Geruduk Istana Negara, Bonek Gugat Revolusi Mental Sepakbola
A
A
A
JAKARTA - Pendukung Persebaya (1927) yang tergabung dalam Arek Bonek 1927 tak kenal lelah menuntut keadilan terhadap klub kesayangannya. Kali ini ratusan Bonek yang berasal dari Surabaya, Karawang, serta Jakarta dan sekitarnya menyerbu Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (20/8) sore tadi.
Mereka kembali menegaskan penolakan terhadap turnamen Piala Presiden yang digagas Mahaka Sports jika terdapat klub yang mengatasnamakan Persebaya. Aksi tersebut ditempuh sebagai upaya untuk menyampaikan tuntutannya kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
"Kami mau menegaskan empat tuntutan kami. Pertama, kembalikan hak dan sejarah Persebaya yang dirampas oleh PSSI. Lalu, tangkap dan adili mafia sepakbola di Indonesia," ungkap Andy Kristiantono kepada sindonews pasca aksi demo di Istana Negara, Kamis (20/9/2015).
"Selanjutnya, bentuk federasi sepakbola Indonesia yang bersih, jujur dan bermartabat. Dan yang terakhir atau keempat, menolak turnamen Piala Presiden jika ada klub yang ikut dengan mengatasnamakan Persebaya," pria yang akrab disapa Andie Peci menambahkan.
Sebelumnya, tepatnya dua hari yang lalu, Selasa (18/8), Bonek juga sempat menyampaikan secara langsung penolakan keikutsertaan klub yang mereka sebut "Persebaya Gadungan" di gelaran Piala Presiden kepada Mahaka Sports. Saat itu, Bonek bertemu langsung dengan pihak Mahaka Sports dan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta.
Aksi-aksi tersebut merupakan tindaklanjut dari kegiatan "Malam Renungan Kemerdekaan RI" pada malam 16 Agustus lalu di Surabaya. Dalam kegiatan tersebut, Arek Bonek 1927 juga membacakan surat terbuka "Menggugat Revolusi Mental Sepakbola Bersih" kepada Presiden Joko Widodo.
"Keadilan adalah ibunda dalam setiap perlawanan dan perjuangan kami. Kami akan terus berjuang dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan. Kami akan terus melawan dengan sebaik-baiknya, dengan sehormat-hormatnya," pungkas Andie Peci.
Mereka kembali menegaskan penolakan terhadap turnamen Piala Presiden yang digagas Mahaka Sports jika terdapat klub yang mengatasnamakan Persebaya. Aksi tersebut ditempuh sebagai upaya untuk menyampaikan tuntutannya kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
"Kami mau menegaskan empat tuntutan kami. Pertama, kembalikan hak dan sejarah Persebaya yang dirampas oleh PSSI. Lalu, tangkap dan adili mafia sepakbola di Indonesia," ungkap Andy Kristiantono kepada sindonews pasca aksi demo di Istana Negara, Kamis (20/9/2015).
"Selanjutnya, bentuk federasi sepakbola Indonesia yang bersih, jujur dan bermartabat. Dan yang terakhir atau keempat, menolak turnamen Piala Presiden jika ada klub yang ikut dengan mengatasnamakan Persebaya," pria yang akrab disapa Andie Peci menambahkan.
Sebelumnya, tepatnya dua hari yang lalu, Selasa (18/8), Bonek juga sempat menyampaikan secara langsung penolakan keikutsertaan klub yang mereka sebut "Persebaya Gadungan" di gelaran Piala Presiden kepada Mahaka Sports. Saat itu, Bonek bertemu langsung dengan pihak Mahaka Sports dan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta.
Aksi-aksi tersebut merupakan tindaklanjut dari kegiatan "Malam Renungan Kemerdekaan RI" pada malam 16 Agustus lalu di Surabaya. Dalam kegiatan tersebut, Arek Bonek 1927 juga membacakan surat terbuka "Menggugat Revolusi Mental Sepakbola Bersih" kepada Presiden Joko Widodo.
"Keadilan adalah ibunda dalam setiap perlawanan dan perjuangan kami. Kami akan terus berjuang dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan. Kami akan terus melawan dengan sebaik-baiknya, dengan sehormat-hormatnya," pungkas Andie Peci.
(akr)