Tren MotoGP 2017: Dampak Mantan Pembalap Jadi Penasihat Pembalap

Selasa, 09 Mei 2017 - 13:10 WIB
Tren MotoGP 2017: Dampak...
Tren MotoGP 2017: Dampak Mantan Pembalap Jadi Penasihat Pembalap
A A A
JEREZ - Sejumlah hasil mengejutkan terjadi pada akhir pekan lomba MotoGP Jerez 2017, Minggu (7/5). Dimulai dari dominasi Honda, Dani Pedrosa keluar sebagai juara, finis podium Jorge Lorenzo bersama Ducati. Kemudian pembalap debutan tim satelit Yamaha menyelesaikan balapan di depan dua pembalap tim pabrikan Yamaha, hingga tenggelamnya Suzuki.

Pengamat senior MotoGP sekaligus manajer Andrea Iannone, Carlo Pernat, yang hadir di MotoGP Jerez 2017. Memberi analisanya saat diwawancarai oleh GPOne, berikut petikannya.

Dari mana kita harus memulainya Carlo?
“Saya pikir kini waktunya tren mendapat dukungan dari seorang pembalap lain, sesuatu yang tidak pernah terjadi di masa lalu. Rossi memulainya dengan Cadalora, siapa tahu itu jadi teknik tapi juga merupakan psikologi.”

“Setelah itu ada Pirro bersama Lorenzo. Contoh yang paling mencolok adalah Gibernau dengan Pedrosa. Karena Sete, Dani sekali lagi menyukai balapan. Sebelumnya dengan Alberto Puiq, dia gugup, congkak, dan tidak menikmati lomba bahkan dirinya sendiri. Saya harus mengatakan bahwa memiliki dukungan dari pembalap lain, telah menjadi kebutuhan ketimbang sebuah tren.”
Dani Pedrosa (kanan) menerima trofi juara dari Raja Spanyol Juan Carlos (tengah) di podium MotoGP Jerez 2017. (Foto-Motorsport)
Bolehkah kita mengatakan Honda mensapu bersih lintasan Jerez?
“Itu adalah dominasi, baik dengan Pedrosa maupun Marquez. Marc berlomba dengan cerdas. Ia menunjukan bahwa ia tahu kapan waktu tepat buat menyelesaikan lomba dan mengambil poin penting dalam kejuaraan.”
Valentino Rossi (Yamaha Factory Racing) pada akhir pekan lomba MotoGP Jerez 2017. (Foto-Yamaha)
Sebuah hari Minggu hitam buat tim Yamaha?
“Mereka benar-benar dikalahkan, dan tidak ada yang bisa membayangkannya terjadi di Jerez, terutama jika kita mempertimbangkan kinerja Zarco.”

“Mereka mengalami masalah ban, pasti. Tapi itu tanggung jawab para engineer, terutama setelah dua tahun pengalaman bersama Michelin. Menurut saya, apa yang terjadi kemarin akan terjadi lagi (pada Yamaha) jika motornya tidak bisa disesuaikan dengan ban.”
Jorge Lorenzo (Ducati) di podium juara ketiga MotoGP Jerez 2017. (Foto-MotoGP)
Lorenzo finis di podium ketiga, hanya sedikit yang berani bertaruh itu di Jerez?
“Ini adalah kebangkitan bagi Ducati. Saya pikir, mereka berada di titik balik teknis. Keluhan Jorge dan Andrea, tentang mesin bekerja terlalu keras (hanya fokus terus di mesin), sudah dipertimbangkan dan didengar oleh tim. Lorenzo telah memberi kontribusi mendasar, ia melakukannya dengan baik. Tidak ada yang membayangkan sebuah podium di Spanyol.”

Sebuah hari Minggu lain yang mesti segera dilupakan Suzuki?
“Saya pikir ini adalah krisis dengan Iannone, akibat peralatan elektronik yang masih terlalu baru. Seperti yang di garisbawahi oleh (Aleix) Espargaro dan Vinales di masa lalu. Saat ini, dia (Iannone) harus membuat hasil terbaik dari itu.”
Johann Zarco (Yamaha Tech 3) di akhir pekan lomba MotoGP Jerez 2017. (Foto-yamaha tech 3)
Bagaimana kemonceran Zarco?
“Tak seorangpun tahu tentangnya, termasuk saya sendiri. Dia tidak pernah benar-benar dianggap oleh siapapun, meski memiliki dua gelar (juara dunia Moto2), mungkin karena sifatnya yang pendiam.”

“Davide Brivio (manajer tim Suzuki) seakan menendang dirinya sendiri, saat Johann terikat kontrak dengannya, tapi dia malah mencari (Alex) Rins. Herve Poncharal (pemilik tim Tech 3) akan senang, bukan karena dia memilihnya, tetapi karena pada akhirnya bisa mendapatkannya, karena dia adalah seorang pembalap.”
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9267 seconds (0.1#10.140)