Zou Shiming Enggan Berpisah dengan Dunia Adu Jotos
A
A
A
SHANGHAI - Dengan usianya saat ini yang sudah menginjak 36 tahun, Zou Shiming menolak untuk memikirkan gantung sarung tinju. Juara dunia kelas terbang WBO asal China itu benar-benar tidak ingin meninggalkan dunia olahraga adu jotos yang telah melambungkan namanya.
"Saya tidak ingin mengucapkan selamat tinggal, tapi bagian tersulit yang dihadapi atlet adalah cedera dan usia. Mungkin besok saya akan bilang saya tidak bisa bertarung lagi," ucap Shiming, seperti dikutip Inquirer. "Tapi selama saya bisa, saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal pada tinju karena saya tidak suka berpisah dengannya," sambung petinju dengan rekor tarung 9-1, 2KO.
Apabila nantinya telah pensiun, Zhiming bisa saja menjadi promotor dan mendampingi petinju-petinju dari China kelak. Namun, dia kemungkinan besar lebih memilih untuk melatih petinju. "Saya tahu bisnis ini kembali ke depan: bukan hanya pelatihan, tapi juga pikiran mereka, luka mereka, penyakit mereka dan promosi mereka. Saya tahu bagaimana menghadapi tekanan," ungkap Shiming seperti dikutip Inquirer.
Pernah merebut emas di dua Olimpiade dan segudang prestasi di tingkat amatir, serta berstatus sebagai juara dunia kelas terbang versi WBO, namun begitu, masih belum ada petinju-petinju muda dari China yang mendekati Shiming.
Hal itu bisa terjadi, karena menurut Shiming, otoritas olahraga di China memiliki gaya yang berbeda dengan negara lain. Tidak seperti negara lain, petinju bisa saja langsung beralih ke profesional, setelah mendapat hasil bagus di Olimpiade. Namun, otoritas olahraga di China enggan untuk menyerahkan kendali amatir mereka. "Dan seorang amatir yang bagus belum tentu menjadi seorang profesional yang sukses, karena gayanya sangat berbeda," kata Shiming.
Namun hal tersebut sepertinya tidak akan menjadi penghalang buat Shiming untuk lebih mempopulerkan olahraga tinju di negerinya sendiri, China. Tidak seperti bulutangkis dan tenis meja, tinju kurang begitu mendapat tempat di masyarakat Negeri Tirai Bambu. "Di Negeri Barat mereka sudah memiliki sejarah panjang tinju dan setiap orang dari semua zaman menonton, tapi di China, ini masih sesuatu yang harus kami garap," tegasnya.
(Baca: Tekad Juara Dunia dari China Membumikan Tinju di Negerinya )
Sementara itu, di sisa kariernya yang tampaknya tidak begitu panjang, Shiming menyadari bahwa dia tidak bakal mempunyai banyak pertarungan lagi. Sehingga, dia untuk kali kedua membawa pertarungannya ke Shanghai. Akan tetapi, kali ini kondisinya sangat berbeda dengan yang pertama.
Apabila pada laga pertamanya yang mengambil tempat di Shanghai Oriental Sports Center pada akhir Januari tahun lalu, Shiming hanya bertarung untuk memperebutkan sabuk WBO International dengan Natan Santana Coutinho. Kali ini, di tempat yang sama pada 28 Juli nanti, Shiming akan berlaga mempertahankan gelar dunia kelas terbang WBO melawan petinju Jepang, Sho Kimura.
Baca Juga: Sang Juara Bertekad Jaga Mahkota WBO Tetap Berada di China
"Saya tidak ingin mengucapkan selamat tinggal, tapi bagian tersulit yang dihadapi atlet adalah cedera dan usia. Mungkin besok saya akan bilang saya tidak bisa bertarung lagi," ucap Shiming, seperti dikutip Inquirer. "Tapi selama saya bisa, saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal pada tinju karena saya tidak suka berpisah dengannya," sambung petinju dengan rekor tarung 9-1, 2KO.
Apabila nantinya telah pensiun, Zhiming bisa saja menjadi promotor dan mendampingi petinju-petinju dari China kelak. Namun, dia kemungkinan besar lebih memilih untuk melatih petinju. "Saya tahu bisnis ini kembali ke depan: bukan hanya pelatihan, tapi juga pikiran mereka, luka mereka, penyakit mereka dan promosi mereka. Saya tahu bagaimana menghadapi tekanan," ungkap Shiming seperti dikutip Inquirer.
Pernah merebut emas di dua Olimpiade dan segudang prestasi di tingkat amatir, serta berstatus sebagai juara dunia kelas terbang versi WBO, namun begitu, masih belum ada petinju-petinju muda dari China yang mendekati Shiming.
Hal itu bisa terjadi, karena menurut Shiming, otoritas olahraga di China memiliki gaya yang berbeda dengan negara lain. Tidak seperti negara lain, petinju bisa saja langsung beralih ke profesional, setelah mendapat hasil bagus di Olimpiade. Namun, otoritas olahraga di China enggan untuk menyerahkan kendali amatir mereka. "Dan seorang amatir yang bagus belum tentu menjadi seorang profesional yang sukses, karena gayanya sangat berbeda," kata Shiming.
Namun hal tersebut sepertinya tidak akan menjadi penghalang buat Shiming untuk lebih mempopulerkan olahraga tinju di negerinya sendiri, China. Tidak seperti bulutangkis dan tenis meja, tinju kurang begitu mendapat tempat di masyarakat Negeri Tirai Bambu. "Di Negeri Barat mereka sudah memiliki sejarah panjang tinju dan setiap orang dari semua zaman menonton, tapi di China, ini masih sesuatu yang harus kami garap," tegasnya.
(Baca: Tekad Juara Dunia dari China Membumikan Tinju di Negerinya )
Sementara itu, di sisa kariernya yang tampaknya tidak begitu panjang, Shiming menyadari bahwa dia tidak bakal mempunyai banyak pertarungan lagi. Sehingga, dia untuk kali kedua membawa pertarungannya ke Shanghai. Akan tetapi, kali ini kondisinya sangat berbeda dengan yang pertama.
Apabila pada laga pertamanya yang mengambil tempat di Shanghai Oriental Sports Center pada akhir Januari tahun lalu, Shiming hanya bertarung untuk memperebutkan sabuk WBO International dengan Natan Santana Coutinho. Kali ini, di tempat yang sama pada 28 Juli nanti, Shiming akan berlaga mempertahankan gelar dunia kelas terbang WBO melawan petinju Jepang, Sho Kimura.
Baca Juga: Sang Juara Bertekad Jaga Mahkota WBO Tetap Berada di China
(nug)