Hadapi Piala Jenderal Sudirman, Klub Latihan Pinalti
A
A
A
GRESIK - Regulasi Piala Jenderal Sudirman yang meniadakan hasil imbang, membuat tim kontestan harus memikirkan eksekusi pinalti. Semua tim kontestan memasukkan materi latihan tendangan dua belas pas menghadapi kemungkinan hasil seri dalam 90 menit.
Tim-tim memilih algojo terbaiknya, tentu saja mereka yang memiliki tendangan akurat, ketenangan, serta mental mencukupi menghadapi tekanan. Persegres Gresik United adalah salah satu kontestan yang terus mempertajam kemampuan eksekusi pemain.
Pelatih Persegres Widodo C Putro menyisipkan latihan pinalti sebagai langkah antisipasi saat tim membutuhkannya. "Kami harus menyiapkan semuanya sedetil mungkin, termasuk jika nantinya pertandingan ditentukan melalui tendangan pinalti," ucap Widodo.
Dia mengakui regulasi tersebut menjadi salah satu keunikan Piala Jenderal Sudirman, walau seringkali eksekusi pinalti juga dipengaruhi faktor keberuntungan. Widodo cukup yakin memiliki beberapa pemain yang bisa didapuk sebagai algojo.
"Sebenarnya tak terlalu rumit menentukan eksekutor pinalti, tapi tetap saja harus berlatih atau mempersiapkan diri. Biasanya pemain berpengalaman lebih berpeluang, karena mereka bisa menghadapi tekanan saat menjadi penendang," demikian penjelasan Widodo, Jumat (6/11/2015).
Tim lainnya, Persela Lamongan, juga tidak mengabaikan kemampuan eksekusi pinalti. Apalagi selama ini Persela tidak terlalu terbuka dalam bermain sehingga hasil imbang dalam 90 menit sangat mungkin terjadi. Piala Presiden lalu bisa menjadi bahan rujukan.
Dalam tiga laga di turnamen itu, Laskar Joko Tingkir dua kali mencatat hasil imbang 1-1 yakni ketika menghadapi Arema Cronus dan PSGC Ciamis. Jadi tak ada alasan bagi Persela untuk tidak melakukan langkah persiapan agar algojonya bisa melakukan tugas dengan baik ketika dibutuhkan.
"Ada beberapa pemain yang tengah kami siapkan (sebagai algojo). Memang jarang sekali ada tendangan pinalti dan tak semua pemain terlatih melakukannya. Jadi harus dipersiapkan sejak awal siapa saja yang bisa menjalankan tugas tersebut," urai Didik Ludiyanto, Pelatih Persela Lamongan.
Dari Malang, tuan rumah Grup A Arema Cronus tampaknya tak kesulitan memilih pemain yang bisa menjalankan tugas sebagai eksekutor pinanti. Ada Cristian Gonzales, Samsul Arif, Esteban Vizcarra, Hasim Kipuw dan beberapa pemain lain yang matang dalam akurasi bola-bola mati.
Dari sisi kualitas sepakan, mereka tentu tidak diragukan lagi, ditambah senioritas dan pengalaman. "Adu pinalti bukan masalah buat kami. Ada beberapa pemain yang sangat bagus sebagai eksekutor. Saya juga menyisipkan latihan tendangan pinalti dalam persiapan," ujar Pelatih Arema Cronus Joko Susilo.
Tim-tim memilih algojo terbaiknya, tentu saja mereka yang memiliki tendangan akurat, ketenangan, serta mental mencukupi menghadapi tekanan. Persegres Gresik United adalah salah satu kontestan yang terus mempertajam kemampuan eksekusi pemain.
Pelatih Persegres Widodo C Putro menyisipkan latihan pinalti sebagai langkah antisipasi saat tim membutuhkannya. "Kami harus menyiapkan semuanya sedetil mungkin, termasuk jika nantinya pertandingan ditentukan melalui tendangan pinalti," ucap Widodo.
Dia mengakui regulasi tersebut menjadi salah satu keunikan Piala Jenderal Sudirman, walau seringkali eksekusi pinalti juga dipengaruhi faktor keberuntungan. Widodo cukup yakin memiliki beberapa pemain yang bisa didapuk sebagai algojo.
"Sebenarnya tak terlalu rumit menentukan eksekutor pinalti, tapi tetap saja harus berlatih atau mempersiapkan diri. Biasanya pemain berpengalaman lebih berpeluang, karena mereka bisa menghadapi tekanan saat menjadi penendang," demikian penjelasan Widodo, Jumat (6/11/2015).
Tim lainnya, Persela Lamongan, juga tidak mengabaikan kemampuan eksekusi pinalti. Apalagi selama ini Persela tidak terlalu terbuka dalam bermain sehingga hasil imbang dalam 90 menit sangat mungkin terjadi. Piala Presiden lalu bisa menjadi bahan rujukan.
Dalam tiga laga di turnamen itu, Laskar Joko Tingkir dua kali mencatat hasil imbang 1-1 yakni ketika menghadapi Arema Cronus dan PSGC Ciamis. Jadi tak ada alasan bagi Persela untuk tidak melakukan langkah persiapan agar algojonya bisa melakukan tugas dengan baik ketika dibutuhkan.
"Ada beberapa pemain yang tengah kami siapkan (sebagai algojo). Memang jarang sekali ada tendangan pinalti dan tak semua pemain terlatih melakukannya. Jadi harus dipersiapkan sejak awal siapa saja yang bisa menjalankan tugas tersebut," urai Didik Ludiyanto, Pelatih Persela Lamongan.
Dari Malang, tuan rumah Grup A Arema Cronus tampaknya tak kesulitan memilih pemain yang bisa menjalankan tugas sebagai eksekutor pinanti. Ada Cristian Gonzales, Samsul Arif, Esteban Vizcarra, Hasim Kipuw dan beberapa pemain lain yang matang dalam akurasi bola-bola mati.
Dari sisi kualitas sepakan, mereka tentu tidak diragukan lagi, ditambah senioritas dan pengalaman. "Adu pinalti bukan masalah buat kami. Ada beberapa pemain yang sangat bagus sebagai eksekutor. Saya juga menyisipkan latihan tendangan pinalti dalam persiapan," ujar Pelatih Arema Cronus Joko Susilo.
(bbk)