Kisah Fernando Alonso dan Gokar yang Dibuat Bukan Untuknya
A
A
A
JIKA saja Lorena Alonso Diaz tertarik mencoba gokar yang dibuat ayahnya, Jose Luis Alonso, maka Fernando Alonso bisa saja tidak akan pernah berkarier sebagai pembalap Formula 1.
Sehari-hari Jose Luis Alonso bekerja sebagai mekanik bengkel. Pada waktu senggang Jose Luis Alonso mengisi waktu dengan balapan gokar. Saking senangnya main gokar, Jose Luis Alonso membuat gokar sendiri. Dia ingin anak pertamanya, Lorena Alonso Diaz, yang kala itu sudah berumur 8 tahun merasakan asyiknya bermain gokar. Namun, Lorena justru enggan untuk menghabiskan akhir pekan di sirkuit. Dia lebih senang bermain dengan teman-teman sebayanya di taman setiap akhir pekan tiba.
Daripada sia-sia, Jose Luis Alonso mencoba gokar itu kepada anak keduanya yang baru berumur 3 tahun, Fernando Alonso. "Saya yang masih tiga tahun diletakkan di gokar. Benar-benar besar saat perama kali dicoba. Saya malah belum bisa menekan pedal gas. Jadi, posisi kursi sedikit diubah dan pedal-pedal sedikit dimajukan agar bisa terjangkau kaki saya," kenang Fernando Alonso.
Sejak saat itulah Fernando Alonso jatuh cinta dengan balap mobil. Setiap akhir pekan Jose kerap membawa keluarga besarnya keliling, dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya. Di setiap sirkuit Fernando Alonso kecil bertarung dengan teman-teman sebayanya agar jadi yang terbaik di lintasan. "Setelah selesai balapan, saya berjalan-jalan dengan keluarga. Itu jadi momen terbaik buat saya dan masih terus saya lakukan hingga kini," katanya.
Lewat balap mobil, Fernando Alonso kecil belajar bahwa faktor ekonomi bukan jadi hambatan untuk jadi yang terbaik. Terlebih lagi keluarga Jose Luis Alonso bukanlah keluarga yang secara ekonomi di atas rata-rata. Uang yang mereka miliki hanya cukup untuk biaya transportasi dan satu set gokar lengkap dengan ban yang ada. Alhasil, di setiap lomba, mereka hanya mengandalkan kemampuan yang mereka miliki. Selebihnya bakat Fernando Alonso yang jadi andalan.
"Saya ingat di satu balapan hujan deras dan teman-teman lain mengganti ban mereka dengan ban basah. Baru seumur-umur itu saya melihat langsung ban basah. Saya tidak memilikinya dan harus mengandalkan ban yang memang kami punya," kenang Fernando Alonso.
Namun, masalah itu bukan jadi penghalang. Dia malah lebih percaya diri dengan ban yang dia miliki. Dia sudah paham karakter dan kekurangan ban yang dia gunakan. "Selanjutnya saya belajar dan memahami. Kemudian saya mencintainya," kata Fernando Alonso.
Bakat dan keinginan belajar yang tinggi inilah yang membuat Fernando Alonso seperti terbang dengan cepat di dunia balap mobil. Di usia 13 tahun dia mengisi waktunya pergi ke Italia untuk belajar mesin mobil. Di sanalah pengetahuannya tentang mobil semakin terasah. Pada tahun 1996 Fernando Alonso akhirnya menjadi juara dunia junior Go-Karting World Cup.
Sayangnya prestasi tidak jadi sorotan karena publik Spanyol lebih berminat pada balap motor dan sepak bola. Namun, hal itu tidak membuat Fernando Alonso putus asa. Dia kemudian mencoba turun di Formula 3 pada 2000. "Saat itulah saya seperti katak yang keluar dari tempurung. Saya melihat sirkuit-sirkuit lain di Eropa. Saya juga melihat begitu banyak talenta luar biasa," katanya.
Di Formula 3, Fernando Alonso berhasil menunjukkan potensinya yang luar biasa. Tidak lama, satu tahun kemudian dia justru langsung diajak jadi pembalap mobil Formula 1 untuk tim Minardi. Setelah itu, pintu Formula 1 untuk Fernando Alonso terus terbuka. Setelah satu musim sebagai rookie di Minardi, dia langsung dikontrak oleh Renault sebagai pembalap cadangan. Bersama Renault jugalah akhirnya dia berhasil menjadi juara dunia Formula 1 dua kali.
Selepas Renault, dia langsung digaet oleh McLaren dan Ferrari. Sayangnya bersama kedua tim tersebut, Fernando Alonso tidak berhasil meraih gelar juara dunia. Tahun ini setelah McLaren mengajak Renault menyuplai mesin, Fernando Alonso berharap akan prestasi yang sudah terbilang lama untuk dipecahkan.
Dia berusaha menjadi orang kedua yang berhasil menjuarai tiga ajang balap mobil berbeda sekaligus. Jika itu terjadi, maka ini akan jadi catatan sejarah yang istimewa. Bukan hanya untuk Fernando Alonso, juga dunia balap mobil. Jadi, bayangkan jika saja Lorena Alonso Diaz tertarik mencoba gokar yang dibuatkan ayahnya?
