Ini Komitmen Manajemen Persis Solo
A
A
A
SOLO - Skuat Persis Solo dibubarkan pada Minggu (10/5) lalu. Namun, hingga hari ini, para pemain belum menerima haknya secara penuh. Manajemen beralasan tim dalam kondisi krisis sehingga tidak memiliki dana untuk langsung membayar pemain setelah diputus kontrak.
Setelah kompetisi dihentikan, praktis, tidak ada pemasukan dari sektor penjualan tiket. Sebenarnya dari hasil penjualan tiket penonton ini sangat membantu Laskar Sambernyawa untuk mengarungi kompetisi, di samping dukungan sponsor.
Penjualan jersey dan merchandise di Balai Persis pun tidak akan mampu menutup kebutuhan tim selama sebulan. ''Sebenarnya penjualan jersey sangat laris, tapi laba dari situ tidak bisa digunakan untuk membayar tim sebulan,''kata Direktur Teknik dan Olahraga Persis Solo, Totok Supriyanto, saat dihubungi.
Menurut Totok, kendati pemain belum mendapatkan haknya selama satu bulan, terhitung sejak 10 April hingga 10 Mei, manajamen sudah berkomitmen untuk membayar kekurangan tersebut. Pemain dan tim pelatih tidak perlu risau karena sudah pasti akan dibayar.
''Kekurangannya lebih dari Rp200 juta. Saya tidak bisa bilang, manajemen tombok dulu, tapi perusahaan merugi. Tapi sudah kami sampaikan kepada pemain, paling lambat dua pekan setelah pembubaran tim, kekurangan akan ditutup, prinpsipnya seperti itu, sudah ada kesepakatan,''tandasnya.
Pihaknya juga menghargai pendapat dari penasihat PT. Persis Solo Saestu (PSS), FX Hadi Rudyatmo, agar pembubaran tim ditinjau ulang. Sebagai penasihat, tentu masukan tersebut akan menjadi bahan kajian oleh manajeman nantinya. Namun, tentu bukan perkara mudah mempertahankan tim jika tidak ada kompetisi karena biaya operasional juga besar. ''Kami menghargai saran beliau,''ucap Totok.
Persis sejauh ini juga tidak antusias dengan kompetisi yang sedang digagas oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sebab, dampaknya akan kurang baik bagi persepakbolaan di Tanah Air, jika belakangan terjadi dualisme kompetisi seperti pernah terjadi antara PT Liga Indonesia dan Indonesian Premiere League (IPL).
Justru, yang diharapkan pengurus Persis baik PSSI maupun Kemenpora, kembali bersatu dan bersinergi untuk menjalankan kompetisi di Tanah Air. ''Kami masih punya harapan seperti itu. Saat ini arahnya masih belum menentu, jadi kami belum bisa bilang apa-apa,''ujar dia.
Ketua Umum Persis Paulus Haryoto menyatakan, gaji pemain dan tim pelatih tetap akan dilunasi, karena itu sudah menjadi kewajiban manajemen. Dia berlasan, kondisi persepak bolaan di Tanah Air yang tidak kunjung membaik membuat Persis tidak bisa dipertahankan.''Kekurangannya akan ditransfer ke rekening masing-masing pemain,''tandasnya.
Setelah kompetisi dihentikan, praktis, tidak ada pemasukan dari sektor penjualan tiket. Sebenarnya dari hasil penjualan tiket penonton ini sangat membantu Laskar Sambernyawa untuk mengarungi kompetisi, di samping dukungan sponsor.
Penjualan jersey dan merchandise di Balai Persis pun tidak akan mampu menutup kebutuhan tim selama sebulan. ''Sebenarnya penjualan jersey sangat laris, tapi laba dari situ tidak bisa digunakan untuk membayar tim sebulan,''kata Direktur Teknik dan Olahraga Persis Solo, Totok Supriyanto, saat dihubungi.
Menurut Totok, kendati pemain belum mendapatkan haknya selama satu bulan, terhitung sejak 10 April hingga 10 Mei, manajamen sudah berkomitmen untuk membayar kekurangan tersebut. Pemain dan tim pelatih tidak perlu risau karena sudah pasti akan dibayar.
''Kekurangannya lebih dari Rp200 juta. Saya tidak bisa bilang, manajemen tombok dulu, tapi perusahaan merugi. Tapi sudah kami sampaikan kepada pemain, paling lambat dua pekan setelah pembubaran tim, kekurangan akan ditutup, prinpsipnya seperti itu, sudah ada kesepakatan,''tandasnya.
Pihaknya juga menghargai pendapat dari penasihat PT. Persis Solo Saestu (PSS), FX Hadi Rudyatmo, agar pembubaran tim ditinjau ulang. Sebagai penasihat, tentu masukan tersebut akan menjadi bahan kajian oleh manajeman nantinya. Namun, tentu bukan perkara mudah mempertahankan tim jika tidak ada kompetisi karena biaya operasional juga besar. ''Kami menghargai saran beliau,''ucap Totok.
Persis sejauh ini juga tidak antusias dengan kompetisi yang sedang digagas oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sebab, dampaknya akan kurang baik bagi persepakbolaan di Tanah Air, jika belakangan terjadi dualisme kompetisi seperti pernah terjadi antara PT Liga Indonesia dan Indonesian Premiere League (IPL).
Justru, yang diharapkan pengurus Persis baik PSSI maupun Kemenpora, kembali bersatu dan bersinergi untuk menjalankan kompetisi di Tanah Air. ''Kami masih punya harapan seperti itu. Saat ini arahnya masih belum menentu, jadi kami belum bisa bilang apa-apa,''ujar dia.
Ketua Umum Persis Paulus Haryoto menyatakan, gaji pemain dan tim pelatih tetap akan dilunasi, karena itu sudah menjadi kewajiban manajemen. Dia berlasan, kondisi persepak bolaan di Tanah Air yang tidak kunjung membaik membuat Persis tidak bisa dipertahankan.''Kekurangannya akan ditransfer ke rekening masing-masing pemain,''tandasnya.
(aww)