Grand Prix Malaysia Terakhir Sedot 110.000 Penonton
A
A
A
SEPANG - Balapan Formula One terakhir yang digelar di Malaysia, Minggu (1/10/2017) kemarin, menyedot penonton yang cukup banyak. Tak kurang dari 110.604 orang pergi ke Sirkuit Internasional Sepang selama tiga hari untuk melihat sesi latihan, kualifikasi, dan lomba.
Jumlah penonton itu meningkat 31,9% dibandingkan tahun lalu. Itu merupakan angka terbesar sejak 2013, musim sebelum Formula One menggantikan mesin 2.4 liter V8 yang meraung-raung dengan unit mesin turbo-hibrida 1,6 liter yang lebih tenang.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa berakhirnya kontrak dengan Formula 1 merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Namun begitu, Grand Prix Malaysia dinilai telah memberikan tontonan yang tidak mudah dilupakan.
"Kami telah menyelenggarakan ini selama 19 tahun dan saya pikir kami telah melihat beberapa peristiwa yang mendebarkan," katanya saat konferensi pers dengan Chief Executive Officer (CEO) Formula One, Chase Carey.
Malaysia memulai debutnya pada 1999 dan mempelopori olahraga balap ini bersama Jepang sebagai negara di Asia yang menyelenggarakan balapan F1. Beberapa tahun kemudian, China dan Singapura ikut bergabung sebagai penyelenggara.
Carey yang menggantikan Bernie Ecclestone mengatakan bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, termasuk Malaysia yang tidak lagi menjadi bagian dari balapan Formula One. "Kami memiliki sejumlah tempat di mana kami memiliki minat dan peluang baru untuk terus menumbuhkan olahraga ini," katanya.
Formula One sendiri telah menandatangani kontrak baru dengan Singapura untuk pelaksanaan balapan selama empat tahun ke depan hingga 2021. Adapun China telah menyepakati terus berlanjut hingga 2020.
Untuk diketahui, jumlah penonton balapan F1 di Malaysia terus menurun sejak 2014. Meski panitia telah memangkas harga tiket hingga 82% tapi tetap saja bangku penonton lebih banyak yang kosong.
CEO Sepang, Razlan Razali kepada Reuters mengatakan bahwa Malaysia tidak ingin menjadi tuan rumah Formula Satu meskipun ditawarkan secara gratis. Sebab, olahraga tersebut tidak mampu menarik penonton. "Daya tarik bagi para penggemar Malaysia adalah masalahnya, apalagi sejak 2014. Itu adalah sesuatu yang bagi kami sebagai promotor yang sulit dijual," katanya.
Jumlah penonton itu meningkat 31,9% dibandingkan tahun lalu. Itu merupakan angka terbesar sejak 2013, musim sebelum Formula One menggantikan mesin 2.4 liter V8 yang meraung-raung dengan unit mesin turbo-hibrida 1,6 liter yang lebih tenang.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa berakhirnya kontrak dengan Formula 1 merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Namun begitu, Grand Prix Malaysia dinilai telah memberikan tontonan yang tidak mudah dilupakan.
"Kami telah menyelenggarakan ini selama 19 tahun dan saya pikir kami telah melihat beberapa peristiwa yang mendebarkan," katanya saat konferensi pers dengan Chief Executive Officer (CEO) Formula One, Chase Carey.
Malaysia memulai debutnya pada 1999 dan mempelopori olahraga balap ini bersama Jepang sebagai negara di Asia yang menyelenggarakan balapan F1. Beberapa tahun kemudian, China dan Singapura ikut bergabung sebagai penyelenggara.
Carey yang menggantikan Bernie Ecclestone mengatakan bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, termasuk Malaysia yang tidak lagi menjadi bagian dari balapan Formula One. "Kami memiliki sejumlah tempat di mana kami memiliki minat dan peluang baru untuk terus menumbuhkan olahraga ini," katanya.
Formula One sendiri telah menandatangani kontrak baru dengan Singapura untuk pelaksanaan balapan selama empat tahun ke depan hingga 2021. Adapun China telah menyepakati terus berlanjut hingga 2020.
Untuk diketahui, jumlah penonton balapan F1 di Malaysia terus menurun sejak 2014. Meski panitia telah memangkas harga tiket hingga 82% tapi tetap saja bangku penonton lebih banyak yang kosong.
CEO Sepang, Razlan Razali kepada Reuters mengatakan bahwa Malaysia tidak ingin menjadi tuan rumah Formula Satu meskipun ditawarkan secara gratis. Sebab, olahraga tersebut tidak mampu menarik penonton. "Daya tarik bagi para penggemar Malaysia adalah masalahnya, apalagi sejak 2014. Itu adalah sesuatu yang bagi kami sebagai promotor yang sulit dijual," katanya.
(amm)