Indonesia mulai dari PSSI, para deretan pemain hingga suporter perlu berbenah untuk menciptakan suasana liga yang kondusif dan suportif.
Semakin suportifnya suatu liga akan memperlihatkan bahwa di negara tersebut telah memiliki standarisasi tersendiri dalam persepakbolaannya.
4. Kurangnya Fasilitas
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai seperti lapangan untuk berlatih, stadion berstandar hingga sedikitnya akademi sepakbola menjadi pr utama bagi PSSI.
Bila dilihat dari negara yang memiliki persepakbolaan yang maju sudah pasti memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga mampu untuk menciptakan bintang bintang baru.
(mirz)