Randy Mamola: Mampukah Rossi Kalahkan Vinales dan Marquez?
A
A
A
JEREZ - Selalu bilang mengalami kesulitan saat tes pramusim, Valentino Rossi kini justru memimpin klasemen MotoGP 2017 usai tiga balapan awal. Namun, Randy Mamola dalam kolom terbarunya buat Motorsport, menilai The Doctor harus kerja keras untuk merengkuh gelar ke-10. Berikut kami sajikan celotehannya.
Siapa yang menyangka, bahwa Rossi akan datang ke MotoGP Jerez 2017 sebagai pemuncak klasemen sementara? Pastinya, bukan saya. Apalagi jika melihat bagaimana ia menjalani tes pramusim dan kesulitannya untuk beradaptasi dengan Yamaha YZR-M1 2017. The Doctor tak sepenuhnya nyaman seperti Vinales.
Meski tidak tercepat, tapi memimpin kejuaraan adalah sesuatu yang khas dari seorang jenius seperti dia. Seorang pembalap yang mampu mengimbangi kurangnya stamina dalam usia menuju 40 tahun, serta dengan pengalaman selama 20 tahun terakhir.
Dalam dua dekade bahwa dia telah balapan, meninggalkan gelar juaranya, Rossi juga berada dalam banyak situasi yang membantunya membaca kejuaraan lebih baik dari siapapun.
Rossi memaksimalkan semua sumber daya yang dimiliki dan semakin lebih dekat dengan Vinales dan Marquez, dua pembalap – dalam teori – yang seharusnya bertarung sengit di pacuan juara. Di Qatar, pembalap Italia itu finis ketiga, kurang dari dua detik di belakang Vinales. Di Argentina, dia finis kedua dan terpaut 1,9 detik dari Vinales. Di Austin, Rossi kembali finis kedua dan lebih lambat tiga detik dari Marquez.
Itu memberikan kita indikasi seberapa dekat kemenangannya, mengapa tidak, pada akhir pekan ini di Jerez, seperti yang dilakukannya musim lalu.
Dalam kasus apapun, jika ada sesuatu yang jelas usai tiga balapan pertama adalah kejuaraan akan ditentukan oleh konsistensi, dan itulah di mana The Doctor bersinar. Yang ingin saya katakan adalah tidak ada yang tahu bagaimana finis kedua, ketiga atau keempat lebih baik dari dia, jika dia tahu tidak bisa menang.
Tentu saja, jika dia merasa cukup percaya diri untuk mencoba, tidak diragukan dia akan melakukannya. Terutama jika Rossi ingin memenangi gelar ke-10, maka dia akan mengamankannya, dan dia harus menang dalam beberapa balapan karena rival-rivalnya sudah pasti demikian.
Kendati berusia 38 tahun, pembalap kelahiran Tavullia itu masih punya strategi jitu karena motivasinya yang maksimal. Sementara Vinales dan Marquez akan habis-habisan saat balapan, Rossi sadar dia belum bisa memiliki pendekatan yang sama.
Itulah pertanyaan besar yang dihadapi Rossi sekarang. Dia tidak cukup cepat untuk memperebutkan posisi pertama melawan dua pembalap dengan performa terbaik. Tapi dia sadar, bahwa untuk mengamankan gelar ke-10, dia harus menang cepat atau lambat.
Karena di depan dia saat ini, ada dua pembalap muda yang membuat sedikit kesalahan setiap kali balapan. Tahun lalu, Marquez telah menunjukan, bahwa dia bisa memiliki pendekatan lebih konservatif saat dibutuhkan.
Tak berbeda jauh dengan Vinales, yang membuat sangat sedikit kesalahan. Memang benar dia terjatuh di Austin, tapi saya yakin dia tidak mungkin akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dan ketika tiba waktu untuk mengekstrak setiap situasi, Rossi adalah rajanya. Seseorang yang mampu keluar pada situasi begitu sulit, seperti saat menjalani tes pramusim. Ia mengubah keadaan dan mencetak poin lebih dibandingkan Vinales dan Marquez. Itulah Rossi pada performa terbaiknya. Jadi, mari kita nikmati aksinya selagi bisa.