(Baca Juga: Fernando Alonso, Ingin Menjadi Legenda(amm)
Sehari-hari Jose Luis Alonso bekerja sebagai mekanik bengkel. Pada waktu senggang Jose Luis Alonso mengisi waktu dengan balapan gokar. Saking senangnya main gokar, Jose Luis Alonso membuat gokar sendiri. Dia ingin anak pertamanya, Lorena Alonso Diaz, yang kala itu sudah berumur 8 tahun merasakan asyiknya bermain gokar. Namun, Lorena justru enggan untuk menghabiskan akhir pekan di sirkuit. Dia lebih senang bermain dengan teman-teman sebayanya di taman setiap akhir pekan tiba.
Daripada sia-sia, Jose Luis Alonso mencoba gokar itu kepada anak keduanya yang baru berumur 3 tahun, Fernando Alonso. "Saya yang masih tiga tahun diletakkan di gokar. Benar-benar besar saat perama kali dicoba. Saya malah belum bisa menekan pedal gas. Jadi, posisi kursi sedikit diubah dan pedal-pedal sedikit dimajukan agar bisa terjangkau kaki saya," kenang Fernando Alonso.
Sejak saat itulah Fernando Alonso jatuh cinta dengan balap mobil. Setiap akhir pekan Jose kerap membawa keluarga besarnya keliling, dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya. Di setiap sirkuit Fernando Alonso kecil bertarung dengan teman-teman sebayanya agar jadi yang terbaik di lintasan. "Setelah selesai balapan, saya berjalan-jalan dengan keluarga. Itu jadi momen terbaik buat saya dan masih terus saya lakukan hingga kini," katanya.
Lewat balap mobil, Fernando Alonso kecil belajar bahwa faktor ekonomi bukan jadi hambatan untuk jadi yang terbaik. Terlebih lagi keluarga Jose Luis Alonso bukanlah keluarga yang secara ekonomi di atas rata-rata. Uang yang mereka miliki hanya cukup untuk biaya transportasi dan satu set gokar lengkap dengan ban yang ada. Alhasil, di setiap lomba, mereka hanya mengandalkan kemampuan yang mereka miliki. Selebihnya bakat Fernando Alonso yang jadi andalan.
"Saya ingat di satu balapan hujan deras dan teman-teman lain mengganti ban mereka dengan ban basah. Baru seumur-umur itu saya melihat langsung ban basah. Saya tidak memilikinya dan harus mengandalkan ban yang memang kami punya," kenang Fernando Alonso.
Namun, masalah itu bukan jadi penghalang. Dia malah lebih percaya diri dengan ban yang dia miliki. Dia sudah paham karakter dan kekurangan ban yang dia gunakan. "Selanjutnya saya belajar dan memahami. Kemudian saya mencintainya," kata Fernando Alonso.
Bakat dan keinginan belajar yang tinggi inilah yang membuat Fernando Alonso seperti terbang dengan cepat di dunia balap mobil. Di usia 13 tahun dia mengisi waktunya pergi ke Italia untuk belajar mesin mobil. Di sanalah pengetahuannya tentang mobil semakin terasah. Pada tahun 1996 Fernando Alonso akhirnya menjadi juara dunia junior Go-Karting World Cup.
Sayangnya prestasi tidak jadi sorotan karena publik Spanyol lebih berminat pada balap motor dan sepak bola. Namun, hal itu tidak membuat Fernando Alonso putus asa. Dia kemudian mencoba turun di Formula 3 pada 2000. "Saat itulah saya seperti katak yang keluar dari tempurung. Saya melihat sirkuit-sirkuit lain di Eropa. Saya juga melihat begitu banyak talenta luar biasa," katanya.
Di Formula 3, Fernando Alonso berhasil menunjukkan potensinya yang luar biasa. Tidak lama, satu tahun kemudian dia justru langsung diajak jadi pembalap mobil Formula 1 untuk tim Minardi. Setelah itu, pintu Formula 1 untuk Fernando Alonso terus terbuka. Setelah satu musim sebagai rookie di Minardi, dia langsung dikontrak oleh Renault sebagai pembalap cadangan. Bersama Renault jugalah akhirnya dia berhasil menjadi juara dunia Formula 1 dua kali.
Selepas Renault, dia langsung digaet oleh McLaren dan Ferrari. Sayangnya bersama kedua tim tersebut, Fernando Alonso tidak berhasil meraih gelar juara dunia. Tahun ini setelah McLaren mengajak Renault menyuplai mesin, Fernando Alonso berharap akan prestasi yang sudah terbilang lama untuk dipecahkan.
Dia berusaha menjadi orang kedua yang berhasil menjuarai tiga ajang balap mobil berbeda sekaligus. Jika itu terjadi, maka ini akan jadi catatan sejarah yang istimewa. Bukan hanya untuk Fernando Alonso, juga dunia balap mobil. Jadi, bayangkan jika saja Lorena Alonso Diaz tertarik mencoba gokar yang dibuatkan ayahnya?
(Baca Juga: Fernando Alonso, Ingin Menjadi Legenda(amm)