Puaskan Dahaga

Sabtu, 04 Juli 2015 - 11:48 WIB
Puaskan Dahaga
Puaskan Dahaga
A A A
SANTIAGO - Cile dan Argentina sama-sama haus prestasi. Kini mereka akan menggunakan rasa dahaga itu untuk memotivasi diri dan meraih gelar yang didambakan.

Dorongan inilah yang melatarbelakangi pertarungan kedua negara pada final Copa America di Estadio Nacional dini hari nanti. Cile menjalani puasa paling lama. Mereka tidak pernah mengangkat trofi sejak pertama kali mengikuti kompetisi pada 1916. Sebelum tahun ini capaian terbaik La Roja, yakni masuk empat final, seluruhnya di Copa America.

Sementara kesuksesan terakhir Argentina dicatat pada Copa America 1993. Selepas itu La Albiceleste terpuruk di lima pertandingan penutup final turnamen, mulai Copa America (2), Piala Konfederasi (2), serta Piala Dunia. Siapa yang bisa menuntaskan kekeringan pun menjadi pertanyaan terbesar di laga nanti. Namun, kedua finalis telah membuktikan kepatutan mereka tampil pada final.

Cile merupakan tim terproduktif pada ajang tahun ini, baik secara jumlah (13 gol) maupun rasio produktivitas (2,6 gol per laga). Satu-satunya noda adalah kontroversi wasit yang mengiringi laju mereka. Kepemimpinan Wilmar Roldan, pengadil asal Kolombia, pada final nanti dipastikan bakal disorot.

Di lain pihak, Argentina perlahan menunjukkan status favorit, meski baru terlihat pada semifinal. Penampilan mereka bahkan dinilai masih belum sempurna saat menghancurkan Paraguay 6-1. Di sini,La Albiceleste patut berterima kasih pada banyaknya bintang yang mereka miliki, mulai Lionel Messi, Sergio Aguero, hingga Angel di Maria.

Pelatih kedua tim sudah menggodok tim agar meraih kemenangan. Cile tidak terlalu merasakan menghilangnya Gonzalo Jara berkat Jose Rojas. Bek Universidad de Chile tersebut bermain solid ketika La Roja menumbangkan Peru pada semifinal. Hanya ada satu perdebatan yang berkecamuk di dalam pikiran Pelatih Jorge Sampioli.

Menuru tEl Grafico, Sampioli belum memutuskan apakah Cile bakal menurunkan tiga atau empat pemain di lini belakang. ”Kami tidak takut melawan siapa saja. Kami tahu bisa memberi kebahagiaan kepada masyarakat Cile. Tentu Argentina memiliki banyak individual berbakat,” kata kapten Cile Claudio Bravo.

Sebaliknya, Argentina hanya melakukan dua perubahan berarti sepanjang turnamen, yakni pergantian Ever Banega dengan Lucas Biglia dan kembalinya Pablo Zabaleta ke tim utama. Selepas itu permainan mereka lebih seimbang. Cile memiliki rekor bagus di Estadio Nacional. Mereka membukukan 10 hasil positif beruntun di stadion berkapasitas 65.000 penonton tersebut.

Terakhir kali Cile menderita kekalahan pada 2012. Namun, tim yang menumbangkan mereka tidak lain Argentina. La Rojamenyerah 1-2 akibat gol Messi dan Gonzalo Higuain. Sementara kesuksesan teranyar Cile atas La Albiceleste dicatat pada 2008. Hanya Bravo dan Gary Medel yang masih menjadi bagian skuad dari tim yang bermain pada pertandingan tersebut.

Keseluruhan Cile cuma berjaya enam kali pada 85 laga versus Argentina, 57 di antaranya berujung kekalahan. Khusus di Copa America, Cile bahkan tidak pernah menang di 24 pertemuan. Capaian maksimal mereka adalah bermain imbang enam kali.

”Partai nanti kemungkinan menghadirkan banyak gol karena kecenderungan finalis tampil menyerang. Kami akan berusaha berada di pihak pemenang,” tandas bek Argentina Pablo Zabaleta.

Harley ikhsan
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5805 seconds (0.1#10.140)