Siapa yang menyangka, bahwa Rossi akan datang ke MotoGP Jerez 2017 sebagai pemuncak klasemen sementara? Pastinya, bukan saya. Apalagi jika melihat bagaimana ia menjalani tes pramusim dan kesulitannya untuk beradaptasi dengan Yamaha YZR-M1 2017. The Doctor tak sepenuhnya nyaman seperti Vinales.
Meski tidak tercepat, tapi memimpin kejuaraan adalah sesuatu yang khas dari seorang jenius seperti dia. Seorang pembalap yang mampu mengimbangi kurangnya stamina dalam usia menuju 40 tahun, serta dengan pengalaman selama 20 tahun terakhir.
Dalam dua dekade bahwa dia telah balapan, meninggalkan gelar juaranya, Rossi juga berada dalam banyak situasi yang membantunya membaca kejuaraan lebih baik dari siapapun.
Rossi memaksimalkan semua sumber daya yang dimiliki dan semakin lebih dekat dengan Vinales dan Marquez, dua pembalap – dalam teori – yang seharusnya bertarung sengit di pacuan juara. Di Qatar, pembalap Italia itu finis ketiga, kurang dari dua detik di belakang Vinales. Di Argentina, dia finis kedua dan terpaut 1,9 detik dari Vinales. Di Austin, Rossi kembali finis kedua dan lebih lambat tiga detik dari Marquez.
Itu memberikan kita indikasi seberapa dekat kemenangannya, mengapa tidak, pada akhir pekan ini di Jerez, seperti yang dilakukannya musim lalu.
Dalam kasus apapun, jika ada sesuatu yang jelas usai tiga balapan pertama adalah kejuaraan akan ditentukan oleh konsistensi, dan itulah di mana The Doctor bersinar. Yang ingin saya katakan adalah tidak ada yang tahu bagaimana finis kedua, ketiga atau keempat lebih baik dari dia, jika dia tahu tidak bisa menang.
Tentu saja, jika dia merasa cukup percaya diri untuk mencoba, tidak diragukan dia akan melakukannya. Terutama jika Rossi ingin memenangi gelar ke-10, maka dia akan mengamankannya, dan dia harus menang dalam beberapa balapan karena rival-rivalnya sudah pasti demikian.
Kendati berusia 38 tahun, pembalap kelahiran Tavullia itu masih punya strategi jitu karena motivasinya yang maksimal. Sementara Vinales dan Marquez akan habis-habisan saat balapan, Rossi sadar dia belum bisa memiliki pendekatan yang sama.
Itulah pertanyaan besar yang dihadapi Rossi sekarang. Dia tidak cukup cepat untuk memperebutkan posisi pertama melawan dua pembalap dengan performa terbaik. Tapi dia sadar, bahwa untuk mengamankan gelar ke-10, dia harus menang cepat atau lambat.
Karena di depan dia saat ini, ada dua pembalap muda yang membuat sedikit kesalahan setiap kali balapan. Tahun lalu, Marquez telah menunjukan, bahwa dia bisa memiliki pendekatan lebih konservatif saat dibutuhkan.
Tak berbeda jauh dengan Vinales, yang membuat sangat sedikit kesalahan. Memang benar dia terjatuh di Austin, tapi saya yakin dia tidak mungkin akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dan ketika tiba waktu untuk mengekstrak setiap situasi, Rossi adalah rajanya. Seseorang yang mampu keluar pada situasi begitu sulit, seperti saat menjalani tes pramusim. Ia mengubah keadaan dan mencetak poin lebih dibandingkan Vinales dan Marquez. Itulah Rossi pada performa terbaiknya. Jadi, mari kita nikmati aksinya selagi bisa.
(sbn)