Pro dan Kontra Penggunaan Ban Intermediate di MotoGP 2017
A
A
A
SEPANG - Bukan rahasia lagi jika kinerja ban Michelin tengah jadi sorotan di pentas MotoGP 2016. Dari sekian banyak masalah, jenis ban basah jenis intermediate yang tengah dipertimbangkan untuk tidak lagi digunakan musim depan.
Michelin membawa tiga jenis ban di MotoGP 2016. Jika Bridgestone hanya punya dua jenis yakni wet (basah) dan slick (kering), produsen asal Prancis berinovasi menambah jenis intermediate.
Jenis ban tersebut dikeluarkan Michelin untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang tiba-tiba. Ketika pembalap mesti berpacu di tengah kondisi cuaca yang tak menentu bakal hujan atau terik, ban intermediate diharapkan bisa jadi pilihan.
Sayang, ban tersebut dinilai tidak cukup banyak membantu. Tengok saja ketika Grand Prix Jerman berlangsung, 17 Juli lalu. Marc Marquez yang jadi juara dalam kondisi balapan peralihan dari hujan ke panas, justru menggunakan ban bertipe slick.
"Bagi tim kami, ban intermediate tidak terlalu berperan. Kami balapan dari basah ke kering. Di sisi lain itu menimbulkan kebingungan untuk memutuskan pilihan ban kepada tim," tutur Marquez.
Karena penggunaan ban intermediate dianggap tidak efektif, maka timbul wacana jenis ban tersebut bakal dihapus dari pentas MotoGP 2017. Michelin, pabrikan dan pembalap tengah sejauh ini tengah mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Namun anggapan para pembalap juga berbeda-beda. Rossi misalnya, Ia setuju jika ban intermediate dihapus dari MotoGP 2017. Alasannya adalah ban tersebut tidak memberi banyak pengaruh pada penampilan pembalap yang memang sangat ditentukan faktor cuaca.
"Mereka tidak banyak memberi perubahan. Kami melihat celah pada ban sangat kecil dan juga karena faktor ban Michelin lebih bahaya ketimbang Bridgestone ketika digunakan dalam kondisi mix. Jadi saya kira, kami bisa lanjut tanpa intermediate. Tapi, itu bukanlah perbedaan besarnya," ungkap Rossi.
Namun beberapa pembalap mengambil sikap berbeda. Andrea Dovizioso misalnya, pembalap yang baru saja menangkan Grand Prix Malaysia menilai ban intermediate perlu dipertahankan musim depan.
"Saya punya opini yang beda ketimbang Rossi. Saya kira ban intermediate cukup bagus dari segi keselamatan, seperti di Phillip Island (Australia) ketika temperatur sangat rendah dan ban jadi cukup keras karena penggunaannya yang sangat tinggi," ujar Dovi.
"Ketika balapan dalam kondisi campur aduk, saya kira kami perlu mempertahankannya, dan mungkin kami juga bisa tidak menggunakannya ketika balapan. Tapi itu tidak terlalu penting," sambungnya.
Senada dengan hal di atas, Jorge Lorenzo yang bakal jadi tandem setim Dovizioso di Ducati menilai ban intermediate sangat diperlukan musim depan. Faktor keselamatan yang jadi pertimbangannya.
"Saya punya pandangan yang kurang lebih sama dengan Andrea, sebab di Australia, sebagai contoh di sesi kualifikasi, saya menggunakan keduanya: intermediate dan slick. Saya merasa lebih baik dengan intermediate sebab slick dalam kondisi dingin dan banyak air sangat sulit menghangat," timpal Lorenzo.
"Jadi dalam hal ini, dalam hal keselamatan, intermediate lebih baik. Saya tidak tahu apakah keputusan sudah diambil, tapi saya menginginkannya," tutupnya.
Michelin membawa tiga jenis ban di MotoGP 2016. Jika Bridgestone hanya punya dua jenis yakni wet (basah) dan slick (kering), produsen asal Prancis berinovasi menambah jenis intermediate.
Jenis ban tersebut dikeluarkan Michelin untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang tiba-tiba. Ketika pembalap mesti berpacu di tengah kondisi cuaca yang tak menentu bakal hujan atau terik, ban intermediate diharapkan bisa jadi pilihan.
Sayang, ban tersebut dinilai tidak cukup banyak membantu. Tengok saja ketika Grand Prix Jerman berlangsung, 17 Juli lalu. Marc Marquez yang jadi juara dalam kondisi balapan peralihan dari hujan ke panas, justru menggunakan ban bertipe slick.
"Bagi tim kami, ban intermediate tidak terlalu berperan. Kami balapan dari basah ke kering. Di sisi lain itu menimbulkan kebingungan untuk memutuskan pilihan ban kepada tim," tutur Marquez.
Karena penggunaan ban intermediate dianggap tidak efektif, maka timbul wacana jenis ban tersebut bakal dihapus dari pentas MotoGP 2017. Michelin, pabrikan dan pembalap tengah sejauh ini tengah mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Namun anggapan para pembalap juga berbeda-beda. Rossi misalnya, Ia setuju jika ban intermediate dihapus dari MotoGP 2017. Alasannya adalah ban tersebut tidak memberi banyak pengaruh pada penampilan pembalap yang memang sangat ditentukan faktor cuaca.
"Mereka tidak banyak memberi perubahan. Kami melihat celah pada ban sangat kecil dan juga karena faktor ban Michelin lebih bahaya ketimbang Bridgestone ketika digunakan dalam kondisi mix. Jadi saya kira, kami bisa lanjut tanpa intermediate. Tapi, itu bukanlah perbedaan besarnya," ungkap Rossi.
Namun beberapa pembalap mengambil sikap berbeda. Andrea Dovizioso misalnya, pembalap yang baru saja menangkan Grand Prix Malaysia menilai ban intermediate perlu dipertahankan musim depan.
"Saya punya opini yang beda ketimbang Rossi. Saya kira ban intermediate cukup bagus dari segi keselamatan, seperti di Phillip Island (Australia) ketika temperatur sangat rendah dan ban jadi cukup keras karena penggunaannya yang sangat tinggi," ujar Dovi.
"Ketika balapan dalam kondisi campur aduk, saya kira kami perlu mempertahankannya, dan mungkin kami juga bisa tidak menggunakannya ketika balapan. Tapi itu tidak terlalu penting," sambungnya.
Senada dengan hal di atas, Jorge Lorenzo yang bakal jadi tandem setim Dovizioso di Ducati menilai ban intermediate sangat diperlukan musim depan. Faktor keselamatan yang jadi pertimbangannya.
"Saya punya pandangan yang kurang lebih sama dengan Andrea, sebab di Australia, sebagai contoh di sesi kualifikasi, saya menggunakan keduanya: intermediate dan slick. Saya merasa lebih baik dengan intermediate sebab slick dalam kondisi dingin dan banyak air sangat sulit menghangat," timpal Lorenzo.
"Jadi dalam hal ini, dalam hal keselamatan, intermediate lebih baik. Saya tidak tahu apakah keputusan sudah diambil, tapi saya menginginkannya," tutupnya.
(aww)